Ummu Muti'ah

1.3K 64 0
                                    

Fatimah dan Bapaknya, Uwak Fatihah, selepas Maghrib duduk di beranda rumah. Fatimah masih lengkap dengan rukuhnya memegang buku catataan di tangan kirinya dan bolpen di tangan kanannya. Mereka siap mencatat siapa-siapa yang wajib diundang pada resepsi pernikahan Fatimah-Ali.

"Jangan lupa Pak Giman sekeluarga, Nduk," ucap Uwak. "Dia meski sudah pindah ke Jogja tapi waktu dua anaknya nikah di Sumenep, Bapak tidak dilupakan, kami diundang semua kan?"

"Inggih, Pak. Fat catat, Pak! Siapa lagi yang belum, Pak?" Fatimah memukul-mukulkan ujung bolpoinnya ke dahinya.

"Pak dokter Dhoni, Nak."

"Oh... iya, hampir lupa!"

"Iya, harus itu. Beliau yang bekerja keras demi kesembuhan Ibumu, dulu!"

"Inggih, Pak!"

Mereka terus berdiskusi dan menulis siapa-siapa saja yang akan diundang. Catatan itu selanjutnya akan diketik oleh Fatimah lalu di-mailing ke label undangan pernikahnnya.

"Nduk, Bapak mau cerita!"

Bapak menatap lurus ke depan. Fatimah menutup bukunya karena sudah dirasa cukup. Ada 500 undangan sanak family dan kerabat baik keluarga ini yang sudah tercatat.

"Nopo, Pak?"

"Ini soal perempuan pertama yang masuk surga setelah ummul mukminin atau istri-istri nabi, Nak. Memang tentang surga adalah rahasia Allah SWT. Allah menjanjikan bagi orang yang taat beribadah dan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya di atas dunia ini. Apa kamu tahu siapa perempuan itu, Nak?"

Fatimah menggeleng.

"Nabi Muhammad SAW di hadapan sahabat-sahabatnya mengatakan neraka akan banyak dihuni oleh kaum hawa. Untuk itulah bagi kaum wanita agar selalu menjaga diri dari hal yang akan mengatarkanmu ke dalam neraka yang maha pedih.

"Namun, Nduk. Ada kisah tauladan, terumata bagi wanita yang sudah menikah nanti. Ini adalah kisah dari perempuan yang diriwayatkan oleh Nabi akan masuk surga perama kali setelah istri-istri Nabi.

"Ini cerita tentang Sayyidah Fatimah az-Zahra, Nduk. Dia itu putri kesayangan Rasulullah SAW yang memiliki budi pekerti mulia, tidak manja, dan dikenal sebagai perempuan yang sederhana, sabar, tabah, dan taat kepada Allah SWT. Suatu hari Fatimah bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Wahai ayahnda, siapakah perempuan pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin?' Rasulullah SAW menjawab, 'Wahai putriku Fatimah, jika engkau ingin mengetahui siapa perempuan pertama yang masuk surga setelah Ummul Mukminin itu, ia adalah Ummu Muti'ah.

"Mendengar jawaban Rasulullah SAW itu, Fatimah penasaran dan lantas mencari tahu siapa Ummu Muti'ah dan amalan seperti apakah yang dilakukannya. Sehingga membuatnya menjadi perempuan pilihan yang masuk surga pertama kali. Hari demi hari Fatimah berkeliling Madinah untuk mencari keberadaan Muti'ah. Dari informasi yang didapatkan akhirnya Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Muti'ah. Dia tinggal di pinggiran kota Madinah.

"Lalu dengan izin suamiya, Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah dengan mengajak putranya: Hasan untuk bersilaturahmi ke rumah Muti'ah di pagi hari. 'Assalamu'alaikum ya ahlil bait,' ucap Fatimah. Kemudian dari dalam rumah terdengar jawaban seorang perempuan: 'Wa'alaikumsalaam, siapa di luar?' Fatimah menjawab, 'Saya Fatimah putri Nabi Muhammad SAW.' Kemudian Muti'ah menjawab, 'Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan kita.' Meski memuji ternyata Muti'ah belum mau membuka pintu, dari dalam rumah Muti'ah kembali bertanya. 'Mohon maaf, Wahai Fatimah. Apakah Anda seorang diri atau bersama yang lain?' Fatimah menjawab: 'saya bersama putraku, Hasan.

"Maka apa yang terjadi, Nduk? Orang yang di dalam rumah itu berkata: 'Mohon maaf Fatimah, aku tidak bisa membukakan pintu utukmu. Aku belum mendapat izin dari suamiku untuk menerima tamu laki-laki dan suamiku saat ini tidak berada di rumah,' ucap Muti'ah. 'Tetapi Hasan masih anak-anak,' balas Fatimah. 'Walaupun anak-anak, dia lelaki juga. Besok saja kembali setelah aku mendapat izin dari suamiku,' timpal Muti'ah.

"Fatimah berfikir sejenak. Baginya apa yang dikatakan Muti'ah memanglah benar, seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW bahwa tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa izin suaminya. Akhirnya Fatimah pulang dan akan kembali besok hari.

"Keesokan hariya, Fatimah kembali mengunjungi rumah Ummu Muti'ah, kali ini bukan hanya Hasan yang ikut, Husein juga meminta ikut. Fatimah datang dengan harapan Muti'ah sudah mendapatkan izin dari sang suami. Namun usaha Fatimah kembali gagal, Muti'ah tetap tidak mau membuka pintu karena izin yang diberikan suaminya hanya untuk Hasan, bukan Husein. Fatimah memikirkan begitu mulianya perempuan ini, menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW dan begitu tunduk dan tawaddu' kepada suaminya. Pada hari ketiga, Fatimah kembali lagi bersama kedua putranya ke rumah Muti'ah pada sore hari, dan mereka dipersilahkan masuk karena mendapat izin dari suaminya. Lalu Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dan dia terkagum.

"Muti'ah didapati sedang berdandan sangat cantik dan mengenakan pakaian terbaik yang dipunyai serta bau yang harum, dalam kondisi tersebut Muti'ah mengatakan keada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia akan menyambut suaminya. Muti'ah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil memuntun suaminya ke kamar mandi. Muti'ah juga menuntun suaminya menuju ke tempat makan, dan sudah disiapkanya makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Setelah semuanya selesai Muti'ah memberikan cambuk sepanjang 2 meter kepada suaminya lalu mengatakan: 'Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu ini. Sekiranya engkau tidak suka atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.

"Akhirnya Fatimah pulang dengan menangis haru dan juga bahagia karena sudah mendapatkan jawaban kenapa Muti'ah itu istimewa. Fatimah sudah tahu amalan apa yang dilakukan Muti'ah sehingga menjadikan dia sebagai perempuan pertama penghuni surga setelah istri Nabi. Meskipun Muti'ah dari kalangan biasa, namun keteladanannya dalam mengabdi dan berbakti kepada suaminya menjadikanya perempuan pertama yang masuk surga.

"Rasululah SAW. selalu memerintahkan agar perempuan senantiasa berbakti dan menghormati suaminya, selama suaminya tersebut tidak meminta atau mengajarkan sesuatu yang kurang baik dan dilarang agama. Rasulullah SAW bersabda, 'Jika sorang perempuan melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan puasa pada bulannya, dan menjaga kemaluanya, serta menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. (HR. Ibnu Hibban)

"Itulah cerita Bapak, Nak! Semoga bisa jadi renungan buat kamu ya. Bapak tidak berharap kamu nanti setelah berumah tangga, kamu jadi kaya raya, banyak harta, punya rumah dan mobil mewah, dan lalai atas segalanya. Bapak ingin kamu yang sedang-sedang saja, Nak. Cukup tak berlebihan. Sebagai perempuan tentu kamu sudah dapat memetik pelajaran berharga dari cerita Bapak. Iya kan? Menurut Bapak bukan soal surganya, namun soal tawadduk dan ketaatannya pada suami, itu yang penting, Nak. Maka teladani Ummu Muti'ah ya, Anakku!"

"InsyaAllah, inggih, Pak!" []

Surga Terakhir [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang