38. Kenyataan Pahit

1K 62 4
                                    

Ketika aku baru saja mengalami sebuah keajaiban, situasi yang lebih berat justru datang dan menghilangkan kebahagiaan itu.

***

Gadis itu mencoba untuk melangkah perlahan, dan ia bisa melakukannya, meskipun kakinya masih terasa keram dan kaku.

"Bi, aku bisa jalan, Bi!" Rahel bersorak girang. "Aku bisa jalan!"

"Ayo, Non, coba lagi!"

Rahel mengangguk antusias. Gadis itu kembali melangkah. Namun, baru saja tiga langkah, Rahel kembali kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh.

"Non!"

"Gak apa-apa, Bi. Aku bisa sendiri." Rahel tersenyum, lantas kembali mencoba untuk berdiri sendiri. Gadis itu bisa melakukannya lagi. Ia kembali mencoba untuk melangkah.

Kalau Revan lihat, dia pasti bahagia. Bi Ana membatin.

Revan, aku bisa. Dan ini semua karena doa dan semangat dari kamu, batin Rahel sembari tersenyum dengan air mata kebahagiaan yang baru saja menetes.

Di sisi lain, Revan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tidak sabar bertemu dengan Rahel dan kembali berada di sisi gadis itu.

Srrttt!

Revan mengerem motornya secara tiba-tiba saat ia hampir saja bertabrakkan dengan mobil yang melaju dari arah berlawanan. Jantungnya berdegup cepat. Ia segera turun dari motor dan menghampiri pengendara mobil itu.

"Pak, saya minta maaf."

"Lain kali hati-hati. Kalau celaka, gimana?"

"Iya, Pak. Maaf." Revan menangkupkan kedua tangannya.

"Ya, sudah." Pengendara mobil itu segera menaikkan kaca, lalu menjalankan mobilnya kembali.

Revan mengelus dada. Ia berlari kecil untuk menuju motornya yang ia parkirkan di tengah jalan. Namun, Revan tidak sempat melihat ada motor lain yang melaju sangat kencang.

Bruk!

Seketika tubuh Revan tertabrak oleh motor itu. Tubuhnya menghantam jalan raya, sehingga kepalanya mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Uhuk...uhukk!

Darah keluar dari mulut Revan ketika pemuda itu terbatuk. Pandangannya mengabur bersamaan dengan rasa yang teramat sakit di sekujur tubuh. Ia sempat melihat beberapa orang datang menghampirinya.

"Ra-hel ...." Suaranya sangat pelan ketika menyebut nama Rahel, sebelum akhirnya semua menjadi gelap.

***

Hari ini, Rahel melakukan check up di rumah sakit. Dokter sendiri merasa takjub dengan kesembuhan Rahel yang sangat tiba-tiba.

Dia juga ditemani oleh Mira dan Bi Ana karena Pak Andi belum pulang dari semalam. Bi Ana memang sudah mengabarkan Pak Andi, dan Pak Andi mengatakan bahwa ia akan pulang sore nanti.

Sedangkan Mira, gadis itu bahkan rela bolos sekolah ketika mendapat kabar bahwa Rahel sudah bisa jalan. Ia segera menuju rumah Rahel dan berpas-pasan dengan Bi Ana dan Rahel yang sedang bersiap untuk menuju rumah sakit.

She is RahelWo Geschichten leben. Entdecke jetzt