Epilog

2K 77 8
                                    

Delapan tahun kemudian ....

Banyak yang berubah selama delapan tahun ini. Jika delapan tahun yang lalu Rahel masih berstatus sebagai anak SMA, kini di usianya yang hampir menginjak 25 tahun, gadis itu sudah berhasil membuka kafe sendiri. Tidak hanya itu, Rahel juga menjadi salah satu pengajar di situs belajar online yang cukup terkenal di Indonesia.

Berbagai prestasi selama duduk di bangku perkuliahan berhasil diraih oleh gadis cantik itu.

Selain itu, banyak juga momen bahagia yang bisa Rahel saksikan. Dua di antaranya adalah acara pertunangan Raffi dan Mira yang digelar dua tahun yang lalu, serta acara pernikahan Deva dan Tasya yang digelar empat bulan yang lalu. Rahel sempat merasa iri dengan hubungan sahabat-sahabatnya yang terus berlanjut sejak SMA hingga sekarang.

Di balik semua kesuksesan, kebahagiaan dan semua perubahan yang ia alami, ada satu hal yang tetap sama, yaitu perasaannya kepada Revan.

Meskipun ada banyak lelaki yang jauh lebih baik dari Revan yang selalu berusaha mendekati dirinya, Rahel selalu menolak dan menjauhi mereka. Semua kenangan indah bersama Revan masih terekam jelas dalam ingatannya. Bahkan saat mengingat kenangan itu, Rahel selalu saja menitikkan air mata.

Seperti halnya saat ini, Rahel baru saja pulang dari rumah Revan yang terlihat sedikit kotor. Rahel selalu menyempatkan diri untuk membersihkan halaman rumah itu.

"Sayang, ini ada undangan yang dibawa oleh Tasya tadi," ucap Pak Andi seraya menyodorkan undangan itu kepada Rahel.

Rahel mengambil undangan itu, lantas membacanya.

Acara reuni? Gadis itu membatin.

***

Acara reuni SMA Nusa Bangsa berlangsung sangat meriah. Senyuman kebahagiaan terukir di wajah masing-masing ketika mereka bertemu dan saling menceritakan pekerjaan masing-masing, meskipun tidak sedikit di antara mereka yang sementara melanjutkan sekolah S2.

Sedari tadi Mira memperhatikan wajah Rahel. Jika teman-temannya yang lain saling tertawa lepas ketika berbincang, Rahel justru hanya mengukir senyuman tipis. Bahkan gadis itu memilih untuk tidak bergabung dengan teman-temannya yang lain. Ia memilih untuk duduk menyendiri.

"Rahel." Lamunan gadis itu buyar ketika Mira memanggilnya.

Mira mengambil kursi, lantas duduk di samping Rahel. "Momen kayak gini jarang, loh, Hel. Kapan lagi lo bisa ketemu dan have fun bareng teman-teman lama kita?"

"Gue lagi pengen sendiri aja, Mir." Gadis itu tersenyum. Ia merasa tidak nyaman ketika berada di sekolah yang sudah memiliki banyak perbedaan ini. Kalau saja Mira dan Tasya tidak menjemputnya sore tadi, Rahel tidak mungkin ada di tempat ini.

"Teman-teman, tibalah kita di penghujung acara. Mungkin kalian tidak tahu bahwa acara ini disponsori oleh salah satu alumni sekolah ini yang sekarang berhasil mendirikan satu perusahaan besar di Indonesia," ujar salah satu alumni SMA Nusa Bangsa yang bertugas sebagai penuntun acara.

Semua pandangan tertuju pada penuntun acara yang sedang berdiri di atas panggung itu.

"Waktu dan kesempatan dipersilakan."

Suara tepuk tangan semarak terdengar ketika Deva menaiki panggung. "Halo semuanya! Saya senang sekali melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah kalian semua. Saya bersyukur bisa mengadakan acara reuni ini untuk kita semua. Masa putih abu-abu adalah masa yang tidak akan pernah terlupakan. Banyak kenangan yang tercipta. Kenangan bersama teman-teman, bersama guru-guru, bahkan kenangan bersama pasangan."

She is RahelOnde histórias criam vida. Descubra agora