Tiga Belas

2.3K 185 0
                                    

Mata Danish perlahan terbuka. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Sheeda yang sedang tertidur dengan kedua tangan ia simpan di pipi. Lengkung bibirnya tertarik ke atas, ia bersyukur karena Allah telah mempertemukan dirinya dengan gadis di hadapannya, dan ia berharap dirinya bisa bertahan hingga nanti di saat dirinya dan Sheeda sudah mencapai target masing-masing.

Tangan Danish menelusuri wajah Sheeda, di mulai dari hidung yang mungil, bibir, pipi yang tembam, alis yang tipis dan berakhir di mata. Sungguh sempurna ciptaanMu ini ya Allah, batin Danish. Ide jahil Danish pun keluar, ia mengangkat hidung mungil Sheeda hingga si empunya hidung mengerang tanpa membuka mata.

"Aish, ternyata kebluk juga," ucap Danish saat kegiatannya tidak membuat Sheeda terbangun.

Danish lalu melirik jam yang berada di sebelah utara kamar Sheeda. Disibakkannya selimutnya lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk bersiap melakukan sholat berjama'ah di mesjid, walaupun sekarang baru menunjukkan pukul 03.30 WIB.

"San, bangun... Sholat dulu," ucap Danish saat sudah siap dengan pakaian kokonya.

Sheeda melenguh, dan perlahan mata cantik itu terbuka seketika mata Sheeda terbuka lebar dan sepersekian detik dirinya menepuk jidat sendiri. Ternyata dirinya lupa jika sudah menikah guys hehee.

"Kenapa? Kaget ya liat orang ganteng pas kamu buka mata?"

Sheeda mendengus. "Udah sana ntar kesiangan sholat berjama'ahnya." Sheeda turun dari kasurnya bersiap untuk ke kamar mandi.

"Eits, cium tangan dulu dong," ucap Danish dengan menaikkan salah satu alisnya.

Sheeda langsung berbalik lalu menuruti keinginan Danish.

Danish tersenyum lalu mengusap puncak kepala Sheeda, dan ternyata Sheeda penurut. "Sholat yang khusyuk ya. Saya berangkat, Assalamu'alaikum."

Sheeda menjawab salam lalu melanjutkan langkahnya tadi.

Sheeda telah berganti pakaian dengan dress berwarna biru dengan kerudung instan berwarna senada. Sebelum dirinya keluar kamar, ia menyiapkan pakaian Danish yang masih berada di dalam koper. Sheeda sudah meminta untuk dipindahkan ke lemarinya, tapi Danish menolak, karena nanti Danish akan kembali lagi dan akan kerja dua kali kalau seperti itu.

"Loh kok penganten baru udah keluar kamar aja," ucap perempuan yang tidak jauh beda dengan dirinya, ia adalah saudara atau lebih tepatnya anak dari ua Sheeda yang masih menginap karena rumahnya berada di Palembang.

"Jangan males-malesan, apalagi baru menyandang gelar istri, nanti pahalanya berkurang. Gue gak mau rugi lah," ucap Sheeda yang berjalan ke dapur dan menyiapkan teh hangat untuk keluarganya.

Perempuan yang bernama Rasyel itu terkekeh. "Dasar."

Sheeda terkekeh lalu tertawa melihat ekspresi Rasyel. Ya kali dirinya harus di kamar rebahan sambil nunggu Danish.

Oma Sheeda lebih tepatnya Ibu dari Shila mendekati sang cucu kesayangan, bagaimana tidak, Sheeda adalah cucu perempuan satu-satunya.

Sheeda yang melihat Oma Titi menghampirinya langsung memapah untuk duduk di kursi meja makan. Ketika telah duduk, Sheeda mencium punggung tangan sang Oma. "Oma duduk aja di sini ya, Sheeda lagi bikin teh dulu."

Oma Titi mengangguk lalu tersenyum.

Rombongan lelaki masuk ke rumah. Sheeda yang baru beres menyiapkan cemilan pagi langsung menghampiri mereka dan mencium punggung tangannya termasuk Danish.

Wildan dan keluarga nya langsung ke kamar untuk berganti pakaian. Danish? Lelaki itu terlebih dulu menghampiri sang Oma lalu mencium punggung tangannya dengan takjim.

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Where stories live. Discover now