23. Nothing Special

801 38 0
                                    

Hari ulang tahun bukan tentang ucapan selamat dari orang lain, tapi tentang bersyukur.

📖📖📖

"Mira!" Rahel melepaskan tangan Mira dari tangannya secara kasar. "Kalau Revan mikirnya yang enggak-enggak, gimana?"

"Rahel, tenang aja. Everything is gonna be okay. Tenang aja." Mira mengusap lembut bahu Rahel untuk meyakinkan sahabatnya itu.

Kesal dengan Mira, Rahel segera memberhentikan taksi.

"Hel, lo mau tinggalin gue?" tanya Mira.

"Kalau mau ikut, naik aja!" Rahel lebih dulu masuk ke dalam taksi. Mira menyusulnya.

Rencana mereka hari ini adalah membeli kado untuk Revan dan juga membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue ulang tahun.

Sepanjang perjalanan menuju mall, pikiran Rahel tidak bisa tenang. Ia terus memikirkan bagaimana perasaan Revan saat ia bersikap cuek terhadap kekasihnya itu.

Ponsel Rahel berdering bertepatan dengan matanya yang terpejam. Tentu saja mata Rahel kembali terbuka untuk melihat siapa yang menghubunginya.

"Tuh, liat!" Rahel menujukkan layar ponselnya yang menampilkan nama Revan di sana. "Revan telepon gue. Gue harus gimana?"

"Reject!" perintah Mira, seperti tidak menginginkan pembantahan.

Rahel menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Dengan penuh rasa bersalah, ia men-slide tombol merah. Setelah itu, ia kembali memejamkan matanya.

Tentu saja Rahel tidak benar-benar tertidur. Ia masih bisa mendengar ponselnya berbunyi beberapa kali. Ia pastikan, itu adalah pesan dari Revan. Rahel berusaha untuk tidak membaca chat dari Revan hingga mereka tiba di mall.

Rahel membayar ongkos taksi, lalu keluar dari dalam taksi. Ia berjalan masuk ke mall mendahului Mira. Entah kenapa Rahel malas jalan beriringan dengan sahabatnya itu.

"Rahel, tungguin! Jalannya jangan cepat-cepat. Mall-nya gak bakalan lari, kok!" seru Mira yang berusaha mengejar Rahel.

"Ih, lo kenapa, sih, marah-marah mulu? Pacar lo, kan, mau ulang tahun besok." Mira masih berusaha menyeleraskan langkahnya dengan langkah Rahel.

Rahel masih mengabaikan sahabatnya itu, hingga akhirnya pandangannya terkunci pada toko jam yang berada di depannya. Sebuah ide hinggap dalam pikirannya. Memang Rahel belum tahu akan memberikan kado apa untuk Revan. Tapi, setelah ia melihat toko jam itu, ia jadi tahu apa yang akan ia hadiahkan kepada kekasihnya itu.

Saat Rahel sudah masuk ke toko jam itu, Mira masih berusaha menormalkan pernafasannya. Ketika sudah merasa tenang, barulah ia menyusul Rahel.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Mira.

"Beli kado, lah."

"Kado? Lo mau kasih kado ke Revan berupa jam dinding?"

***

Revan mondar-mandir di kamarnya menunggu pesannya dibalas oleh Rahel. Perasaannya tidak akan tenang kalau Rahel belum membalas pesan darinya.

She is RahelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang