Dua Puluh Empat

2.1K 150 0
                                    

Genap satu bulan Sheeda menjadi seorang istri dari dokter residen muda. Ya, Danish sedang mengambil spesialis anastesi yang baru berjalan sekitar tiga minggu.

Danish keluar dari pintu kamar mandi, bibirnya dibuat terangkat melihat istri tercintanya sudah mengenakan mukena. Kebiasaan yang selalu Danish dan Sheeda lakukan adalah melakukan sholat berjama'ah, memang tidak setiap waktu namun Danish selalu menyempatkan untuk sholat isya dan maghrib berjama'ah.

Kesibukan Sheeda untuk saat ini hanya menjaga rumah dan sesekali berkunjung ke rumah orang tuanya atau mertuanya. Danish tahu betul jika istrinya itu sangat ingin mengambil sekolah profesi, namun entah kenapa Sheeda tidak pernah mengungkapkan itu semua kepada suaminya.

"Loh kok malah diem di sana, Mas?" Sheeda berkata saat melihat suaminya malah terdiam bak patung di dekat pintu kamar mandi.

Terkesiap, Danish langsung menghampiri Sheeda. "Kamu hari ini cantik."

Sheeda tersenyum simpul. "Udah deh gombalnya bisa nanti, sekarang kita sholat dulu yuk. Sheeda ngantuk hehe."

Kegiatan lain yang menjadi kebiasaan sepasang suami istri itu adalah tidur lebih awal yaitu setelah mereka melaksanakan sholat isya' berjama'ah dan terjaga di sepertiga malam.

Danish menuruti keinginan istrinya itu dan mereka pun sholat berjama'ah bersama. Rasa syukur itu selalu Sheeda panjatkan, bagaimana tidak akhirnya setelah penantian diantara keduanya mereka disatukan sebagai suami istri yang seharusnya, ditambah dengan sosok Danish yang selalu membuat Sheeda bersyukur. Bagaimana tidak, Danish adalah sosok yang sangat dewasa, dan fleksibel. Di saat dirinya sedang membutuhkan teman, Danish bisa menjadi temannya dan Danish juga bisa menjadi seorang ayah untuk Sheeda yang terkadang masih labil.

"Belum tidur, Mas?" tanya Sheeda saat telah berganti pakaian dengan pakaian tidur.

"Nunggu kamu. Ada yang ingin saya sampaikan."

Sheeda langsung menghampiri suaminya. "Kenapa?"

Danish menginstruksikan istrinya untuk ikut bersandar di sampingnya. Sheeda langsung menuruti perintah suaminya itu.

Wajah Sheeda mendongak, menaikkan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Sebenernya kamu masih mau ambil sekolah profesi kamu?"

Tubuh Sheeda langsung menegang, darimana suaminya itu tahu kalau ia ingin sekali mengambil profesinya?

"E-enggak kok. Lagian sayang, Mas. Kalau nanti Sheeda ambil profesi Sheeda juga gak akan kepake."

Tangan Danish terulur sampai bahu Sheeda terpegang olehnya. "Bukannya ilmu perawat itu universal? Kamu bisa pake di sini, buat anak-anak kita nanti juga."

Blushing. Sheeda masih malu jika suaminya itu membicarakan seputar buah hati. "Iya sih, tapi kayaknya gak usah deh, Mas. Aku gak mau nanti malah kaya waktu kuliah dulu. Aku malah fokus sama sekolah aku."

Danish mempererat pelukannya. "Gak akan, lagi pula kalau kaya gitu gak adil dong. Masa saya bisa ambil spesialis sedangkan kamu malah stuck sampai sarjana saja? Kalau seperti itu saya jadi suami yang gak tahu diri. Mengurung cita-cita istrinya karena keegoisannya saya."

"Tapi kan itu pilihan Sheeda, Mas."

"Sayang, dengerin. Mimpi kamu masih panjang, dan daripada kamu bosen di rumah terus menerus, lebih baik kamu ambil sekolah profesi kamu. Gak lama, kan? Hanya setahun? Itung-itung kamu cari kesibukan, saya gak masalah kok karena kesibukan kamu itu bermanfaat."

"Sheeda pikir-pikir dulu deh, nanti Sheeda kasih tahu, Mas."

"Nah gitu dong. Yaudah yuk tidur."

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Where stories live. Discover now