Like

86 15 3
                                    

Seiko menutup bukunya sambil mendengus kesal. Dia benar-benar terganggu dan kesulitan untuk fokus pada pekerjaannya. Sudah beberapa hari berlalu semenjak DreamFes terakhir UNDEAD dan Seiko masih tidak bisa melupakan live tersebut. Ia masih terkejut dengan perasaannya sendiri meski beberapa hari sudah berlalu.


Untungnya Seiko tidak mengalami kesulitan saat berhadapan dengan Rei. Mungkin dia sedikit lebih malu dari biasanya, hanya dari luar dia tidak terlihat terlalu berbeda. Toh, Seiko tahu dia mudah sekali malu ketika bersama Rei. Hanya saja tiap kali mengingat interaksinya bersama Rei setelah Seiko menyadari perasaannya membuatnya sedikit kurang yakin.


Rasanya seperti tidak ada yang berubah. Memang jantungnya berdegup kencang, tetapi dari dulu dia selalu merasakannya tiap kali Rei mengusap kepala atau memujinya. Dia berbicara dengan Rei seperti biasa. Ada kalanya dia malu, namun dia masih bisa tetap tenang.


'Ini membingungkan...' gadis itu perlahan menidurkan kepalanya di atas meja. 'Aku sama sekali tidak bisa fokus. Ini benar-benar membingungkan,' pikirnya.


Untuk beberapa saat dia diam saja dengan kepala di atas meja. Matanya ia pejamkan untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya dia bangkit dari meja belajarnya. 'Kurasa meminum sesuatu yang hangat bisa menenangkanku,' pikirnya.


Dengan perlahan Seiko melangkah keluar kamarnya. Kepalanya masih dipenuhi dengan segala jenis pertanyaan, sehingga tubuhnya terasa seperti bergerak secara otomatis. Setidaknya ketika tiba di dapur dia bisa mengalihkan perhatiannya untuk menyeduhkan teh, meski sebentar saja.


Begitu selesai, Seiko segera menempatkan diri di meja makan dan menuangkan teh di gelas favoritnya. Ia menghirup aroma teh itu sebelum menyisipnya dengan hati-hati. Helaan napas lega lepas bersamaan saat dia meletakkan gelasnya di meja.


"Seiko?"


Netra ungunya melihat menuju suara yang memanggilnya. Ia sedikit terkejut ketika melihat ibunya berdiri tidak jauh dari meja makan. Netra ungu ibunya memandangi Seiko dengan keheranan. Namun saat melihat gelas dan teko di meja makan, wanita itu langsung tersenyum lembut.


"Apakah Ibu mau juga?" tawar Seiko. Saat Kaori melangkah mendekati meja makan, Seiko langsung berdiri dan mengambil gelas lain di meja dapur. Dia segera menuangkan teh yang sama di gelas itu, sebelum memberikannya kepada ibunya.


Kaori tersenyum kecil. "Terima kasih banyak," katanya sebelum menyisip teh miliknya. Ia melirik Seiko sesaat, memperhatikannya meneguk teh sambil larut dalam pikirannya sendiri.


Wanita itu tertawa pelan. Dia tahu betul ada yang sedang mengganggu pikiran putrinya, hanya saja Kaori membiarkan Seiko sampai dia mau menceritakannya. Toh, Kaori tidak suka memaksa anak-anaknya menceritakan masalahnya.


Tetapi Seiko jelas tampak masih kurang yakin. Pada akhirnya Kaori meletakkan gelasnya dengan perlahan. "Jadi... apakah kau ingin bercerita sekarang? Atau apa kau masih ingin memikirkannya sendiri lebih lama lagi?"


Bahu Seiko tersentak pelan. Dia memandangi ibunya was-was, sesaat merasa malu karena terbaca oleh ibunya dengan mudah. Bukannya menjawab, Seiko tetap diam dan menyisip sisa teh di gelas.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang