Empat Belas

14.2K 1.4K 23
                                    

Multimedia: outfit Maudy

..

Kaki Maudy yang terbalut flatshoes putih itu melangkah beriringan dengan sneaker abu milik Rila.

Setelah dua puluh menit berada di tengah-tengah lalu lintas malam minggu yang dipadati oleh kaum muda-mudi seperti mereka, akhirnya mereka sampai di sini. Sebuah mall yang letaknya paling dekat dengan PI Residence.

"Gila, rusak rambut gue kena angin. Kan gue bilang, naik mobil aja." Keluh Rila sambil menyisir rambutnya dengan jari.

Maudy terkekeh. Tadi dia memang memaksa Rila untuk memakai motor saja. Tentu saja awalnya ditolak oleh Rila dengan beberapa alasan. Salah satunya adalah yang gadis Batak itu keluhkan sekarang.

"Kalau naik mobil, mungkin kita masih macet-macetan di jalan." Ujar Maudy santai. Tangannya menarik Rila untuk mengikutinya.

"Lo mau kemana?" Kata Rila terlihat pasrah.

Telunjuk Maudy mengarah pada stan boba yang antriannya sangat panjang. "Mau boba nggak, La?"

Mata bulat Rila mengikuti arah telunjuk Maudy lalu menggeleng keras. "Nggak! Antriannya udah kayak antri sembako."

"Terus kita mau kemana?"

"Lah? Kan lo yang ngajak kesini tadi." Ujar Rila jengah.

Satu jam lalu, Maudy tiba-tiba muncul di kamarnya dan membuat Rila terpaksa meninggalkan kasur kesayangannya.

"Lo laper nggak?" Tanya Maudy lagi.

Rila menggeleng. "Sebelum lo dateng, gue baru selesai makan."

"Sama." Maudy terkekeh. Tangannya masih menggenggam tangan Rila agar tetap mengikutinya. "Kalau gitu cari baju yuk? Gue udah lama nggak shopping baju."

Seketika mata Rila berbinar. Walaupun sedikit tomboy, dia juga perempuan yang akan melonjak kegirangan mendengar kata shopping.

Apalagi melihat banyak sekali pakaian-pakaian serta tulisan diskon di depannya.

"Manis banget deh, Dy." Ujar Rila sembari memegang dress kuning bermotif floral yang tergantung di depan mereka.

"Lucu, La! Mau!" Seru Maudy tak kalah antusiasnya.

"Enak aja! Gue duluan yang lihat." Ujar Rila segera mengambil dress itu lalu tempatnya.

Membuat Maudy menampilkan wajah masam. "Ya udah deh. Gue cari yang lain aja."

Setelah itu mereka menghabiskan waktu untuk berkeliling. Memasuki setiap outlet pakaian yang mereka lewati.

..

Saat akan keluar dari area parkir mall, mata Kafin menangkap orang yang sangat ia kenali di area parkir motor.

Tangan kanannya membawa dua kantong belanjaan yang berukuran cukup besar, sedang tangan sebelah kirinya menggenggam minuman yang akhir-akhir ini digandrungi oleh muda-mudi. Boba.

Kafin berdeham, lalu menatap Hanin yang masih berdiri di sebelahnya.

Rencananya malam minggu ini akan ia fokuskan pada Hanin. Mengingat sudah sangat jarang jalan bersama gadis yang malam ini terlihat manis dengan dress pinknya.

Namun niatnya itu gagal, karena fokusnya sekarang sudah terbagi ke gadis yang ia lihat di parkiran motor tadi. Maudy.

Satu minggu ini Kafin yang memang cukup peka tentu menyadari perubahan sikap Maudy. Gadis itu menjadi sedikit lebih pasif.

Dalam seminggu ini, Kafin lah yang selalu membuka percakapan. Juga selalu memulai chat duluan.

"Kamu bisa masuk duluan nggak? Nanti aku nyusul."

Hanin mengernyit heran. "Kamu mau kemana?"

"Tadi aku lihat temen. Mau nyapa dulu."

Pada akhirnya, Hanin hanya bisa mengangguk pasrah. "Iya udah. Aku nunggu di dekat eskalator ya?"

Kafin mengangguk. Lalu berjalan ke arah parkiran motor ketika Hanin sudah keluar dari area parkir.

"Dy?" Tanya Kafin ketika berada di depan Maudy dan Rilaterlihat kesusahan mengatur kantong belanjaannya.

"Eh?" Maudy menatap Kafin sedikit terkejut. "Kok bisa disini?"

Bahu Kafin terangkat acuh tak acuh. "Kayaknya pertanyaan itu lebih cocok untuk kamu. Tadi siang bukannya kamu bilang nggak bisa keluar, waktu aku ngajak jalan?"

Jantung Maudy berdebar sedikit lebih cepat. Tidak nyaman dengan tatapan tajam yang Kafin tujukan padanya. "Eh itu, tugasnya udah selesai."

Tidak ingin berdebat, Kafin mengangguk. "Lo bawa motor?" Pertanyaan itu jelas tidak ia tujukan pada Maudy, tetapi pada orang yang dari tadi hanya diam memerhatikan mereka.

Rila berdecak. "Iyalah. Lo nggak lihat gue udah pake helm?"

Jawaban itu membuat mata Kafin memindai gadis di depannya lalu menghela napas kasar. Maudy hanya mengenakan kaos tipis pink dengan jean biru. "Nggak bawa jaket?"

Setelah mendapat jawaban berupa gelengan. Kafin lantas melepas sweater hitam yang ia kenakan lalu menyerahkan benda itu pada Maudy.

Namun seperti yang sudah ia duga, Maudy menolak.

"La? Lo bisa bawa mobil kan?" Tanya Kafin pada Rila yang masih asik mengamati mereka dalam diam.

"Bisa. Kenapa?"

"Bawa mobil gue. Nanti gue pulang pake motor lo."

Kafin baru saja akan menyerahkan kunci mobilnya pada Rila, ketika Maudy menyambar sweaternya dan langsung mengenakannya.

Kini Maudy terlihat begitu menggemaskan dengan sweater Kafin yang terlihat kebesaran di tubuhnya.

"Kami pulang naik motor." Sungut Maudy kesal.

Kafin terkekeh lalu mengacak rambut Maudy gemas. "Ya udah. Kalau gitu, hati-hati ya? Kalau ada apa-apa telpon."

Adegan itu membuat Maudy menahan napasnya. Usahanya selama satu minggu ini sia-sia hanya dengan perhatian kecil seperti ini.

Semenjak hari saat Maudy datang ke rumah Kafin, gadis itu memang sedikit menjauhi Kafin. Bahkan beberapa kali ia mencoba menghindari jemputan Kafin dengan beberapa alasan. Walaupun selalu digagalkan dengan tingkah manis dan perhatian-perhatian kecil yang cowok itu berikan.

...

Pendek ya? Wkwkkw
Tapi pendek-pendek gini, buatnya sulit bro. Perlu melewati beberapa kejadian menggemaskan dulu baru dapat inspirasi😆
(Thx to ipan :v)

Vomment!

09 November 2019
Toraja

Implisit ✔Where stories live. Discover now