Sick

106 17 12
                                    

Kepalanya terasa begitu sakit. Goyangan di dalam kereta juga tidak membantu apa pun. Malah membuat Seiko merasa lebih mual dari sebelumnya. Sambil menahan dirinya, dia memeluk erat tas di pangkuannya. Suatu keberuntungan dia berhasil mendapatkan tempat duduk di dalam kereta.


Adiknya yang berdiri tidak jauh dari gadis itu memandangi kakaknya keheranan. "Nee-san yakin bisa sekolah hari ini?" tanyanya heran. Melihat kakaknya menunduk dan mengerang pelan sambil memijit keningnya membuatnya sedikit kurang nyaman. Terlebih lagi dengan keringat yang membasahi wajahnya.


Sang kakak menggeleng. "Hanya pusing dan sedikit mual. Aku akan baik-baik saja setelah turun dan meminum air putih," jelasnya.


Sei tidak percaya. Tapi dia tidak memaksakan kakaknya untuk mengaku. Sebagai gantinya dia menghela napas pasrah. "Jangan paksakan dirimu. Akan merepotkan kalau kau sakit atau tumbang bukan, Nee-san?" keluhnya. "Aku tak mau repot-repot menggeretmu dari sekolah idol itu."


Seiko tetap tertawa. Mungkin adiknya kesal dan menganggapnya merepotkan, tetapi Seiko tahu kalau Sei mengkhawatirkannya juga. Dengan bagaimana dia memandangi Seiko penuh waspada dan menyodorkan tisu pada Seiko, sudah jelas kalau dia tidak menganggap Seiko merepotkan.


Pada akhirnya Seiko hanya bisa menutup matanya sambil bersandar pada kursi kereta. Dia berhatap kereta ini segera tiba di tempat pemberhentiannya.


✧✦✧


Sayangnya Seiko tidak merasa baikan setelah meminum air putih. Meski dia sudah meminum obat sakit kepala yang sengaja dia bawa untuk berjaga-jaga, dia masih merasa pusing. Tenggorokannya juga kering, sakit rasanya ketika dia batuk sekali atau dua kali. Ditambah dia merasa tidak enak badan juga. Sepertinya hidungnya tersumbat.


Sambil meringkuk di bangkunya sendiri, Seiko berusaha menyembunyikan wajahnya di antara lengannya. Rasanya sulit untuk bernafas dengan hidung yang tersumbat, hanya saja dia juga tidak ingin menunjukkan wajahnya. Tubuhnya juga mengiggil meski cuaca sedang cukup panas. Mana Seiko sampai keringatan.


Mao dan Arashi sempat menawarkannya untuk pergi ke UKS saat makan siang, tetapi Seiko menolak. Mengaku kalau dia baik-baik saja (dan keduanya tampak tidak percaya, terutama saat melihat Seiko tidak menyentuh bekalnya sedikit pun).


Seiko tersentak pelan saat merasakan ada tangan yang mengusap punggungnya dengan hati-hati. "Seiko-chan, apa kau bisa bangun? Kelas selanjutnya ada di ruang audiovisual," terdengar suara Arashi. Tangannya terus menerus mengusap punggung Seiko. "Apa kau bisa melanjutkan kelas? Tubuhmu panas, lho."


Seiko menjawab dengan anggukan lemah. "Aku hanya merasa kurang enak badan saja," gumamnya. Tenggorokannya sakit sampai Seiko kesulitan mengeluarkan suara. Dengan hati-hati dia bangkit dari duduknya, sesaat terdiam untuk menstabilkan dirinya ketika berdiri.


Dia bisa merasakan murid lain mulai menatapinya. Benar-benar memalukan. Dia merasa sangat tidak nyaman sekarang. Sambil mengumpulkan barang-barang miliknya, Seiko bersiap untuk berjalan meninggalkan kelas. Hanya saja baru melangkah sekali dari mejanya, dia merasakan tubuhnya oleng.

StarlightWhere stories live. Discover now