Penerbangan Cinta

1.5K 52 0
                                    

Sore harinya Fatimah dan Ali siap terbang ke Korea Selatan untuk berbulan madu. Mereka diganjar paket liburan bulan madu oleh fakultas. Bahagia Fatimah dan Ali mengubun-ubun. Orang tua dan keluarga besar kedua pengantin baru ini ikut bahagia. Namun beda dengan Fatmah. Sebenarnya dari lubuk hatinya Fatimah tidak terlalu antusias dengan hadiah itu. Terlebih dia harus berpisah dengan sang bapakyang sudah mulai sepuh.

Ali bahagia saja. Fatimah pun bahagia, meskipun ia menyembunyikan gurat gelisah juga sedihnya di bilik hatinya. Fatihah mengerti soal itu. Ia membesarkan hati Fatimah, bahwa selama sepekan di Korsel Bapak atau Uwaknya Fatihah adalah urusannya. "Usah risau Adikku. Pergilah. Kalian berbahagialah, Dik. Biar Uwak Kakak urus dengan sepenuh hati," Fatihah berjanji. Fatimah mengangguk sambil melelehkan airmata. Lalu berterimakasih dan memeluk Fatihah.

Pukul 4 sore akhirnya semua bersiap. Tadi pagi usai ijab qobul di masjid dilanjut dengan syukuran kecil-kecilan di rumah dengan iringan musik gambus modern dari sound saja. Tidak ada tanggapan khusus meski sepanjang hari keluarga ini sibuk menerima tamu. Acara berlangsung tidak lama. Pukul 3 selepas asar tamu sudah sepi. Dan pukul 4 sore Fatimah dan Ali berangkat ke bandara. Bapaknya, kakaknya, Ayah, Ibu, dan Fatihah mengantarnya. Dari pihak Ali kedua orangtua dan paman-pamannya juga beberapa anak kecil ikut ke Juanda.

Di beranda bandara Fatimah dan Ali bergiliran memeluk orang-orang terkasihnya yang ikut mengantar ke bandara. Fatimah dan Ali sama-sama bersalim mencium tangan lembut semua orang yang mengatarnya juga memeluk Ibu mertuanya, Ibu dan Ayahnya Fatihah, dan Kakak Khadijah. Terakhir Faihah. Pesan selamat menyembul dari lisan orang-orang terkasih tadi.

Saat Fatimah memeluk Faihaha mereka berpelukan sangat erat, Fatihah memberi kecupan manis di keningnya. Ali melihat kedunya dengan iba. Padahal mereka pergi untuk kembali, iya kan? Fatihah dan Fatmah tak peduli hiruk pikuk manusia di kanan kiri. Mohon maaf, Fatimah juga agak abai pada sosok beberapa manusia tangguh di sebelahnya. Yaitu Bapaknya, kakaknya, Ayah, Ibu, dan Fatihah mengantarnya. Dari pihak Ali kedua orangtua dan paman-pamannya juga beberapa anak kecil ikut ke Juanda.

Usai upacara perpisahan, selanjutnya mereka mulai menggerakkan kaki dan kopernya. Merka mulai melangkah menjauh. Mereka melambaikan tanganku ke arah pengatar tadi di ambang pintu keberangkatan perjalanan internasional, di terminal 2 Juanda Surabaya. Mereka terus menoleh dan melambai-lambaikan tangan di udara ke arah yang mengantar sebelum pengantin baru ini benar-benar lenyap dihadang dinding bandara.

Setelah boarding pass mereka kemudian naik ke lantai dua untuk siap masuk ke pesawat dan terbang. Di genggaman Ali sudah ada paspor dan tiket pesawat Air Link tujuan Bandar Udara Internasional Incheon, Korea Selatan. Pemberangkatan pukul lima sore. Diperkirakan burung besi milik swasta itu akan medarat di negeri sarangae pada pukul tujuh malam.

Fatimah sambil menunggu di lanti dua bandara menyempatkan diri berswafot dengan suaminya, Ali. Lalu berkisah macam-macam untuk mengusir keggupannya. Lalu Fatimah merogoh HP dalam tas cangklong kecilnya. Dilihat banyak ucapan selamat dari teman dan kerabatnya. Ali juga terlihat sibuk dengan HPnya. Fatimah lalu berkirim pesan kepada Fathah.

"Kami pamit, Kak. Mohon jagain Bapak, jaga kesehatannya, doakan kami ini Kak. Semoga Allah dengan rahman dan rahimnya senantiasa selalu menyertai kita sehari-hari. Aamiin.."

Fatihah membalas emot cinta yang banyak. Saat itu Fatihah dan rombongan pengantar sudah berbalik. Kini sudah ada di pintu gerbang keluar bandara.

Di luar bandara ternyata hujan turun. Fatimah mengangkat tubuhnya lalu berdiri menuju ambang jendela kaca yang lebar. Lebih tepatnya bukan jendela, itu adalah dinding ruangan itu yang memang berbahan kaca semua menghadap ke landasan pacu pesawat. Sehingga calon penumpang leluasa melihat pemandangan di depannya. Dilihatnya beberapa buing pesawat yang kehujanan. Baik yang memang diparkir maupun yang baru datang. Hujan lumayan lebat. Sudah hampir sejam Fatimah dan Ali beserta para penumpang yang lain menunggu di ruangan itu. Belum ada tanda-tanda hujan akan reda, kini hujan malah semakin lebat. Pihak bandara mengumumkan ada delay atau penundaan keberangkatan untuk beberapa saat. Mungkin 10 menit atau lebih sedikit.

Ali menghampiri Fatimah, mengelus kepalanya lalu mengajak duduk kembali.

Tepat pukul 17.40 pengumuman masuk pesawat. Semua berebut masuk. Hujan di luar belum reda. Juga disertai angin. Rombongan Fatihah dan yang ngantar merawa was-was di sepanjang perjalanan pulang.

Ali dan Fatimah dengan selamat masuk pesawat. Lalu menaruh barangnya di atas kabin sesuai nomor kursi. Sudah itu mereka duduk. Fatimah merebahkan pipinya di bahu Ali. Ali lalu menandaskan bibirnya di kening Fatimah. Mengisi waktu senggang sebelum dilarang pegang Hape, Ali mengabarkan kepada keluarganya yang sedang di luar bandara. Dia mengatakan kalau saat ini mereka sudah duduk di dalam pesawat dan siap berangkat. Tak lupa Ali mengirimkan jepretan swafoto dengan Fatimah kepada semua keluarganya. Foto itu juga oleh Fatimah dikirimkan kepada Fatihah. Fatihah mengabarkan kondisi Fatimah-Ali kepada seisi mobil dalam perjalanan pulang. Ditunjukkan juga fotonya. Hape Fatihah bergilir dari tangan satu ke tangan yang lain. Di Foto itu Ali dan Fatimah begitu mesra. Mereka tersenyum sangat manis. Sang Bapak, Ayah, dan Ibu, juga Fatihah sendiri merasa ikut bahagia dengan kebahagiaan Fatimah-Ali.

Selamat berbahagia, Dik. Semoga sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin...[]

Surga Terakhir [tamat]Where stories live. Discover now