39. Pelaku

1K 47 5
                                    

Tuhan selalu punya cara untuk menyadarkan orang yang telah melakukan kesalahan.

***

"Kecelakaan itu mengakibatkan Revan kehilangan cukup banyak darah. Saat ini dia sedang berada dalam kondisi bahaya apabila tidak dilakukan transfusi darah dengan segera," jelas dokter.

"Darah Revan sama dengan darah saya. Kondisi saja juga baik."

"Baik, kita cek dulu. Kalau semua sudah memenuhi syarat, transfusi darah akan dilakukan dengan segera."

***

"Rahel, gimana keadaan Revan?" Rahel mendongak saat mendengar suara itu. Gadis itu mendapati Raffi, Bagas, Deva, Kenan, dan Chiko datang secara bersamaan.

"Lagi transfusi darah," jawab Rahel seadanya.

"Hel, lo udah bisa jalan?" tanya Deva dengan raut wajah tidak percaya. Teman-temannya yang lain juga baru menyadari kalau Rahel sudah bisa jalan setelah mendengar pertanyaan Deva.

Rahel hanya tersenyum tipis. Kebahagiaan karena ia bisa jalan lagi seketika hilang saat melihat kondisi Revan seperti ini. Lebih baik ia lumpuh, namun masih bisa melihat senyuman Revan dari pada ia bisa jalan, namun hanya bisa melihat Revan tidak kunjung membuka mata.

"Gimana, sih, kejadiannya?" tanya Raffi, menampakkan raut wajah kekhawatiran.

Rahel hanya menggeleng. Ia sendiri tidak tahu bagaimana kronologis kecelakaan itu.

"Kabar terakhir gue dengar lo putusin Revan?" tanya Raffi lagi. "Kenapa lo putusin dia? Lo gak sadar kalau dia rela belain lo dan membenci gue sebagai sahabatnya? Oh, lo pikir, lo yang lebih baik dari gue sampai Revan lebih milih belain lo dari pada gue?"

"Fi, udah! Lo gak seharusnya ngomong gitu. Jangan salahin siapa-siapa," tegur Bagas.

Rahel mengernyit sembari menatap Raffi lekat-lekat.

"Emang bener, 'kan? Dia putusin Revan tanpa menghargai pengorbanan Revan selama ini! Nyesel gue karena sempat bantu lo jadian sama Revan!" Raffi menatap Rahel tajam.

Ucapan Raffi membuat hati Rahel yang sudah hancur menjadi semakin hancur. Semua ini memang salahnya. Rahel juga selalu menyalahkan dirinya. Dan, memang dia yang salah.

"Fi ...." Gadis itu menangis untuk kesekian kali.

"Apa?! Lo gak perlu sok nangis kayak gitu! Air mata lo gak akan membuat Revan sadar dari koma!"

"Raffi, Revan lagi transfusi darah di dalam! Jaga sikap lo!" Deva memperingatkan. Ia jadi kasihan melihat Rahel yang sedang menangis karena ulah Raffi.

"Rahel?" Glenn segera menghampiri Rahel ketika melihat gadis itu sedang terisak di tempatnya. "Lo kenapa?"

Raffi tersenyum sinis. "Oh, jadi karena dia lo putusin Revan?"

Glenn menoleh dan menatap Raffi dengan tatapan penuh amarah. "Ngomong apa lo?"

"Glenn, udah. Ini rumah sakit." Deva mengusap bahu Glenn.

"Rahel, ikut gue. Tenangin diri lo dulu," ajak Glenn. Keduanya pun pergi meninggalkan mereka.

"Woy! Gue—"

"Ini rumah sakit, Fi," timpal Kenan.

***

Glenn dan Rahel memilih untuk duduk di taman rumah sakit. Glenn tidak tega melihat Rahel terus-menerus menangis tanpa henti. Baru beberapa hari yang lalu Glenn melihat Rahel tersenyum, kini gadis itu menangis lagi.

She is RahelWhere stories live. Discover now