Lima

18.5K 1.6K 130
                                    

Diketik di HP, tanpa dicheck, langsung publish. Kasih tau ya kalau ada typonya :)

Di pojok lapangan, terlihat empat siswa dengan seragam yang sama urakannya. Para Siswa yang berhasil menempati jajaran most wanted boy di Rajawali High School.

Salah satunya adalah Kafin. Cowok yang tengah tertawa lepas karena curhatan Rama--temannya sejak masuk SMA-- yang kemarin diciduk oleh adiknya sedang menonton film bokep.

"Bego banget lo anjir!!" Kafin melempari Rama dengan pulpen yang dia temukan saat sedang piket. Iya, walaupun badung, Kafin tidak pernah absen piket. Sekalian cari pulpen gratis, katanya.

"Malu gue, Fin. Sumpah! Mana adek gue ancam laporin ke Bunda lagi. Ahelah!"

Sekali lagi Kafin tertawa. Tanpa dirinya ketahui, tawa renyahnya itu mampu membuat beberapa siswi menelan salivanya karena terpesona. Iya, pesona Kafin memang selebbay itu.

"Lagian lo ngapain nonton porno siang-siang, bego bener. Enaknya tuh malam-malam, apalagi kalau hujan. Beuuhh!" Sahut Jaka, satu-satunya anak kelas sepuluh di antara mereka.

Jaka ini menjadi incaran favorit para Kakak Kelas karena wajah innocent yang katanya menggemaskan itu. Padahal di balik wajah polos itu, otak Jaka malah yang paling kotor.

Memang kita tidak bisa menilai orang dari covernya saja.

"Penasaran gue njir. Yang mas kurir galon itu, lho."

"Oohh yang mas galon itu?" Kata Kafin membuat Rama mengangguk semangat. "Gue udah liat sedikit sih. Parah sih emang."

"Iyakan? Lo nonton juga nggak, Ran?" Rama bertanya pada Randi yang sejak tadi asik push rank. Kalau Jaka tidak usah ditanya, jawabannya sudah pasti iya.

"Apaan?" Jawab Randi cuek, masih asik dengan permainan di ponselnya.

"Video yang lagi viral. Yang jilbab pink." Jawab Jaka berapi-api. Memang kalau urusan begini dialah seniornya.

Belum sempat Randi menjawab, dua orang siswi bergabung dengan mereka.

"Asik banget, bicarain apa?" Tanya siswi yang mengenakan hijab.

"Ehh, Kak Ghena. Ini, gue lagi nanyain pe-er matematika." Jaka memamerkan cengiran mautnya.

"Prett! Gaya lo!" Siswi yang dipanggil Ghena itu selanjutnya asik mengobrol dengan Jaka dan Rama. Sedangkan temannya, sudah mengambil posisi di sebelah Kafin. Randi? Tentu masih sibuk dengan ponselnya.

Hampir semua cowok memang seperti itu. Konsentrasinya tidak akan bisa diganggu dengan apapun jika sudah asik push rank.

Kafin menoleh ke samping. "Darimana aja?"

"Temani Ghena."

"Ngapain?" Tanya Kafin lagi. Kali ini sambil memainkan memutar-mutar jarinya di telapak tangan gadis di sebelahnya.

"Antar undangan, besok dia sweetseventeen." Jawab gadis itu sambil menarik tangannya karena merasa geli. "Kafin!"

"Apa Hanin?" Jawab Kafin sambil menarik kembali tangan gadis yang tak lain adalah kekasihnya selama delapan bulan terakhir.

Walau masih banyak yang belum tahu hubungan mereka. Karena memang Kafin tidak pernah mengumbar-umbar. Hanin juga termasuk orang yang tidak suka mengumbar kehidupan pribadinya.

"Geli tau."

"Masa?" Hanin mengangguk lalu kembali menarik tangannya, namun kali ini ditahan oleh Kafin.

"Kafin, lepasin dong. Geli beneran tau."

Kafin terkekeh lalu menghentikan gerakan jarinya dan beralih menggenggam tangan mungil Hanin. "Ya udah digenggam aja. Nggak geli kan?"

Implisit ✔Where stories live. Discover now