Sepuluh

15.7K 1.4K 72
                                    

Multimedia: Cafe tempat mereka ngedate :v

Hai? Aku balik dengan cover yang baru loh :D
Kalian suka yg mana? Aku sih suka yg baru, karena lebih kalem, penggambaran tokoh juga sesuai, dan paling penting sesuai sama tone cover ceritaku yg lain :v

..

"Nggak nyangka gue kalian udah sedekat itu."

Maudy menghela napas panjang. Dia sedang berada di sebuah kafe bersama dengan Rila.

Sesuai dengan janjinya, beberapa menit yang lalu Maudy sudah menceritakan secara lengkap tentang hubungannya dengan Kafin.

Memang terlambat untuk bercerita. Tapi lebih baik begitu, daripada tidak sama sekali.

Sama sekali tidak ada yang Maudy tutupi.

"Kok bisa sih dia nganter-jemput lo? Terus parahnya gue nggak nyadar lagi. Padahal rumah kita tuh hadepan, astaga!"

Maudy mengangkat kedua bahunya. "Gue juga nggak tahu. Berjalan gitu aja, La."

"Udah berapa lama sih?" Tanya Rila lagi.

"Nggak ngitung. Gue pindah udah berapa lama?"

"Udah dua bulan lebih. Hampir tiga deh."

Mendengar jawaban Rila, membuat Maudy terkejut. Dia tidak menyangka waktu berjalan secepat itu. Rasanya baru minggu lalu dia menjadi salah satu bagian dari PI Residence.

"Berarti Kafin antar-jemput gue juga udah sekitar itu."

Kali ini Rila yang dibuat terkejut oleh jawaban sahabat barunya itu. Dia heran, mengapa baru mengetahui masalah ini baru beberapa hari lalu.

Padahal setiap harinya mereka lancar chattingan. Selama dua bulan ini, Rila juga tidak terlalu sibuk dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

"Gue kemana aja ya selama ini? Kok bisa-bisanya baru tahu." Gumam Rila sedikit keras.

"Ya udah deh. Gue nggak tahu mau bilang apa, nggak mau ikut campur juga. Gue yakin, dari awal lo juga tahu resikonya. Kalau kata Mocca, do what you wanna do." Lanjut Rila.

..

Mata Maudy memerhatikan punggung Kafin yang ditutupi oleh kaos putih polos. Sudah dua puluh menit mereka berboncengan menyusuri jalan tanpa tujuan yang jelas.

"Mau kemana sih?" Tanya Maudy sedikit memajukan kepalanya agar suaranya dapat didengar oleh Kafin.

"Cari angin." Suara Kafin terdengar seperti bisikan karena terbawa angin akibat cowok itu mengendarai motor di atas kecepatan rata-rata.

"Ngapain sih angin dicari," gerutu Maudy.

"Ha? Apa?"

"Nggak papa."

Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi. Sampai sepuluh menit kemudian Kafin menghentikan motornya di salah satu kafe yang menjadi favorit anak-anak muda.

"Ngapain disini?" Heran Maudy sembari merapikan rambutnya yang berantakan akibat tiupan angin yang cukup kencang.

Kafin terkekeh geli. "Menurut kamu ngapain?"

"Ya mana aku tau. Kamu yang bawa aku ke sini." Sewot Maudy sebal.

Kafin menjawil pucuk hidung Maudy karena gemas melihat ekspresi sebal gadis itu. Terlebih dengan bibirnya yang sedikit mengerucut.

Tentu saja langsung ditepis oleh Si Pemilik Hidung. "Lepas ih, nanti hidungnya merah."

"Bagus dong. Biar tambah lucu, kayak badut. Udah pesek, merah lagi."

"Ih, siapa yang pesek? Aku mancung kok." Jawab Maudy tidak terima dengan perkataan Kafin.

"Iya-iya, ya udah yuk masuk."

Tangan Kafin bergerak menggandeng Maudy memasuki kafe yang berada di depan mereka. Kali ini tidak ada perlawanan yang dia terima.

Sesampainya di dalam, Maudy dibuat terpukau oleh desain interior kafe itu. Kafe yang didominasi oleh warna-warna pastel.

Yang tak kalah penting, spot foto ada di setiap sudut kafe. Jadi tak usah heran, banyak sekali muda-mudi yang nongkrong di kafe ini.

"Bagus nggak tempatnya?" Tanya Kafin begitu mereka duduk di salah satu meja di sudut kafe.

"Bagus!!" Jawab Maudy antusias. "Tau tempat ini darimana?"

"Temen. Dulu ulang tahunnya di sini." Maudy beroh-ria lalu kembali mengamati seluruh isi kafe. "Kapan-kapan ke sini lagi, mau?"

Kepala Maudy mengangkat kedua bahunya. "Nggak tahu. Harus cobain makanannya dulu dong. Percuma bagus kalau makanannya nggak oke."

"Oh iya, sampe lupa pesen."

Setelah itu Kafin memanggil salah satu pegawai kafe dan memesan waffle with maple syrup untuknya dan roti bakar coklat serta gelato vanilla untuk Maudy. Tak lupa flavoured tea untuk keduanya.

"Dy?" Panggil Kafin yang hanya dibalas oleh gumaman Maudy. "Kapan terakhir kali pacaran?"

"Ha? Kenapa emang?"

"Nanya doang. Emang nggak boleh?"

Maudy mengangkat kedua bahunya. "Tahun lalu?" Jawabnya tidak yakin.

"Putusnya kenapa?"

"Kok kepo?"

"Sudah siap pacaran lagi belum?" Ujar Kafin menatap lurus ke manik mata gadis di hadapannya, membuat gadis itu salah tingkah.

Namun untunglah pesanan mereka datang di waktu yang tepat. Membuat Maudy dapat menghela napas lega.

"Lapar nih. Makan dulu ya?" Kata Maudy setelah mengucapkan terimakasih pada Mbak-Mbak yang mengantarkan pesanan mereka.

Untunglah Kafin tidak membahas apapun lagi dan ikut menyantap pesanannya seperti yang dilakukan Maudy.

..

18-09-2019
Besok tanggalnya bagus ya, ada yang mau bilang apa gitu? :v😍

Implisit ✔Where stories live. Discover now