Dua Belas

2.5K 184 0
                                    

"Bu, Danish berangkat ya," ucap Danish berjalan menghampiri Rosa-Ibu Danish yang sedang merawat tanaman di taman nya.

Rosa menghentikan kegiatan menyiramnya, ia berdiri dan menghampiri sang anak bungsu. "Hati-hati, jangan lupa selalu berdo'a. Anak Ibu pasti bisa," ucap Rosa dengan mengelus puncak kepala Danish.

Danish langsung menunduk agar sang Ibu bisa meraih puncak kepalanya. Tinggi Danish yang mencapai 185 Cm membuat sang Ibu agak kesusahan jika mengelus puncak kepalanya, dan Danish dengan sigap mensejajarkan tingginya dengan Rosa.

Diciumnya kedua pipi yang mulai tidak kencang lagi karena termakan waktu, tidak hanya kedua pipi, kening sang Ibu pun ia kecup. "Aamiin, do'ain Danish ya, Bu."

"Iya sayang, do'a Ibu menyertai Danish. Yuk masuk, ayah kamu pasti lagi baca koran di depan rumah" ucap Rosa.

Danish berjalan berdampingan dengan sang Ibu. Benar dugaan Rosa, jika Ridwan-Ayah Danish sudah duduk manis di sana dengan kedua mata fokus ke koran.

"Assalamu'alaikum, Yah," ucap Danish mencium takjim punggung tangan Ridwan.

Ridwan yang tadi fokus membaca koran, langsung melipat koran itu dan menjawab salam sang anak. 

"Sidang kamu hari ini jam berapa?" tanya Ridwan.

Danish melihat arloji yang sudah terpasang di tangan kanannya. "Jam sepuluh, Yah. Makanya sekarang berangkatnya, takut macet."

"Yaudah, yakin anak Ayah pasti bisa. Nanti kabar-kabari kita di rumah ya, maaf Ayah gak bisa ke sana, setengah jam lagi ada rapat dengan Komisaris utama," ucap Ridwan yang meminta maaf karena tidak bisa menemani anak bungsunya untuk sidang.

"Gak papa, kok Yah, lagian nanti ada kak nila, dan kalau boleh jujur Danish bakal lebih gugup kalau ada Ayah sama Ibu hehe. Do'ain aja Danish lancar segalanya."

Ridwan dan Rosa terkekeh mendengar pengakuan sang anak. Rosa pun berhalangan hadir karena hari ini akan ada orang yang mendekorasi halaman belakang rumahnya untuk acara siraman jum'at pagi, jadi ia harus tetap berada di rumah.

Tidak terasa pernikahan Danish dan Sheeda tinggal beberapa hari lagi, lebih tepatnya dua hari lagi, perihal sidang hari ini sebenarnya Sheeda mengetahuinya, tapi karena ia sedang melakukan masa pingitan jadi tidak ada kabar kepada Danish atau ucapan semangat. Tapi di balik itu semua, Danish percaya kalau gadis beruntung itu sedang mendo'akan nya.

"Kamu ini, ya sudah hati-hati ngendarain mobilnya. Jangan ngebut-ngebut juga, pelan tapi pasti," ucap Ridwan yang diangguki oleh Danish.

"Danish berangkat dulu Bu, Yah," ucap Danish.

"Bahan sidangnya tidak tertinggal, kan?" tanya Rosa.

Danish sedikit terdiam lalu menepuk jidatnya.

"Kenapa? Pasti ketinggalan kan? Dimana? Biar Ibu ambil," ucap Rosa bersiap untuk masuk ke dalam rumah mengambil bahan sidang Danish.

Danish tertawa kecil, Ibunya ini memang sangat cekatan dalam segala hal. "Sudah beres, Bu. Semuanya sudah di mobil dan di tas."

Rosa lega, akhirnya sikap ceroboh Danish berkurang.

"Kamu ini hobi bikin orang khawatir, Nish," ucap Ridwan.

"Hhee maaf, ya sudah Danish berangkat. Assalamualaikum."

Ridwan dan Rosa menjawab salam Danish, dan saat mobil Danish mulai menjauhi pekarangan rumahnya, Rosa dan Ridwan kembali ke dalam rumah.

----------

Masih ada sekitar satu jam lagi, Danish memilih untuk membuka gawai nya mengecek apk WhatsApp dan sedikit tertarik saat melihat status whatsapp.

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang