Producer

133 20 0
                                    

'Tidak adakah yang menyediakan peta sekolah?' rutuk Seiko kesal dalam hati.


Hari kedua di Yumenosaki, dan lagi-lagi dia tersesat di sekolahnya tepat pada jam makan siang. Mungkin karena sekolahnya yang luas. Mungkin saja karena sifat pelupanya. Seiko tidak tahu yang mana, dan rasanya dia juga tidak mau tahu lagi. Yang dia butuhkan adalah jalan menuju gedung utama agar dia bisa kembali ke kelas.


Untung saja dia sudah menghabiskan makan siangnya. Hari ini dia makan di dalam kelas—Arashi ada keperluan lagi dengan unitnya, sementara Mika sepertinya belum terbiasa dengan Seiko sehingga siswi itu tidak memaksakan diri untuk menetap bersamanya selama istirahat. Dia ingin meminta bantuan dari murid lain, hanya saja dia tidak tahu siapa lagi yang bisa dia ajak selain Koga. Di sisi lain, mengingat ucapan pedas dua siswa yang mendatanginya kemarin membuatnya ragu untuk berbicara dengan orang lain.


Seiko menghela napas. Tangannya memainkan poni rambutnya—mungkin lebih tepatnya berusaha menutupi sebagian wajahnya tanpa mengganggu penglihatannya. Dia sudah tahu kalau orang-orang biasa merasa tidak nyaman di bawah tatapannya. Dia tahu, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara mengubahnya.


'Aku hanya bisa menutupinya saja,' pikirnya. 'Tapi untuk sekarang... aku harus mencari tahu di mana aku dan ke mana aku harus pergi.'


Gadis itu mulai melihat sekelilingnya lagi. Niatnya melihat-lihat sekolah sampai jam makan siang selesai malah membuatnya tersesat. Dia sempat berpapasan dengan siswa seangkatannya di lorong, hanya saja Seiko berakhir malu bertanya dan tetap berjalan seorang diri. Yah, setidaknya sekarang dia sudah yakin di mana perpustakaan berada.


Matanya memandangi garden terrace yang tidak jauh dari tempat dia berdiri. Sekarang Seiko hanya perlu mencari jalan menuju kelas. Yang Seiko pikirkan saat ini adalah alasan apa yang perlu dia buat untuk menutupi fakta bahwa dia tersesat lagi.


"Oi! Kau! Pemurung dari Tokyo!" tubuh Seiko tersentak kaget ketika seseorang memanggilnya. Saat dia berbalik, dia terkejut melihat Koga berjalan ke arahnya. "Apa-apaan kau ini? Tersesat lagi? Menyedihkan sekali."


"Aku tidak tersesat," jawab Seiko dengan cepat. Pandangannya ia alihkan dari siswa berambut abu-abu tersebut. "Aku hanya melihat-lihat, itu saja..."


Koga tertawa, jelas mengejek Seiko. "Lalu kenapa kau celingak-celinguk dari tadi?" tanyanya. Seringaiannya melebar saat Seiko tidak membalas tatapannya. "Kenapa tidak mengaku saja kalau kau itu buta arah?"


Akhirnya Seiko memberanikan diri membalas tatapan Koga dan langsung menatapinya kesal. Untuk beberapa saat mereka hanya saling bertatapan satu sama lain, sebelum Seiko menunduk lagi, menyerah dalam lomba tatapan barusan. "...Aku lupa jalan, bukan buta arah."


Lagi-lagi Koga tertawa. "Pantas saja kau terlihat seperti anak hilang dari tadi!" katanya. "Memangnya tidak ada yang memberikanmu tur sekolah? Kukira si Okama sudah mengajakmu berkeliling dan mengenalkan tempat-tempat di sini?" tanyanya.


Seiko mengerutkan keningnya saat mendengar nama panggilan itu, tanpa perlu dijelaskan dia bisa menebak siapa yang Koga maksud. "Tidakkah itu terlalu jahat untuk sebuah nama panggilan? Dan juga kenapa kau memanggilku Pemurung?" ucapnya perlahan. "Narukami-kun baru menunjukkan sedikit tempat saja. Aku belum melihat seluruh sekolah."

StarlightWhere stories live. Discover now