Moriyama Seiko and Yukisatsu Rumina

108 19 6
                                    

"Seiko-chan! Seiko-chan! Sini deh!"


Seiko menoleh dari buku catatannya. Dia melihat Arashi yang melambaikan tangannya pada siswi itu. Semangat dan kegembiraannya tampak jelas dari wajahnya yang berbinar-binar seperti anak kecil di toko permen. Akhirnya Seiko menutup bukunya dan bangkit untuk mendekati teman sekelasnya.


Yang menarik perhatian Seiko bukanlah wajah antusias Arashi, melainkan siswi yang berada di sebelahnya. Rambutnya panjang dan berwarna putih, sebagian diikat dengan pita biru. Mata cokelat di balik kacamata gadis itu menatapi Seiko dengan kebingungan, tapi dia tetap menyunggingkan senyuman kepada Seiko. Seiko bisa merasakan semangatnya juga tidak kalah dari Arashi.


"Ada apa, Naru—Onee-chan?" tanyanya, hampir saja memanggil idol pirang itu dengan nama belakang.


Arashi tertawa geli. "Aku ingin memperkenalkanmu pada anak manis ini!" katanya sembari memegang erat bahu gadis di sebelahnya. "Kenalkan, dia Rumi-chan!" katanya. "Kau tahu, padahal dia datang tepat satu hari sebelum kedatanganmu! Tapi sepertinya aku tidak pernah melihat kalian berdua berinteraksi!"


Aduh. Seiko meringis. Dia tahu Arashi tidak bermaksud buruk, tetapi kata-katanya mengingatkan Seiko tentang sifatnya yang terkesan sulit didekati dan sulit mendekati orang lain. Dia hanya bisa tertawa dengan canggung, sembari menunduk dan memainkan poni rambutnya.


"M-Maafkan aku, sepertinya aku sedikit... kewalahan dengan kepindahanku dan berbagai hal di sekolah ini," ucapnya lirih. Ia kembali mengangkat wajahnya lagi untuk menatap langsung wajah siswi di sebelah Arashi, namun masih berusaha menutupi sebagian wajahnya. "Um, senang bertemu denganmu, aku Moriyama Seiko..."


"Tenang saja! Aku masih ingat!" balas gadis berambut putih itu girang. "Seperti kata Arashi-chan, aku Rumina! Yukisatsu Rumina!" dia memperkenalkan diri dengan cerianya. Sungguh di luar dugaan Seiko. Ia melangkah mendekati Seiko, kemudian menggapai tangannya. Dengan kedekatan mereka, Seiko tersadar Rumina lebih tinggi darinya.


"Tapi, kau boleh memanggilku Rumi! Senang berkenalan denganmu, Seiko-chan!" dia menambahkan. "Mari lakukan yang terbaik sebagai sesama produser!"


"R-Rumi-chan ya? Salam kenal, Rumi-chan," ucapnya. Ia memandangi tangan Rumina yang menggenggamnya, sebelum kembali menatapi wajah gadis itu. 'Manisnya...'


"Ngomong-ngomong, kudengar Seiko-chan sudah memilih unit untuk kau produseri ya?" tanya Rumina sembari melepaskan genggamannya. "Um, kudengar... UNDEAD, ya 'kan? Benar-benar di luar dugaan, menurutku," katanya. "UNDEAD bukan unit yang buruk. Tetapi image mereke berbeda jauh darimu yang terlihat seperti murid baik-baik."


Seiko tertawa pelan. 'Benar juga ya. Rasanya seperti anak ayam di antara para predator buas,' pikirnya. "Aku belum lama menjadi produser mereka, tapi... ya, aku produser unit UNDEAD," jawabnya. 'Meski sebenarnya sedikit... terpaksa.'


Rumina terkekeh geli. Tangannya kemudian mengusap kepala Seiko. Siswi berambut hitam itu sendiri terdiam. Dia memandangi Rumina dengan terkejut. Arashi yang sedari tadi menonton juga tampak sedikit terkejut dengan Rumina.

StarlightWhere stories live. Discover now