Enam Belas

2.1K 154 0
                                    

Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Jika suka jangan lupa klik tombol bintang di ujung kiri ya 🙂dan kalau ada masukan boleh klik kolom komentar. Jangan lupa tinggalkan jejakk.....

Happy Reading guyss....

Gadis cantik berkerudung peach menghampiri seorang lelaki yang sedang menulis beberapa resep untuk pasiennya.

"Ganggu gak?" tanya Gadis itu lalu duduk di sofa ruangan ini.

Lelaki itu menoleh ke arah gadis itu dan menggelengkan kepalanya. Gadis itu tersenyum senang, dibukanya paper bag yang ia bawa. Di dalamnya berisi sebuah misting berisi makanan yang selalu ia bawa khusus untuk lelaki di hadapannya.

"Mamah aku bikin ini buat kamu," ucap Gadis itu dengan menyodorkan makanannya.

"Makasih, nanti saya makan kalau udah beres."

"Udah dulu nulisnya. Lagian ini udah jam istirahat, kamu itu terlalu rajin tahu, Ram."

Danish yang sedang menulis itu langsung menghentikan nulisnya dan membuka misting yang gadis itu bawa.

Senyum merekah dari gadis itu ia tunjukan saat Danish lebih mendengar apa yang ia katakan.

"Kamu gak usah repot-repot lagi bikin makanan buat saya, Han," ucap Danish.

Gadis itu bernama Jihan. Partner co-astnya dan terkadang teman-temannya selalu menjodohkan mereka berdua. Danish adalah orang yang tertutup saat dengan orang yang baru saja ia kenal, maka tentang statusnya saat ini ia tidak memberitahu siapapun, menurutnya tidak penting memberitahu mereka. Toh, itu privasinya, rasanya jika dirinya memberitahu teman-temannya saat ini terlalu berlebihan.

Cukup cincin yang melingkar di jari manisnya yang akan berbicara. Tapi ternyata, apa yang Danish lakukan adalah sebuah kesalahan besar, karena telah memberikan harapan kepada seorang gadis cantik di hadapannya. Jihan, gadis itu tidak pernah ngeuh bahwa Danish sudah memakai cincin di jari manisnya.

Jihan cemberut, selalu saja itu yang diucapkan Danish saat dirinya memberikan misting berisi makanan. "Itu bukan aku yang bikin loh, Ram."

Rama, itu panggilan teman-temannya di sini. Menurut mereka lebih nyaman memanggil Danish dengan sebutan itu.

"Saya tahu, kamu memakai nama 'mama' kamu agar saya mau makan, kan?"

Jihan membulatkan matanya, darimana Danish tahu?

"Sudahlah ini terakhir kalinya kamu kasih saya makanan. Besok-besok biar saya beli di luar saja," ucap Danish lalu mulai memasukan makanan itu ke dalam mulutnya.

Senyum Jihan merekah, sangat mudah membuat Jihan bahagia, ya salah satunya melihat Danish mau memakan makanannya saya sudah cukup.

Tersadar jika Jihan terus memperhatikannya, Danish langsung menatap gadis itu dengan tatapan bertanya.

"Aku udah makan tadi sebelum ke sini, karena aku tahu kamu gak akan makan kalau belum selesai," ucap Jihan seolah tahu apa pertanyaan yang dilontarkan Danish melalui tatapannya.

Danish tidak ambil pusing. Setelah habis, Danish berdiri menuju wastafel untuk mencuci misting itu.

"Makasih, ingat besok kamu tidak usah lagi bikin makanan untuk saya," ucap Danish dengan menyodorkan misting yang telah bersih itu.

Jihan menerima misting itu lalu beranjak dari duduknya. "Aku gak bisa janji. Lagian aku selalu masak banyak makanan, daripada gak kemakan mending kasih ke kamu lebih bermanfaat. Yaudah aku kembali lagi ke ruangan, Assalamu'alaikum."

Lagi-lagi suara helaan napas itu keluar dari hidung lancip Danish. Setelah menjawab salam Jihan ia langsung berjalan menuju meja khusus co-ast yang berjaga di ruangan ini menyelesaikan semua pekerjaan.

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Where stories live. Discover now