Empat

20K 1.7K 74
                                    

Multimedia: Kafin's Car

Warn: nulisnya cepet, langsung diupdate juga. Kalau ada typo dan agak berasa kurang ngefeel, maapin.

Vomment!

..

Sudah tiga hari berlalu dan Kafin menepati janjinya untuk berangkat sekolah bersama Maudy.

Seperti pagi ini, Honda Jazz Mugen keluaran 2015 milik Kafin sudah terparkir di pinggir jalan depan rumah Maudy.

Tadinya Maudy tidak tahu kalau itu adalah Kafin. Karena ini baru pertama kali dia dijemput menggunakan mobil.

"Kok nggak pake seragam? Nggak sekolah?" Tanya Maudy ketika membuka pintu mobil.

Kafin memang mengenakan kaos putih polos dan celana chino cokelat muda. Juga tidak terlihat tas ransel sekolah yang biasa dia letakkan di kursi tengah.

Kafin menggeleng. "Enggak. Ini mau jalan sama temen. Udah janjian bolos."

"Kenapa?" Tanya Maudy yang sudah mendaratkan tubuhnya di kursi sebelah Kafin.

"Ada razia rambut." Jawab Kafin disertai dengan kekehan kecil.

"Gitu doang?" Kafin mengangguk cuek.

Setelah itu Maudy hanya mengangguk. Tidak berniat untuk mengomeli Kafin juga. Lagipula dia juga bukan siswi teladan, beberapa kali melanggar tata tertib sekolah.

"Berangkat sekarang?" Maudy mengangguk santai.

Saat Maudy kira Kafin sudah akan menjalankan mobilnya.Tiba-tiba Kafin mendekat ke arahnya dan dengan telaten memasang sabuk pengaman Maudy.

Tentu saja Maudy terkejut. Tidak mengira adegan yang sering dia baca di cerita-cerita romantis akan terjadi pada dirinya saat ini.

"Biar aman." Kata Kafin setelah seatbelt Maudy sudah terpasang.

Maudy berdeham. Mencoba menenangnya dirinya. "Makasih."

"My pleasure, Dy."

Mobil Kafin mulai berjalan melewati Permata Indah Residence. Tidak ada percakapan yang terjadi. Hanya lagu Gejolak Kawula Muda dari Clubeighties yang terdengar.

Selera musik Kafin memang berbeda dengan anak muda biasanya. Dia lebih suka lagu-lagu lama, bukan sesuai top chart. Tapi ada beberapa juga lagu-lagu baru yang Kafin dengarkan.

Tak terasa, lima belas menit berlalu. Mereka sudah sampai di depan gerbang SMA Angkasa.

"Pulang jam berapa kalau Jumat?" Tanya Kafin sambil menatap gadis berseragam batik di sebelahnya.

"Jam sebelas empat lima. Tapi biasa lambat, biasa juga cepet." Maudy melepas sabuk pengamannya. "Nanti nggak usah jemput. Aku sama Maura aja."

"Kenapa?"

Maudy membalas tatapan Kafin. Ya, akhirnya dia berani menatap Kafin sekarang. "Siapa tahu kamu udah balik. Atau mungkin masih main sama temen kamu."

"Nanti chat atau telfon aja. Soalnya kalau lagi di luar aku malas main hape. Kecuali kalau ada telfon."

"Beneran nggak ngerepotin nih?" Kafin mengangguk. "Iya udah nanti aku telfon. Tapi kalau emang nggak bisa, nggak papa kok."

"Oke."

Saat akan keluar dari mobil, Kafin memanggil nama Maudy. "Kenapa?"

Kafin tidak menjawab. Dia hanya mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Maudy. Membuat gadis itu melempar tatapan penuh tanya pada Kafin.

Implisit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang