14. Masa Depan

1K 46 0
                                    

Dia itu masa depan saya.
Dan masa depan saya tidak bisa disepelekan.

📖📖📖

"Jelasin ke Bapak apa alasan kalian berantem!" tegas Pak Hadi saat mereka sudah masuk di ruang BK. Rahel memang diizinkan Pak Hadi untuk masuk.

Berhubung Bu Lita sedang izin, jadi Pak Hadi yang menggantikan posisi Bu Lita untuk sementara waktu.

"Saya cuma bilang hubungan dia sama Rahel itu norak," ucap Dino.

Tangan Revan kembali terkepal saat mendengar kata 'norak'. Namun, Rahel berusaha menenangkannya.

"Jadi, cuma hal sepele itu dan emosi kamu meledak-ledak, Revan?"

Revan menatap Pak Hadi dengan serius. "Apa? Cuma hal sepele Bapak bilang? Dia itu masa depan saya. Dan masa depan saya tidak bisa disepelekan."

Sungguh, perkataan Revan barusan membuat hati Rahel sangat tersentuh. Rahel bisa melihat dan mendengar sendiri bagaimana sikap Revan yang sangat membela hubungan mereka. Namun menurut Rahel, Revan tidak perlu melakukan hal-hal membahayakan seperti ini.

"Iya, Revan, tenang dulu. Jangan emosi." Pak Hadi mencoba untuk menenangkan.

Ponsel Rahel berbunyi singkat. Hal itu membuat mata Revan tertuju pada ponsel yang Rahel pegang. Rahel melihat bahwa Glenn mengirim pesan untuknya.

Glenn

Rahel, i'm sorry.
Gue bakalan telat bgt.

Sumpah, jalan macet. Gak papa, kan?

Iya. Gue tunggu di sekolah.

Ya, Revan membaca chat antara Rahel dan Glenn. Namun, ia tidak merasa cemburu karena itu adalah chat biasa.

"Bapak selalu bilang kalau Bapak tidak akan pernah capek menghukum kamu. Tapi, kamu ternyata tidak pernah capek untuk Bapak hukum. Bapak sudah bertindak tegas, tapi kamu semakin menjadi-jadi," tutur Pak Hadi.

"Kenapa seakan hanya saya yang Bapak hakimi di sini?" tanya Revan geram. "Dino juga bersalah di sini, Pak. Bilang sama dia untuk tidak menghina hubungan orang!"

"Revan, tenang, dong," bisik Rahel dan mendapat decakan kesal dari Revan.

"Karena lo itu orangnya emang emosian. Gak cocok tahu gak sama Rahel yang tenang dan sabar," ujar Dino.

"Dino, sekali lagi kamu menghina, saya skors kamu!" tegas Pak Hadi.

Revan memijat pangkal hidungnya. Entah kenapa saat Dino mengatakan bahwa dirinya tidak cocok untuk Rahel, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Seakan yang dikatakan Dino adalah benar adanya.

"Begini saja, kali ini Bapak kasih kalian dispensasi. Sekali lagi kalian melakukan hal yang sama, Bapak gak akan segan-segan menskrors kalian!" Besar harapan Pak Hadi semoga ini akan menjadi yang terakhir mereka bertengkar.

"Ingat kata-kata Bapak," lanjut Pak Hadi.

Pak Hadi mempersilakan mereka untuk keluar dari ruangan. Revan dan Rahel berjalan di depan, diikuti Dino dari belakang. Dino tersenyum sinis menatap kepergian keduanya. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang.

She is RahelOnde histórias criam vida. Descubra agora