Tiga Puluh Enam

2K 137 1
                                    

Saat ini Sheeda sudah ditangani oleh dokter spesialis obgyn dan kebetulan dokter itu adalah partner Danish saat co-ast dulu.

"Gimana? Sudah berapa lama?" Pertanyaan itu dilontarkan Danish saat Annisa-Dokter Obgyn itu keluar dari ruangannya.

Dokter Annisa menghela napasnya. "Gini, sebelumnya saya mohon maaf karena kandungan istrimu sangat lemah dan sepertinya akhir-akhir ini pun kegiatannya lumayan menguras tenaganya janinnya tidak bisa diselamatkan."

"Kandungannya masuk berapa minggu nis?"

"Kemungkinan baru masuk minggu ke-8, Ram. Dan kami butuh tanda tangan kamu untuk menyetujui tindakan selanjutnya."

Hati Danish mencelos mendengar itu, buah hati yang mereka idam-idamkan namun saat  Allah telah memberikan itu ia tidak menyadarinya sampai hari ini di saat ia mengetahui di saat ini pula amanah ini Engkau ambil kembali.

Dengan terpaksa ia menandatangani surat persetujuan itu dan saat proses kuretase selesai tim medis mempersilahkan Danish untuk melihat buah hati mereka yang masih berbentuk gumpalan darah, janin itu berusia dua bulan dan saat ini harus kembali ke Maha Penciptanya tanpa diketahui sebelumnya. Baru beberapa menit yang lalu dokter UGD memberitahu bahwa terdapat janin di rahim Sheeda, rasa bahagia itu menyeruak dan saat itu pula Allah kembali mengujinya dengan mengambil buah hati yang baru saja ia ketahui.

Penyesalan muncul di diri Danish, penyesalan karena tidak menyadari keberadaannya selama ini. Ntah bagaimana ekspresi Sheeda nanti jika mendengar kalau calon anak mereka tidak bisa diselamatkan, bahkan sampai saat ini pun Sheeda tidak tahu kalau bersemayam calon anak mereka di dalam rahimnya.

Setelah beres proses semuanya, Sheeda yang masih dalam pengaruh anestesi dipindahkan ke ruangan rawat inap. Di ruangan ini sudah berada kedua orang tua Sheeda dan Danish, setelah mendengar kabar itu baby Afsheen mereka titip ke sahabat Sheeda-Aida.

Saat mendengar kabar itu pun Shila-Bunda Sheeda menangis, calon cucunya yang sangat dinantikan oleh putrinya harus diambil saat putrinya belum menyadari dan mengetahui, calon cucunya yang masih berbentuk gumpalan darah yang ia tidak tahu berjenis kelamin laki-laki/perempuan harus Allah ambil kembali. Membayangkan bagaimana nanti Sheeda pun Shila sangat tidak tega. Pun ini dirasakan oleh kedua orang tua Danish.

Setelah beberapa jam Sheeda akhirnya siuman, Sheeda memandang Bunda, Ayah, Papah, Ayah dan Ibu Danish. Kedua alisnya bertautan, kemana suaminya? Apakah suaminya itu menjaga bayi mereka di rumah? Tapi bukankah tadi ia ke rumah sakit dengannya?

Rosa yang menyadari menantunya telah siuman langsung menghampiri nya. "Bagaimana keadaanmu sayang?"

"Mas Danish kemana Bu?" tanya Sheeda lemah.

Rosa menitikan air matanya, ia belum bisa memastikan bagaimana hancurnya hati menantu tersayangnya ini.

Shila mengusap dan mencium dahi Sheeda dengan air mata yang sulit untuk ia tahan.

"Bunda sama Ibu kenapa? Kok nangis?"

Shila langsung menghapus air matanya. "Gak papa sayang. Ada yang sakit? Bilang sama Bunda sayang."

Sheeda menggeleng lemah. "Sheeda mau ketemu mas Danish, Bun. Mas Danish kemana?"

Diusapnya puncak kepala Sheeda yang tertutupi kerudung oleh Rosa lalu berkata, "Ibu telepon dulu suamimu ya nak."

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora