Dua Puluh Delapan

2.1K 146 0
                                    

Pagi-pagi Sheeda sudah siap dengan seragam putihnya. Matanya masih sembab karena semalam. Senyum dibibirnya tidak pernah hilang walau hatinya tidak baik. Sheeda menghampiri ayahnya yang sedang menyiapkan mobil untuk ke kantor.

"Yah, Kay berangkat ya."

"Hati-hati sayang. Semangat ya!"

"Siap, Bos. Oh ya kalau jadi nanti Kay pulang ke rumah ya?"

Wildan mengangguk dan tersenyum. Salut dengan sikap anak sematawayangnya yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dan dewasa tentunya.

Setelah mencium punggung tangan Wildan, Sheeda masuk ke mobilnya dan ia terlihat mengetikkan sesuatu ke iPhone nya sebelum melanjutkan niatnya untuk berangkat.

Sesampainya di parkiran, Sheeda yang sedang melamun di kagetkan oleh Aida.

"Lo kenapa sih? Akhir-akhir ini kok kaya banyak pikiran."

"Gak papa, lagi cape aja kali."

"Atau jangan-jangan lo hami--"

"Kalau ngomong suka seenak jidat ya emang."

"Hehe kan tahu aja. Soalnya muka lo tuh lesu banget gak kaya biasanya."

"Gak papa. Yaudah daripada nge ghibah di sini mending masuk yu!"

"Loh? Siapa yang di ghibahin? Ah tahu ah!" Lalu Aida menyusul Sheeda yang sudah di depannya.

Setelah bertempur selama delapan jam, Sheeda dan tim melakukan operan. Dan saat persiapan pulang Aida mengajak Sheeda ke suatu tempat.

"Sheed, ke cafe biasa yu? Sipa mau ngasih undangan katanya."

"Alhamdulillah akhirnya ada juga yang sold out. Eh tapi Sheeda gak ikut ya hari ini," ucap Sheeda.

"Yah kenapa? Padahal si gey sama sipa mau ketemu lo tahu."

"Maaf deh, soalnya aku harus buru-buru balik nih. Tar deh kalian ke rumah aku," ucap Sheeda.

"Ok deh tapi janji ya lo mau ajak kita-kita ke rumah lo?"

Sheeda mengangguk lalu menggendong tas nya. "Eh iya salam ke mereka ya. Aku duluan, Assalamu'alaikum."

Aida menjawab salam lalu Sheeda berjalan ke luar rumah sakit ini.

Dipertengahan jalan ia dikagetkan oleh seseorang yang menyapanya.

"Eh kamu, Ko. Ada apa?"

Ya suara yang memanggilnya itu adalah Riko partner tim saat lokmin kemarin.

"Euh itu, lo mau bantuin gue gak?"

Sheeda menautkan kedua alisnya. "Apa dulu?"

"Gue mau lo bantuin gue buat ngelamar Aida. Gimana?"

"Wah kamu sama Aida? Ih kok gak bilang sih!"

"Hehe sorry soalnya dia juga yang bilang gak boleh siapapun yang tahu."

"Wah parah sih dia. Tapi boleh deh. Kapan nih?"

"Kita ngobrol di cafe depan yu?"

Sheeda terlihat menimang-nimang.

"Bentar doang kok. Di sana banyak orang kok."

"Bentar ya? Ok."

Sheeda dan Riko sudah berada di cafe tepat di depan rumah sakit ini.

"Jadi gimana?" tanya Sheeda.

"Ya rencananya pas ulang tahu Aida."

"Oh iya seminggu lagi, kan? Boleh-boleh."

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang