33. Semangat

866 39 0
                                    

Gagal boleh,
menyerah jangan.

***

Bagas, Deva, Kenan, dan Chiko saling bertukar pandang melihat wajah Raffi yang sangat tidak bersahabat. Tidak hanya itu, sudah cukup lama Raffi tidak pernah datang ke basecamp setelah Revan tidak bergabung lagi dengan mereka.

Kedatangan Raffi di basecamp membuat mereka terkejut dan terheran-heran.

"Kenapa lagi, Fi?" Deva akhirnya mengangkat suara. Pemuda itu mengambil tempat di samping Raffi. "Kalau ini soal Revan, gue sarankan jangan terlalu kepikiran. Revan gak mungkin benci lo selamanya, Fi."

"Iya, Fi. Kita tahu lo sama Revan udah sahabatan cukup lama. Ini berat buat lo. Tapi, lo juga harus kasih Revan waktu." Bagas juga ikut menyarankan.

Deva menepuk pundak Raffi untuk memberikan semangat kepada sahabatnya itu. "Udahlah, jangan terlalu kepikiran. Kalau udah waktunya, kita pasti bisa kumpul lagi kayak dulu, kok."

Raffi menatap sahabat-sahabatnya itu satu per satu. Raffi tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia tidak memiliki mereka. Mungkin saat ini dia sudah merasa kesepian karena dijauhi oleh Revan dan Mira.

***

Langit sudah berubah menjadi jingga. Sebentar lagi senja akan meninggalkan langitnya, dan bulan akan menampakkan wujudnya.

Rahel masih terus berusaha berdiri dengan keringat yang sudah membasahi wajah.

"Aku gak bisa, Van," lirih Rahel. Gadis itu masih tersungkur di tanah, tanpa tahu bagaimana cara untuk bangkit.

Melihat kekasihnya tampak kesusahan, tentu saja Revan tidak ingin tinggal diam. Ia berniat untuk membantu kekasihnya itu, namun tangannya ditahan oleh Glenn yang berdiri di sampingnya.

"Apa lo?!" Revan berusaha melepaskan cekalan tangan Glenn.

"Biarin dia sendiri," ucap Glenn dengan santainya, lalu melepaskan cekalan tangannya.

Revan menatap ke arah Rahel yang masih berusaha berdiri sendiri. Gadis itu terus mencoba bersamaan dengan air mata yang mengalir dari kelopak matanya. Bahkan telapak tangan dan lututnya sudah mulai memerah.

"Van, aku gak bisa!" Rahel mendongak dan menatap ke arah Revan yang tidak beranjak dari pijakannya.

"Ayo, Hel, coba lagi!" Glenn menepuk tangan tiga kali untuk menyemangati Rahel. "Jangan manjain kaki lo."

Revan dilema. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

Rahel kembali mencoba dan mencoba. Sekeras apapun ia berusaha, hasilnya tetap sama. Ia tidak bisa berdiri. Sudah setengah jam lebih gadis itu duduk di atas rerumputan.

"Udah, cukup! Aku gak bisa!" Rahel memukul kakinya. "Ini udah gak berfungsi!"

Tidak tahan lagi, Revan akhirnya menghampiri Rahel dan memeluknya. Pemuda itu membiarkan kekasihnya menangis dalam dekapannya.

"Sabar, Hel."

"Lo mau jalan, 'kan? Lo sendiri yang ajak kita ke sini. Ayo! Coba lagi." Glenn berjalan mendekati mereka, lantas menarik Revan untuk menjauh dari Rahel.

She is RahelWhere stories live. Discover now