Another Breakdown

86 16 3
                                    

"Uwah, Moriyama, hari ini kau terlihat berantakan. Apa kau baik-baik saja?" terdengar suara khawatir Mao tidak jauh dari bangkunya.


Seiko melirik ke arah sang ketua kelas. Mata hijaunya memandangi Seiko dengan sedikit khawatir. Seiko tidak heran. Toh, hari ini rambutnya lebih berantakan dari biasanya. Mana bandananya tertinggal di rumah sehingga mau tak mau hari ini dia harus memakai jepit rambut lagi.


Sambil memakai jepitnya, Seiko menjawab, "Semalam aku tidak bisa tidur. Jadi aku menghabiskan malamku untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang ada dan belajar," dari suaranya sudah jelas kalau dia kelelahan. "Ditambah kostum untuk kalian belum terselesaikan..."


Koga mendengus ketika mendengarnya. "Kau yakin kau bisa mengerjakannya dalam keadaan seperti itu?" tanyanya, setengah meledek sang produser.


"Tolong diam sebentar, Inugami. Aku tidak punya tenaga untuk membalasmu," gumam Seiko sebelum meringkuk di bangkunya. Dia menghela napas panjang ketika sudah merasa lebih nyaman dengan kepala di atas meja.


"Hah?! Apa katamu?! Kau panggil aku apa barusan?!"


Sebelum Koga bisa berdiri dari tempat duduknya, Arashi sudah berdiri di antara meja milik Seiko dan Koga. "Sudahlah, Koga-chan. Biarkan Seiko-chan isitrahat saja," jelasnya. "Dia baru sembuh baru-baru ini. Biarkan dia istirahat, oke?"


"Lagipula, Inugami tidak jauh berbeda dari nama panggilanmu," tambah Ritsu. Dia duduk dengan kepala beristirahat pada kedua telapak tangannya. "Benar bukan, Corgie?"


Koga menggeram kesal. "Bukan berarti aku akan menerimanya," katanya. "Aku ini serigala! Bukan anjing!"


"Fufu, terserah padamu," Ritsu kemudian menengok menuju Seiko. Dia masih meringkuk di mejanya. "Hei, Seicchan, kenapa tidak ke UKS saja? Sebelumnya ketika kau memaksakan dirimu kau tumbang lho. Anija keji sekali ya padamu, sampai kau seperti ini," katanya. "Kalau kau mau ke UKS akan kuantaran. Aku juga mau ke sana~"


Teman masa kecil murid berambut hitam itu tertawa. "Ritsu, kau hanya ingin tidur bukan?" tebak Mao.


Tawa pelan keluar dari bibir Ritsu. "Aku ini makhluk malam, jadi mau bagaimana lagi," ucapnya, sebelum menguap lebar.


Mereka terdiam saat mendengar Seiko tertawa pelan. Sambil duduk tegak kembali, Seiko tersenyum geli. "Aku baik-baik saja. Sebentar lagi aku akan lebih segar," katanya. "Dan ini bukan salah Sakuma-senpai, jadi jangan salahkan dia."


Ritsu memandangi Seiko keheranan, tapi dia mempertanyakannya juga. "Humm, terserah katamu kalau begitu," gumamnya. "Kalau makhluk itu mengganggumu, kau bisa memukulnya saja."


Seiko tertawa canggung. "Kurasa aku tidak akan melakukannya..."


Si Sakuma bungsu hanya bergumam pelan, terlalu pelan sampai Seiko tidak bisa mendengarnya. Pada akhirnya, agar tetap terbangun, Seiko menghabiskan sisa paginya dengan berinteraksi dengan teman sekelasnya. Mereka baru berhenti ketika wali kelas mereka masuk, menandakan homeroom akan dimulai.

StarlightWhere stories live. Discover now