Tujuh Belas

14.5K 1.3K 16
                                    

Multimedia: Kafin di instastory Maudy

..

Tangan Kafin bergerak lincah memasukkan bola ke dalam ring, memamerkan kualitasnya sebagai ketua tim basket Rajawali. Hampir semua lemparan bolanya tepat sasaran.

Membuat gadis yang tingginya hanya sampai di telinganya itu berdecak iri. Pasalnya, tidak sampai setengah dari bola itu ia masukkan tepat sasaran.

Berbeda dengan Kafin yang masih asik dengan permainannya, Maudy memilih menyerah. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku.

Membuka fitur kamera lalu mengambil gambar Kafin. Tanpa diduga, flash kameranya menyala, membuat Kafin langsung menoleh.

"Cie ketahuan.." goda Kafin sambil memberikan senyuman usil.

"Apasih?" Jawab Maudy tersipu karena aksinya diciduk.

"Bagus nggak? Jadiin story dong, terus tag aku." Kata Kafin sebelum kembali fokus dengan bola-bola basket di hadapannya.

Mendengar itu, lantas Maudy kembali mengambil ponselnya dan memeriksa hasil jepretannya tadi. Blur. Wajah Kafin tidak terlihat terlalu jelas.

"Goyang, Kaf." Katanya sambil mendekat dan memperlihatkan hasil jepretan asal-asalannya tadi.

Tangan Kafin berhenti sejenak dari aktivitasnya. "Iya. Ulang-ulang, sampe akunya bagus."

Maudy berdecak walaupun setelah itu ia mengikuti kata-kata Kafin untuk memotretnya ulang. Namun cowok itu malah sengaja berjoget dengan gerakan yang cepat. Membuat hasil potretan Maudy lebih blur dari sebelumnya.

"Kafin ih! Yang bener dong. Ini blur lagi jadinya." Kesal Maudy membuat Kafin tertawa.

"Iya-iya, maap."

Maudy kembali mengarahkan kameranya pada Kafin. Namun lagi-lagi, cowok itu menjahilinya dengan tiba-tiba menunduk membuat fotonya, lagi-lagi tidak maksimal.

Membuat Maudy menghembuskan napas kasar lalu memamerkan kepalan tangan mungilnya ke arah Kafin hingga cowok itu tertawa lepas.

Tawa yang entah kenapa membuat pesona Kafin bertambah berkali-kali lipat di mata Maudy.

Mengambil kesempatan itu, Maudy mengambil gambar Kafin dengan cepat. Lalu tersenyum puas saat melihat hasilnya. Memang tidak terlalu fokus, namun Kafin terlihat sangat menggemaskan.

Pada saat itu juga, Maudy melaksanakan perintah Kafin untuk menjadikannya story instagram. Minus bagian menandainya. Maudy lupa. Mungkin karena terlalu mengagumi Kafin di dalam foto itu.

Setelah storynya terkirim, Maudy kembali memerhatikan Kafin versi nyata di depannya. Bagian punggung kaosnya sudah mulai basah karena terlalu lama bermain.

Arloji di pergelangan tangan Maudy sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Itu artinya sudah setengah jam Kafin berkutat dengan benda-benda bulat itu.

Kembali ke beberapa jam sebelumnya, Kafin membuktikan ucapannya untuk membawa Maudy ke timezone terjauh dari kompleks perumahan mereka.

Timezone yang mereka tempati sekarang ini berada di supermarket di pinggiran kota, dekat dengan rumah lamanya. Memakan waktu satu jam untuk sampai disini. Setelah sampai, Kafin juga tidak langsung membangunkan Maudy.

Cowok dengan topi hitam itu menunggu Maudy terbangun, yaitu setengah jam kemudan. Setengah jam itu ia habiskan untuk push rank.

"Udah, Kaf. Baju kamu udah basah, lho." Ucap Maudy sembari menyodorkan sebungkus tisu.

Kafin menurut. Dia mengambil tisu Maudy lalu mengelap keringat yang menghiasi wajahnya.

"Capek kan?"

Kepala Kafin mengangguk. "Lumayan."

"Masih sanggup nyetir pulangnya?"

Kafin tertawa renyah. "Sanggup lah, Dy. Baru gini doang. Kalau main basket beneran, lebih butuh banyak tenaga lho."

"Iya tahu. Masalahnya keringat kamu banyak. Keliatan capek banget."

"Iya, nih. Udah seminggu nggak olahraga." Kafin menatap Maudy. "Weekend lari pagi yuk?"

"Dimana?"

"Sekitar komplek aja. Biar nggak kesiangan."

Maudy mengangguk-anggukkan kepalanya. "Boleh."

"Beneran mau?" Maudy mengangguk. "Mau jam berapa?"

"Jam setengah enam deh. Keliling kompleks aja kan?"

"Iya, Maudy sayang."

"Apasi sayang-sayang. Geli tau!"

Kafin terkekeh singkat lalu melingkarkan tangannya di bahu Maudy. "Terus maunya dipanggil apa? Baby? Honey? Atau Bunda?"

Mendengar kata terakhir Kafin membuat Maudy bergidik ngeri. Tiba-tiba mengingat beberapa kejadian beberapa hari lalu saat di minimarket. Telinganya tidak sengaja mendengar sepasang anak SMP yang memakai panggilan Ayah-Bunda.

"Makin geli!"

"Nggak usah deh. Nggak perlu panggilan begitu juga, rasa sayang aku ke kamu udah ada." Kata Kafin berhasil menciptakan semburat merah di pipi Maudy.

Tidak peduli jika itu hanya gombalan semata atau ucapan serius, namun percikan bahagia menghiasi diri Maudy sekarang.

Lemah.

Kata itu memang cocok untuk mendeskripsikan Maudy ketika berurusan dengan Kafin.

Sadar atau tidak, Kafin berhasil membobol pertahanan hati yang sudah gadis itu bangun.

28 November 2019
Dari aku, yang besok semester tapi belom belajar sama sekali. Malah buka hape sama wattpad :"

Implisit ✔Where stories live. Discover now