Tiga belas

14.5K 1.4K 66
                                    

Multimedia: Brownie cookies🍪

..
Vomment!

Aroma coklat terpanggang menyapa indera penciuman gadis yang baru saja melangkah memasuki area dapur rumahnya.

Pakaian sekolahnya masih lengkap terpasang di tubuhnya. Kecuali sepatu converse yang ia lemparkan ke rak sepatu depan rumahnya.

"Mama?! Lagi ngapain?" Seru gadis bernama Maudy Cessavani ketika melihat Anne--Sang Ibu yang berdiri di depan oven. Lengkap dengan apron kuning mudanya.

Anne menoleh ke belakang menghadap anak bungsunya itu. "Eh sudah pulang? Mama lagi bikin brownie cookies."

Mendengar nama camilan yang masuk ke daftar favoritnya itu, membuat Maudy melangkah mendekati Anne.

"Wah? Udah lama nggak makan cookie buatan Mama." Kata Maudy semangat.

Anne memakai sarung tangannya lalu mengangkat cookie dari dalam oven. "Buatnya ribet, Mama males buatnya."

Maudy tidak menjawab, dia terpesona melihat cookie yang dihiasi lelehan chocochips di atasnya. Air liurnya hampir saja menetes melihat pemandangan itu.

Tangan telaten Anne memindahkan cookies dari loyang ke toples kaca transparant di depannya.

"Nanti anterin ini ke rumah Kafin ya?"

Mendengar nama Kafin disebut, Maudy sadar dari keterdiamannya. "Untuk apa, Ma? Mama buatnya kebanyakan? Tenang aja, Ma. Nanti Maudy yang habisin."

Anne berdecak lalu menjitak kening anaknya pelan. "Kamu tuh, Dek. Kafin udah baik banget sama kamu, lho."

Bibir Maudy mencebik. Bukan kali ini saja Mamanya memuji Kafin. "Suruh Maura deh Ma, yang anterin."

"Lho, kok Kakak! Yang dekat sama Kafin kan kamu, Dek. Lagian apa susahnya sih anter ginian doang. Nggak berat, Dek. Dekat juga rumahnya."

"Malu, Ma. Nanti ketemu Mama-Papanya dia." Ujar Maudy menyampaikan isi hati yang sebenarnya.

Kening Anne mengerut. Matanga menatap lurus ke arah Maudy dengan tangan yang berkacak pinggang. "Malu kenapa?"

"Ya malu, Ma. Nanti dikira Maudy modus ke anaknya, bawa-bawa kue ke rumahnya."

"Kafin aja nggak malu antar-jemput kamu tiap hari. Masa kamu bawa kue ke rumahnya aja nggak berani, Dek. Cemen ah kamu.

"Udah sekarang cepet ganti baju, habis itu anter ke rumah Kafin. Mama nggak mau tahu!" Lanjut Anne lalu kembali sibuk menata cookie ke dalam toples.

Dengan setengah hati, Maudy bergegas menuju kamarnya untuk mengganti baju sekolahnya dengan kaos biru dongker yang senada dengan warna jogger pants yang ia kenakan.

"Nggak mandi, Dek?"

Rambut Maudy yang dia ikat satu bergerak ke kanan dan ke kiri, mengikuti gelengan gadis itu. "Nggak usah. Masih harum kok. Maudy nggak keringatan dari tadi."

Anne mendengkus. Tidak ingin berdebat, lantas wanita dengan terusan batik itu memberikan sebuah goodie bag berisi satu toples cookies kepada Maudy. 

"Ya udah, Maudy pergi dulu." Pamit Maudy setelah mengecup pipi Anne.

..

"Tante pikir tadi Kafin keluarnya sama kamu."

"Eh, enggak tante." Maudy tersenyum kecil.

Beberapa menit lalu dia sampai di rumah Kafin dan hanya disambut oleh wanita anggun yang sedang berbincang dengannya saat ini.

Suasana canggung masih sedikit melingkupi Maudy. Bagaimana tidak, ini baru kedua kalinya Maudy menginjakkan kaki di rumah ini, dan untuk pertama mengobrol dengan Mamanya Kafin.

Sebelum ini Maudy memang pernah bertemu Widia sekali, namun keduanya hanya melempar senyum karena belum mengenal satu sama lain kala itu.

"Kamu cantik deh. Tapi nggak mirip sama Mama ya?" Kata Widia.

"Iya, banyak yang bilang lebih mirip ke Papa, Tan."

"Iya, Dy. Tante juga setuju itu."

"Kalau Kafin mirip tante banget ya? Apalagi mata sama bibir tante mirip banget sama dia." Ujar Maudy sambil mengingat-ngingat bentuk wajah Kafin.

Sedangkan wanita di hadapannya malah tertawa. Namun bukan seperti tawa Maudy dan teman-temannya yang merusak pendengaran, tawa Widia sangat anggun.

"Kamu bukan orang pertama yang bilang gitu. Papanya sampe sebel karena dua anaknya cuma mirip tante."

Tak terasa, dua puluh menit mereka habiskan untuk mengobrol. Mulai dari kehidupan umum Maudy di sekolah, sampai membahas cita-cita Maudy di masa depan dan juga cita-cita Widia untuk menjadi presenter tapi sayangnya tidak kesampaian.

Kecanggungan di antara mereka pun mulai terkikis. Keduanya bahkan terlalu larut ke dalam obrolan hingga tak menyadari ada tiga orang lain yang baru saja memasuki ruangan.

"Sore.." Sapa salah satu dari ketiga orang itu.

Membuat Maudy dan Widia terpaksa menoleh. Dan betapa terkejutnya Maudy ketika mendapati Kafin, Hanin, dan satu orang yang pernah ia lihat di salah postingan Kafin yang terbaru.

Nampaknya tidak hanya Maudy yang terkejut. Kafin juga sempat terdiam sebelum menyapa dua orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Hai? Kok dateng nggak bilang-bilang?" Tanya Kafin ketika berhasil menguasai keterkejutannya.

"Kenapa harus bilang kamu?" Tanya Maudy yang matanya malah fokus menatap ke tangan Kafin yang sedang menggenggam tangan mungil milik gadis di sebelahnya. Tangan Hanin.

Melihat tak ada respon dari lawan bicaranya, Maudy akhirnya melanjutkan perkataannya. "Aku kesini mau antar cookies titipan Mama buat Tante Widia." Bukan buat liat kamu gandengan sama cewek lain.

"Oh, oke." Kafin mengangguk pelan. Dia menatap Widia yang sedari tadi hanya diam. Sebagai wanita yang berperasaan, dia sedikit tahu apa yang terjadi dengan Para Remaja itu. Namun dia memilih untuk tidak ikut campur. Kafin sudah besar, dan dia percaya anak nakalnya yang satu itu tahu cara menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Ma, kami kerja kelompok di sini ya?"

"Tumben. Biasanya kerja kelompok di rumah Rama."

Kafin menggeleng lalu mengarahkan Hanin dan temannya yang ternyata bernama Bintang itu untuk duduk di sofa panjang --di samping sofa tempat Maudy dan Widia duduk--.

"Rama pergi ke rumah sakit. Stroke Papanya kambuh katanya."

"Oh yasudah,  kalian kerja tugas di sini aja. Nih ada cookies dari Maudy. Dimakan," ujar Widia seraya mengeluarkan toples dari goodie bag.

Maudy hanya diam memperhatikan. Tidak tahu harus melakukan apa. Yang ia tahu sekarang, bahwa dadanya sangat sesak.

Apalagi melihat Kafin yang terlihat sangat romantis saat membukakan tutup spidol untuk Hanin yang nampak kesulitan membukanya.

🍌🍌🍌
28 Oktober 2019
SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA, WAHAI PARA PEMUDA INDONESIA <3
Semoga kita sebagai pemuda dapat mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya ya.
Aamin.

Implisit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang