25.5

14.4K 1.2K 6
                                    

Ini bagian dari part 25 sebelumnya :)

Setelah beberapa menit lalu berbasa-basi dengan Rara dan Erwin, akhirnya Kafin berhasil membawa Maudy duduk di meja yang memang didesain khusus untuk dua orang.

"Kenapa nggak bilang kalau mau kesini?" Tanya Kafin sambil menatap lurus gadis di depannya yang sibuk dengan orange juice-nya.

"Kamu juga nggak bilang kalau mau kesini." Jawab Maudy cuek.

Kafin menopang dagunya dengan sebelah tangan. Matanya masih memerhatikan gerak-gerik Maudy. "Kalau mau ngomong sesuatu, ngomong aja."

Fokus Maudy berpindah dari minuman masam di depannya ke Kafin yang masih menatapnya. "Kamu ngerokok sejak kapan?"

Senyum tipis Kafin terbit. Ia sudah menduga akan menerima pertanyaan seperti ini. "Dari SMP udah mulai. Tapi akhir-akhir ini jadi lebih sering. Ya nggak sering-sering banget sih. Tapi nggak bisa dibilang jarang juga."

Maudy mengangguk pelan. Matanya bergerak menjelajahi seluruh ruangan cafe yang terlihat semakin ramai dari sebelumnya. Sepertinya Erwin memang orang yang cukup populer.

"Dari ekspresi kamu, kayaknya masih ada yang mau kamu omongin," tebak Kafin membuat penjelajahan Maudy terhenti.

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Kafin. "Kamu tau nggak?"

"Kalau kamu cinta mati sama aku? Itu aku tau banget, Dy." Ujar Kafin mencoba mencairkan suasana yang dia rasa cukup kaku. Namun gagal, Maudy hanya menatapnya datar. "Oke, sorry. Tau apa, hm?"

"Aku nggak suka kenyataan ini." Jawaban Maudy membuat Kafin menatapnya kebingungan. "Kenyataan kalau selama ini aku belum kenal kamu."

"Aku nggak ngerti."

Maudy tersenyum. "Kita tiap hari ketemu, tapi aku bahkan baru tahu malam ini kalau kamu merokok. Miris nggak sih?"

Tangan Kafin meraih tangan mungil Maudy yang berada di atas meja dalam genggamannya. Namun mulutnya tetap terkunci, tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Apa lagi yang aku nggak tahu dari kamu?" Sambung Maudy membuat Kafin mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Kamu mau tahu apa tentang aku? Kamu bisa tanya aku sekarang."

"Janji kamu bakal jawab sejujurnya?"

Kafin mengangguk mantap lalu terkekeh, "siap Madam."

Maudy menatap Kafin lurus. "Kamu masih berhubungan sama Hanin?"

Mendengar itu, Kafin terkejut bukan main. Ia sama sekali tidak menyangka kalau pertanyaan yang Maudy berikan adalah pertanyaan seperti itu.

Karenanya, Kafin tidak langsung menjawab. Genggaman tangannya melemah.

"Kamu tahu? Sejak kapan?" Kata Kafin setelah cukup lama membungkam.

"Kamu nggak perlu tahu. Jadi, jawab aja pertanyaanku."

Bukannya menjawab, Kafin malah berdiri dari duduknya. "Kita butuh tempat yang lebih tenang buat bahas ini."

"Nggak perlu. Kita bisa bahas di sini."

Kafin menarik napas panjang. Dia berjalan ke sebelah Maudy dan membungkuk agar wajahnya sejajar dengan gadis itu. "Kalau kamu takut, aku nggak bakal kabur dari pertanyaan kamu. Aku bakal jawab. Tapi nggak di sini. Oke?"

Dengan berat hati akhirnya Maudy mengangguk dan mengikuti langkah Kafin yang membawanya ke parkiran cafe, tempat mobilnya berada.

Implisit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang