After DDD

99 20 0
                                    

"Sepertinya rencana Sakuma-senpai berjalan dengan lancar ya..."


Mata merah milik Rei melirik Seiko yang berdiri di sampingnya. "Fufu, begitulah," ucapnya. "Semuanya berkat bantuan unit lainnya," dia menambahkan, sembari kembali menatapi panggung di mana Trickstar tengah tampil. "Kuharap kau tak keberatan terlibat dalam gerakan pemberontakan ini, Jou-chan."


Seiko terkekeh. "Rasanya aku tidak begitu terlibat, yang kulakukan hanya menemani UNDEAD saja," katanya. "Tapi... aku tidak menyangka kalau aku akan melihat hal seperti sebuah pemberontakan di sekolah secara langsung seperti saat ini. Ini benar-benar di luar dugaanku," dia bergumam.


Sejenak Rei memandangi Seiko dari ujung matanya, sebelum dia tersenyum simpul. "Aku hanya bisa mendoakanmu agar cepat beradaptasi di sini. Ada banyak hal yang terjadi di sekolah ini. Bisa dikatakan itulah penyebab apa yang kita sebut pemberontakan ini terjadi," jelasnya. "Tidak ada gunanya mengungkit hal yang telah berlalu. Sebentar lagi UNDEAD akan tampil, jadi kurasa sebaiknya kau kembali ke tempat dudukmu, Jou-chan."


"Ah, semifinal melawan fine ya?" tanya Seiko. "Semoga beruntung, Sakuma-senpai. Maaf aku tidak ikut ke belakang panggung..."


Rei tertawa. "Tak usah dipikirkan. Nikmati saja pertunjukan ini," ucapnya sebelum dia berjalan pergi.


Untuk beberapa saat Seiko memandangi Rei yang berjalan semakin menjauh, sebelum dia melangkah menuju arah yang berlawanan untuk mencari tempat duduknya. Cyalume di tangannya ia genggam erat-erat.


'Sekolah biasa... ya?' dia tertawa pelan. Suatu ironi, memang. Dari luar Akademi Yumenosaki terlihat seperti sekolah pada umumnya, tetapi Seiko melihat juga mendengar hal yang berbeda begitu memasuki sekolah ini. 'Apanya yang biasa. Rasanya aneh kalau menyebut Yumenosaki sebagai sekolah biasa sekarang.'


✧✦✧


Seiko bersenandung pelan sembari menyusuri jalanan, menyenandungkan lagu encore yang ia dengarkan tadi. Pandangannya jatuh pada kakinya sendiri, seakan-akan ada yang menarik di sepatunya. Meskipun begitu, pikirannya masih berada di kursi penonton tadi meski konser sudah berakhir setengah jam yang lalu. Dengan Trickstar yang akan menjadi perwakilan Akademi Yumenosaki untuk SS di akhir tahun yang akan datang.


"Sudah tahu kau bisa menabrak kalau seperti itu masih saja berjalan tanpa melihat ke depan. Pantas kau itu selalu terkena masalah, dasar Pemurung."


Gadis itu menghentikan langkahnya. Saat dia berbalik, ia melihat Koga dan Rei berdiri tidak jauh darinya. Keduanya segera mengikuti Seiko dan berjalan berdampingan dengannya. Seiko hanya bisa memandangi mereka keheranan, sama sekali tidak menyangka mereka akan menghampirinya.


"Hari sudah malam, tidak baik kalau seorang gadis sepertimu pulang seorang diri," kata Rei tiba-tiba. "Setidaknya biarkan kami menemanimu."


Seiko mengejapkan matanya. "Ah, aku baik-baik saja sendirian. Jadi kurasa tak ada salahnya kalian segera pulang dan beristirahat," jelasnya. "Kalian sudah tampil dari siang sampai malam. Pastinya kalian butuh istirahat."


"Kau dengar itu, kita tidak perlu menemaninya," sahut Koga. "Kalau begitu ayo pulang saja. Aku kelelahan."


"Jangan sejahat itu kepada produsermu sendiri, Wanko. Lagipula rumahmu satu arah dengan jalan ini, 'kan? Dan bagiamanapun juga kau tidak tahu apa yang bersembunyi di malam hari dan bersiap-siap menyerangmu," Rei menahan kerah Koga sebelum pemuda itu bisa melangkah pergi. "Dan kemanakah tujuanmu, Jou-chan?" ia menoleh pada Seiko.


"Stasiun. Aku biasa menggunakan kereta," jawab Seiko. "Masih ada cukup waktu sebelum kereta yang kunaiki tiba sesuai jadwal. Karena itu aku tidak lari..."


"Hm, baguslah kalau kau tidak terburu-buru," kata Rei. Dia melepaskan kerah seragam Koga. "Kalau begitu ayo. Kami akan menemanimu sampai stasiun."


Gadis itu mengangguk malu-malu dan segera melanjutkan jalannya. Ia bersyukur karena sudah malam tidak ada banyak orang di jalanan. Lagipula Seiko sengaja keluar lebih lama dari para pengunjung agar tidak terjebak dengan keramaian. Ia tidak tahu bagaimana nantinya kalau ada yang melihatnya berjalan bersama dua anggota UNDEAD.


"Kalau boleh tahu..." Seiko menoleh menuju Rei ketika pemuda itu angkat bicara. "...bagaimana pendapatmu tentang DreamFes hari ini? Ini pertama kalinya kau menonton DreamFes bukan?" tanyanya.


Untuk beberapa saat Seiko terdiam. Dia mengalihkan pandangannya untuk melihat ke jalanan, namun masih memikirkan pertanyaan Rei. "Benar-benar heboh dan di luar dugaan," jawab Seiko. "Toh, aku tidak pernah melihat konser dan acara seperti ini sebelumnya. Mungkin hanya pertunjukan panggung di festival-festival tahunan saja," dia menjelaskan. "Tetapi tidak buruk juga..."


"Heh, kau bisa melihat betapa hebat dan superiornya aku di panggung, bukan?" tanya Koga dengan sombongnya.


Seiko melirik Koga. Dia hanya diam untuk sesaat, sebelum bergumam, "Tentang itu... aku tidak tahu harus berkata apa."


Koga memandangi Seiko heran, mungkin juga sedikit sinis. Hanya saja dia tidak mengatakan apa pun dan mendengus sembari mengalihkan pandangannya. Rei, sementara itu, hanya diam dan memandangi Seiko.


"Baguslah kalau kau menikmatinya," akhirnya dia berbicara. "Setidaknya ini juga bisa menjadi pengalaman bagimu, meski kau hanya menonton bersama para pengunjung."


"S-Selanjutnya akan kulakukan yang terbaik untuk membantu UNDEAD," ucap Seiko malu-malu. Wajahnya merona ketika mendengar Rei tertawa dan Koga mendengus lagi. "Tapi... rasanya sayang sekali... saat UNDEAD kalah di semifinal tadi. Kalian juga tampil dengan hebatnya, hanya saja..."


Lagi-lagi Rei tertawa. "Bagaimana pun juga, itu sudah terjadi," katanya. "Tapi, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena selanjutnya kami akan memberikan pertunjukan yang tidak kalah hebatnya, atau mungkin lebih hebat lagi," dia menambahkan. "Mari berjuang bersama-sama, Moriyama Jou-chan."


Gadis itu terdiam. Dia menatapi Rei lekat-lekat, memperhatikan senyumannya. Netranya melirik Koga yang juga menatapinya, seperti sedang menunggu balasannya. Setelah tersadar dia sudah diam untuk cukup lama, ia pun mengangguk. "Aku... Aku akan melakukan yang terbaik. Karena itu... mohon bantuannya, Sakuma-senpai, Oogami-kun."


✧✦✧


Alternate Title: That Time Seiko Realized Yumenosaki is Not Entirely Normal.

StarlightWhere stories live. Discover now