Sembilan

2.3K 191 0
                                    

"Nak Danish."

Danish yang sejak tadi menunduk mengangkat wajahnya menatap wajah Wildan. "Iya om."

"Ada yang harus tanyakan, apakah kamu tidak keberatan?" tanya Wildan.

"Tentu tidak Om, silakan Om," jawab Danish dengan sangat sopan.

"Boleh kamu ceritakan kenapa kamu bisa terpikat dengan anak kesayangan saya?"

"Oh itu, saya juga sebenarnya tidak tahu Om, kapan saya terpikat dengan Sheeda dan kapan saya mulai menaruh hati kepadanya. Semuanya berlangsung tanpa kendali saya. Tapi satu hal yang membuat saya yakin yaitu Sheeda bukan termasuk perempuan biasa. Dia mempunyai prinsip yang perempuan lain tidak akan sanggup untuk menjaga prinsip itu, Om. Dan satu lagi Om, Sheeda perempuan yang sangat luar biasa," jawab Danish.

Wildan tersenyum merespon jawaban Danish. Memang, Wildan selalu mewanti-wanti anaknya itu untuk tidak berhubungan dengan lawan jenis di dalam ikatan yang haram yaitu pacaran. Dan Sheeda melakukannya.

"Apakah kamu yakin kalau Kay adalah wanita yang Allah kirimkan untuk mengisi sisa hidup kamu?"

"InsyaAllah saya yakin. Sebelum saya memutuskan untuk mengungkapkan isi hati saya yang sebenarnya. Saya sudah berulang kali melakukan sholat istikharah, meminta kepada-Nya yang terbaik dan berulang kali juga saya dihadapkan dengan Sheeda."

"Terus tanggapan kamu perihal syarat Kay itu bagaimana kamu bisa langsung menyetujui nya? Saya rasa itu syarat yang sangat sulit."

"Saya belum bisa menjawab kalau syarat yang Sheeda berikan sulit atau mudah. Yang saya pikirkan saat itu sampai saat ini adalah Sheeda adalah seorang anak dari orang tua yang sangat hebat, dirinya mempunyai banyak mimpi salah satunya membahagiakan kedua orang tuanya. Egoisnya saya jika harus memutuskan mimpi seseorang hanya untuk kebahagiaan saya sendiri. Dan saya juga saat ini sedang berada di fase yang sama dengan Sheeda, sama-sama ingin mewujudkan mimpi kami. Maka dari itulah saya menyetujuinya, toh sebagaimana pun kita berlari jika memang itu takdir untuk kita akan terus mengejar, sama halnya dengan saya dan Sheeda, jika memang Sheeda adalah jodoh yang Allah kirimkan untuk saya, pasti apapun itu hambatannya, seberapa lama pun waktunya pasti endingnya akan indah," jawab Danish panjang kali lebar.

Wildan menepuk bahu Danish. "Saya bangga sama kamu. Tolong jaga anak saya dengan baik, kalaupun kalian harus dipisahkan dengan kesibukan kalian, Saya percaya kalau kalian akan selalu bersama. Saya percaya sama kamu, ingat! Jangan sakiti anak kesayangan saya."

Danish tersenyum lalu mengangguk patuh. "Insha Allah, Om. Terima kasih atas kepercayaan nya."

Wildan meresponnya dengan senyuman. Senyuman yang sangat mirip dengan Sheeda.

"Kata Kay, nak Danish sedang melakukan penelitian ya?"

"Alhamdulillah iya Om. Sebentar lagi jika tidak ada revisi dari dospem insha Allah selesai."

"Aamiin semoga secepatnya selesai."

"Aamiin makasih Om."

"Makasih mulu, jangan makasih ntar stok makasihnya abis," canda Wildan.

"Eh" Lalu keduanya tertawa bersama.

Danish typical orang yang humble dirinya akan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Jadi tidak sulit untuk mengakrabkan dengan Wildan.

Sheeda berjalan dengan nampan ditangannya. Nampan itu berisi cemilan gorengan pisang dan bolu red velvet kesukaan sang ayah dan dirinya. Tidak lupa dua gelas minuman yang sangat khas.



Setelah disimpan di meja, Sheeda beranjak dan duduk disamping sang Ayah.

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Where stories live. Discover now