32. Pulang

851 37 0
                                    

Thank you for always by my side.

***

"Dokter bilang, kamu sudah boleh pulang. Tapi, ada jadwal yang sudah ditetapkan untuk kamu datang ke rumah sakit dan menjalankan fisioterapi," ujar Pak Andi sembari tersenyum tulus ke arahnya.

Betapa bahagianya Rahel saat tahu bahwa ia sudah boleh pulang saat ini. Rahel sudah tidak tahan mencium bau rumah sakit, dan ia sudah bosan terus-terusan berbaring seolah kehadirannya di dunia ini tidak ada artinya lagi.

Rahel ingin beraktivitas seperti semula, meskipun keadaannya seperti ini. Setidaknya Rahel ingin membuktikan bahwa dia masih pantas hidup di dunia ini.

Gadis itu menatap ke arah Revan yang juga sedang tersenyum ke arahnya.

"Papa mau ngurus administrasinya dulu." Pak Andi berlalu meninggalkan mereka.

"Aku aja yang beresin barang-barang kamu," ucap Revan sembari mengemas beberapa barang yang ada di atas nakas dan di laci nakas. Sedangkan Rahel, gadis itu menatap setiap gerakan Revan sambil tersenyum bangga.

Hari ini Revan rela tidak masuk sekolah hanya untuk menemani Rahel, padahal ini adalah hari pertama ia masuk sekolah setelah diskors selama tiga hari.

Rahel sudah memaksa Revan untuk masuk sekolah, namun Revan tetap bersikeras menjaga Rahel karena mengingat hanya Bi Ana yang menemani kekasihnya itu.

"Saya bantuin, Mas." Bi Ana berdiri dari duduknya, lantas menghampiri Revan yang terlihat sibuk mengemas barang.

"Kan, saya sudah bilang, panggil saja Revan. Kita, kan, gak nikah, Bi. Masa panggilnya 'mas', sih?"

Bi Ana tersenyum canggung, sedangkan Rahel tertawa mendengar ucapan Revan barusan.

"Iya, deh."

"Good!" Revan mengusap pundak Bi Ana, kemudian melanjutkan aktivitasnya mengemas barang.

Pintu masuk ke ruangan itu terbuka.

"Selamat siang," ucap Glenn yang baru saja memasuki ruangan itu. Aktivitas Revan mengemas barang seketika terhenti ketika mendengar suara itu.

Glenn berjalan mendekati brankar tempat Rahel berbaring. "Gue dapat kabar, ternyata lo udah bisa pulang, ya?"

"Iya."

"Pak Andi nyuruh gue ke sini buat bantu-bantu."

"Gak perlu, udah selesai," timpal Revan.

"Emang keadaan lo udah mendingan?" tanya Glenn. Ia sengaja mengabaikan ucapan Revan barusan.

"Udah."

"Ya, udah, cepat sembuh, ya. Gue bakalan temenin lo sampai lo pulang ke rumah."

Rahel mengalihkan pandangannya ke arah Revan. Gadis itu takut Revan akan cemburu dan tersulut emosi. "Ada Revan, kok, yang bakal bantuin gue."

Glenn mengikuti arah pandang Rahel. "Gak apa-apa. Gue tetap bakal temenin."

"Kan, Rahel udah bilang kalau ada gue yang bakal bantuin dia," ucap Revan sembari berjalan mendekat ke arah brankar.

She is RahelWhere stories live. Discover now