Dua Puluh Sembilan

16.3K 1.3K 93
                                    

Rasanya baru saja kemarin Maudy merasakan kebahagiaan yang teramat luar biasa bersama Kafin. Namun pagi ini, di sebuah parkiran salah satu restoran keluarga, kebahagiaan itu seakan dirampas oleh kenyataan.

Tak jauh dari tempatnya berada, seorang gadis yang sangat ia kenali tengah berdiri dengan boneka beruang besar yang ada di pelukannya.

Boneka yang juga sangat dikenalinya.

Maudy mencengkram tali tas yang tersampir di pundaknya. Ia yakin boneka itu adalah pemberian Kafin, walaupun cowok itu ada di sana sekarang.

Maudy mengusap pipinya dari air mata yang turun tanpa ia suruh. Dia berbalik dan menghentikan taksi yang kebetulan melintas. Melupakan janjinya dengan Shelly, Rara, dan Lois yang sudah menunggu di dalam.

Sekarang yang ia butuhkan adalah ketenangan.

Taksi melaju setelah Maudy menyebutkan alamat rumah yang letaknya cukup jauh dark tempatnya berada sekarang.

Sekali lagi, Maudy mengusap wajahnya kasar.

Terjawab sudah kebingungan Maudy saat melihat Kafin menatap boneka itu dengan begitu seriusnya.

Setelah dua puluh menit, akhirnya taksi yang ditumpanginya berhenti. Maudy lantas membayar ongkos lalu masuk ke dalam rumah.

Tidak peduli dengan sapaan Mama dan Kakaknya yang sedang menonton di ruang keluarga, Maudy masuk ke kamarnya.

Sampai di dalam, ia melempar tasnya asal lalu membanting dirinya ke atas kasur.

Menutup wajahnya dengan bantal dan mengeluarkan seluruh air mata yang sedari tadi mendesak ingin keluar.

Maudy mengutuki dirinya sendiri yang terlena dengan keadaan. Harusnya dari awal dia sadar kalau Kafin adalah orang yang berbahaya dan harus dia hindari.

Ponsel dalam tasnya berdering. Awalnya Maudy tidak peduli, namun bayangan ketiga temannya yang menunggu membuatnya terpaksa bangkit dan mengecek ponselnya.

Benar saja, itu panggilan dari Lois yang menanyakan keberadaannya.

"Gue tiba-tiba nggak enak badan.  Sori banget gue lupa ngabarin."

Setelah Lois dari seberang sana mengucapkan doa agar dia lekas membaik, Maudy memutuskan panggilannya.

Namun beberapa detik kemudian ponselnya kembali berdering.

Nama seseorang yang menjadi alasan sembabnya wajah Maudy muncul di layar ponsel.

Maudy menggigit bibirnya dan menolak panggilan tersebut.

Namun tak lama kemudian ponselnya kembali berdering. Maudy mengeratkan genggamannya pada ponsel, kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?" Sapa Maudy dengan suara parau.

"Kamu kenapa? Suaranya kok gitu? Sakit?  Aku anter ke dokter, mau?"

Maudy menggigit bibirnya kuat. "Nggak papa."

"Yakin?"

Maudy mengangguk. Walaupun ia tahu Kafin tidak akan melihatnya. "Kaf?"

Di seberang sana Kafin berdeham. "Kenapa sayang?"

"Kita udahan ya?" Kata Maudy menekan seluruh sesak di dadanya.

"Apanya? Telponannya?"

"Kalau kamu mau main-main sama perasaan, jangan sama aku. Kamu bisa cari orang lain di luar sana."

"Apasih?! Aku ke rumah kamu sekarang." Kata Kafin sebelum memutuskan panggilan secara sepihak.

Sampai sepuluh menit kemudian pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.

"Dy, ada Kafin di luar tuh, nyariin lo!"

Sebelum Maura mengutarakan hal itu, Maudy sudah bisa menebak. Bahkan ia sudah tahu apa yang akan terjadi kalau dia keluar dan menemui Kafin sekarang.

Ia akan kembali jatuh ke dalam pesona Kafin dan menjadi bodoh seperti yang sudah sering terjadi sebelumnya. Dan Maudy tidak mau.

Karena itu dia tetap bergeming di tempatnya. Hingga pintu kembali diketuk. Kini bukan suara Maura yang dia dengar.

"Dy? Keluar dong. Jangan bikin aku panik."  Suara bujukan Kafin  agar Maudy mau menemuinya masih terus terdengar lima menit kemudian.

"Kalau kamu marah, kasih tau alasannya, Dy. Jangan kayak gini."

Masih tidak ada jawaban dari Maudy. Membuat orang di balik pintu itu menghela napas panjang. "Okay. Take your time. Kabari kalau kamu udah mau ketemu."

Setelah itu suara Kafin tidak lagi terdengar. Meninggalkan Maudy yang terduduk lemas di lantai kamarnya.

😀😀😀
Tinggal 1 atau 2 (sesuai mood) part lagi menuju ending :v

Maunya ending yang gimana nih?
Kafin-Maudy terus bersama selamanya #ea
Atau
Kafin-Maudy berakhir menyakitkan :"

Implisit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang