Siapa Tahu

2.1K 87 0
                                    

Sore hari Fatihah benar-benar mampir ke rumah Uwak Imran di pinggiran utara Sidoarjo, sebelum bertolak ke rumah kostnya di Surabaya pusat. Dia ingin mendapat pencerahan dari Uwak. Entah itu soal jodoh atau soal umum tentang hidup-berkehidupan.

Tiba di rumah Uwak, Adik Fatimah yang membukakan pintu. Dia mencium tangan Fatihah lalu mereka saling cium pipi kanan-pipi kiri.

Di rumah Uwak memang hanya tinggal berdua: Uwak dan Dik Fatimah. Sebab Uwak putri (Budhe) sudah sedha setahun lalu. Sedangkan Kak Khadijah, kakaknya Fatimah—mereka hanya dua bersaudara—sudah menikah dan ikut suaminya tinggal di Bandung. Makanya Fatimah meski baru kuliah setahun setengah—semester 3 sekarang, dia sudah nampak anggun wajah dan moralnya. Mungkin karena ditempa hidup bersama Uwak.

"Kakak sendirian saja? Di mana Ibu?" tanya Fatimah sambil mesem.

"Kakak kan mau langsung ke kost-an Dik! Ibu ya di rumah." jawab Fatihah lalu mesem tak kalah manisnya.

"O.. ayuk masuk, Kak."

"Iya. Uwak ada, Dik? Beliau sehat?"

"Alhamdulilah sehat, Kak. Bapak ada di belakang. Sebentar aku panggilin ya, Kak."

Fatihah diminta duduk di sofa di ruang tamu tapi dia nggak mau. Dia ingin ikut ke belakang rumah agar segera bertemu Uwak.

"Bapak merawat aneka sayuran hidroponik, Kak," kisah Fatimah saat mereka berjalan ke belakang rumahnya.

"Wah Uwak kreatif, ah!" respons Fatihah.

"Iya, Bapak nggak enak diem, Kak. Maunya beraktivitas aja. Padahal sudah seharian sudah sibuk sampai seharian kadang di kantor." Uwak masih aktif berdinas di Kemenag Provinsi.

"Hee... Uwak ... Uwak..."

Sampai di belakang rumah, Fatihah langsung melempar salam kepada Uwak. Uwak membalas. Fatihah lalu berhambur dan mencium tangan Uwak. Sebagai balasan Uwak lantas mencium ubun-ubun Fatihah. Seperti kebiasaannya sejak dahulu kala. Begitu bertemu anak-anak atau kemenakan-kemenakannya Uwak selalu mencium ubun-ubunnya.

"Apa kabar kamu, Nduk?"

"Alhamdulillah sae, Wak. Uwak gimana?"

"Alhamdulillah... Ini kesibukan Uwak sekarang, Nak. Hee... mumpung masih sehat. Hidroponik ini cocok untuk lahan sempit perkotaan. Kita bisa makan sayur sehat meski tidak punya kebun."

"Ini keren, Wak!"

"Hee..... Ayo masuk aja, Nak!"

"Inggih, Wak."

Mereka masuk ke dalam rumah lagi. Uwak mencuci tangan dulu lalu langsung menemui Fatihah dan Fatimah di ruang tamu. Tak lupa Uwak membawa gelas berisi air mineral dingin dan sepiring ote-ote.

"Ini air rebusan, Nduk. Ini ote-ote bayam hidroponik. InsyaAllah sehat. Ayo silakan di makan, diminum!"

"Ini Bapak sendiri yang masak loh, Kak. Uwenak. Tak kalah dengan masakan chef-chef yang di-TV itu loh, Kak."

Mereka tergelak. Uwak mesem. Kepalanya bergidik.

"Ini loh masakan adikmu, Nduk. Enak kan? Hee..." Uwak menegaskan.

Mereka saling puji satu sama lain. Fatihah hanya tersenyum menyaksikan Uwak dan Fatimah saling sanjung.

"Kamu nginep sini aja, Nduk. Besok pagi langsung ke kampus." Uwak menawarkan.

"Iya, Kak. Tidur sama aku," sambung Fatimah.

"Nggak, Wak, Dik Fat. Habis Maghrib aku balik ke kost. Ngerepotin nanti." Fatihah menolak.

Surga Terakhir [tamat]Where stories live. Discover now