Tiga Puluh

2.4K 155 1
                                    

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tidak terasa Sheeda sudah sampai di stase terakhir dan setelah ini ia akan melakukan ujian kompetensi dan ujian untuk mendapat STR. Rutinitas Sheeda dan Danish pun terbilang semakin sibuk dengan kegiatan masing-masing, Danish dengan kegiatan dalam mengambil gelar spesialisnya dan Sheeda dengan kegiatan dalam mengambil gelar ners-nya.

Mata belo Sheeda terbuka sempurna dan tangannya meraba kasur di sampingnya, helaan napas ia keluarkan saat merasa kalau suaminya itu sudah kembali ke rumah sakit tanpa pamit, kembali....

Posisinya ia ubah menjadi bersandar ke nakas dan tangan mungilnya mengambil iPhone untuk menghubungi suaminya.

Sekali tidak ada jawaban sampai panggilan itu diulangi selama 3 kali barulah suara yang sangat ia kenal itu terdengar.

'Sudah bangun sayang? Maaf tadi langsung ke rumah sakit, ga tega liat wajah kamu yang tenang dan merindukan itu'

Bibir Sheeda terangkat ke atas, suaminya ini ada saja hal yang membuat marahnya pudar dalam sekejap.

'Sayang.... Maafin dong, ga kali-kali deh janji'

Sheeda menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan suara saat ia ingin tertawa mendengar suara Danish yang memelas meminta maaf.

'Hey! Jangan bilang bobo lagi? Sayang.... Bangun toh udah jam sepuluh, sarapan dulu gih.'

"Engga Mas. Lagian udah berapa kali Sheeda bilang bangunin kalau Mas mau berangkat. Kan Sheeda jadi istri durhaka, suaminya berangkat istrinya malah enak-enakkan bobo."

Terdengar suara tertawa kecil dari sebrang.
'Maaf toh, habisnya kamu kan semalem begadang buat ngerjain laporan, lagian saya sudah pamitan loh cuma kamu aja yang terlalu lelap.'

"Alibi!"

'Aish, sumpah deh, tadi saya sudah cium kedua bakpau kamu dan liat deh laci ke dua di sana ada sesuatu buat kamu.'

Sheeda mengikuti arahan suaminya dan saat ia lihat ada sebuah tulisan "good morning my wife. Jangan lupa sarapan. ILY" Dan tidak lama dari itu ketukan suara pintu membuat Sheeda membukanya, ternyata 'ibu' pekerja di rumahnya yang sudah siap dengan nampan yang berisi sandwich dan susu.

"Mas apa-apaan sih, Sheeda juga bisa tau!"

"Eh bu makasih ya udah repot-repot anterin ini," ucap Sheeda dengan perasaan tidak enak.

Seorang wanita paruh baya itu tersenyum dan memgucapkan, "tidak apa-apa non, ini pesan tuan yang bilang kalau non bangun langsung dikasih sarapannya. Selamat sarapan non."

"Iya Bu, makasih Bu."

Dan setelah itu Ibu Mirna kembali untuk mengerjakan pekerjaannya dan Sheeda segera membawa nampan itu ke sofa yang berada di ujung kamar.

Danish langsung mengubahnya menjadi panggilan telepon, tidak beberapa lama wajah cantik sangat istri dengan bibir yang sengaja cemberut itu terpanpamg membuat ia tersenyum.

'Ga baik cemberut sama suami, nanti Allah marah loh.'

"Abisnya ngapain sih kamu suruh Bu Mirna nganterin ini? Kan Bu Mirna juga banyak pekerjaannya, pasti Bu Mirna udah beberapa ke kamar deh tapi akunya belum bangun."

'Ya maaf sayang, kirain saya kamu ga bakalan se siang ini bangunnya. Dimakan tuh makanannya nanti keburu dingin banget malah ga enak.'

Sheeda memasukkan makanan itu ke mulutnya, lagian tidak dipungkiri jika memang dirinya sangat lapar.

"Mas udah sarapan, kan tadi?"

'Itu yang bikin saya loh, masa saya ga makan toh. Karena ternyata saya ga sebaik itu sayang....'

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora