Pertunangan

1.6K 59 0
                                    

Waktu tak pernah punya rem. Dia terus bergulir tanpa lelah, tak letih dan tk pernah lesu. Sesungguhnya yang tadi pagi bangun tidur lalu bergegas mandi, sarapan, dan bekerja atau melakukan apapun, pokoknya tadi pagi bangun dari tidurnya, seberannya itu maknanya adalah bahwa Allah Tuhan Yang Maha Agung masih memberikan kasih sayang kepada semua makhlukNya, kepada kita. Allah memberi kesempatan kepada manusia agar terus melakukan banyak kebaikan di muak bumi ini. Allah juga menyuruh manusia untuk menyesali setiap keburukan yang dilakukan dan segera bertobat kembali ke jalan yang kebaikan. Manusia harus terus memperbaiki diri hingga tiba saatnya rem waktu diinjak: mati! Dan saat mati, kita tak risau sudah punya bekal kebajikan semasa hidup. Itulah makna kenapa tadi pagi kita masih bisa bangun dari tidur kita. Di belahan bumi lainnya ada yang tidur dan lanjut tidur panjang tak bangun-bangun. Innalillahi wa inna ilaihi rodjiun.

Fatihah dan rekan-rekannya kini sudah memasuki hari-hari terakhir beraktivitas di Thailand. Sementara itu Si Fatimah, adik sepupu Fatihah pun sudah sidang skripsi di kampusnya, di ITS, jurusan elektro. Dia segera akan jadi sarjana dan segera akan memeluk kebahagiaan yang kaffah pula. Sama dengan Fatimah, Fatihah pun sama. Dia akan sebahagia Fatimah juga sebahagia triliunan kaum hawa yang senasib dengan mereka di dunia ini. Sebab Fatihah, Fatimah, dan triliunan kaum hawa di dunia ini yang kebetulan sama, adalah sama-sama telah jatuh cinta dan segera akan dihalalkan oleh seorang lelaki baik dan sholih.

Siapa yang telah meluluhkan hati Fatihah tentu pemirsa sudah paham. Di adalah Pak Yadi dosen rekan kerjanya, khususnya rekan seperjuangan selama 30 hari program pertukaran dosen di Thailand. Yadi adalah dosen dari Fakultas Hukum. Ia tampan, intelek, dan dewasa. Fatihah sudah sreg dengannya. Semua tinggal diatur di tanah air.

Sama dengan adik sepupunya, si Fatimah anaknya Uwak yang di Sidoarjo utara itu akhirnya akan segera menikah setelah wisuda. Bedanya Fatimah lebih awal dihitbah oleh seorang pria baik itu. Dia adalah dosennya sendiri. Tapi usianya masih serasi. Fatimah 22 tahun, dosennya baru 25 tahun. Masih termasuk jarak usia yang ideal untuk pasangan suami istri.

Hari pertunangan Fatimah akhirnya tiba. Si dosen muda tampan itu datang ba'da isya' ke rumah Fatimah bersama rombongan lumayan banyak. Dua mobil, expander dan fortuner. Si dosen menyetir sendiri disebelahnya adalah sang Papa yang tak lain adalah guru besar ITS. Di kursi tengah ada Adik perempuannya yang sekarang sudah S2, juga adik lelakinya yang masih SMA kelas 3. Mereka mengapit sang Mama yang berbalut busana muslimah warna merah maron, dengan kerudung senada namun beraksen renda kuning emas. Empat orang saja di mobil pribadi calon suami Fatimah itu. Kaum adam memakai batik kuning emas berukiran maron, sedangkan kaum perempuan seperti pakaian Mama tadi: busana muslimah warna merah maron, dengan kerudung senada namun beraksen renda kuning emas.

Sementara di mobil fortuner adalah keluarga kakak atau Pakde dari sang dosen tampan pengampu elektormagnetik calon Fatimah itu. Pakaian mereka nampak pun serasi. Kaum adam memakai batik biru toska motif ular dan bunga warna putih tulang, sedangkan kaum perempuan berbusana senada. Di keluarga Pakde ini ada 4 orang. Yakni Pakde, Bude, dan putri satu-satunya Pakde beserta suaminya. Mereka belum dikaruniai anak.

Rombongan Mas Dosen ini disambut hangat keluarga Fatimah. Bapak Fatimah atau Fatihah memanggilnya Uwak memakai batik pekalongan warna cokelat motif ukiran emas, putih, dan hijau. Fatimah memakai longdres maron senada dengan sang calon. Baju itu sudah direncanakan sebelumnya tentu saja. Ibu, Ayah, dan Adik Fatihah serta Fatihah sendiri berpakaian batik cokelat persis Uwak. Hadir juga tetangga Uwak enam orang berbatik rupa-rupa. Tetangga perlu hadir sebagai saksi sosial bahwa salah satu gadis di rumah itu, di suatu kampung tertentu, sudah hendak diperhalal seorang perjaka. Itu sebagai bagian dari menghidari fitnah. Maka prosesi pernikahan sejak pertunangan atau lamaran harus dikemas dengan acara umum. Jangan sembunyi-sembunyi kalau menikah. Tidak elok!

Acara lamaran sekaligus pertunangan dikemas sederhana namun berkesan. Acaranya langsung dengan pertunangan, tidak ada neko-neko. Acara berjalan santai namun khidmad. Semua orang bersuka ria. Semua duduk lesehan beralas karpet warna-warni lembut di ruang tengah rumah Uwak. Rombongan tuan rumah menghadap pintu sedangkan rombongan tamu memunggugi pintu. Si Mas Dosen malam ini tampan, ia agak pemalu. Sesekali hanya mengangkat wajahnya untuk melihat Fatimah, calon istrinya di hadapannya yang juga nampak cantik dan anggun. Fatimah pun cukup sering mencuri pandang calon suaminya itu.

Sementara tim orang tua sibuk mengobrol ini itu. Semua dibicarakan perihal macam-macam sampai dibahas kapan hari pernikahan. Serta konsep dan bahkan rencana Fatimah akan diboyong ke Korea Selatan oleh sang suami nanti. Karena dia akan mengambil program doktoralnya di sana.

"Suatu kehormatan dan kebahagiaan bagi kami. Nak Mas Ali lah akhirnya yang akan mewakilkan tupoksi imam keluarga kami ke depannya. Cukup lama Fatimah hidup melarat dengan Bapak. Maka sekarang kalau pun Bapak kamu wakili Bapak ikhlas, Nak. Bapak tidak punya syarat apapun kepada Nak Mas. Namun Bapak meminta pada Nak Mas Ali. Fatimah ini sejak ditinggal almarhumah Ibunya dia hidup berdua saja denganku, dan dari pengakuannya dia sangat bahagia bersama Bapak sampai sekarang jadi sarjana. Maka Bapak minta kepada Nak Mas Ali mohon Fatimah lebih dibahagiakan lagi ya, Nak. Jangan lukai hatinya secuilpun. Jangan. Aku mohon!"

Air suci dari sudut mata Uwak meleleh usai mengucapan itu. Fatimah di sebelah kanannya merangkul lengan Bapak tua itu. Ayah Fatihah di sebelah kirinya mengelus punggung Uwak, yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Sedangkan Fatihah di sebelah kanan Fatimah mengelus bahu Fatimah. Fatihah melihat Ali yang tertunduk. Dia amati Ali adalah lelaki yang baik. Dari lubuk hatinya ia ingin juga mengutarakan kepada Ali tentang suatu hal. Yaitu bila dia memang mencintai Fatimah, adiknya, mohon benar-benar bahagiakan dia. Mohon jangan sakiti dia, mohon jadilah Ali bin Abi Thalib bagi Fatimah Azzahra binti Rosululloh. Mohon jadilah Yusuf bagi Siti Sulaihah. Mohon Jadilah Muhammad Rosululloh bagi Khadijah, Aisyah, dan para istirnya yang dirahmati Allah.

Suasana agak getir saat sampai pada sambutan Uwak pungkas. Si Ali sendiri tertunduk. Di dadanya juga ada desiran kuat, bahwa dia tak akan menelantarkan Fatimah. Dia bismillah akan sepenuh jiwa raga mencintai Fatimah.

Namun suasana kembali mencair saat calon mertua Fatimah yang agak humoris itu mengeluarkan ungkapan jenakanya.

"Mohon maaf Bapak, Ibu. Bila tidak keberatan izinkan kami mencicipi jajanannya ini. Khususnya cucur ini, saya tahu ini pasti susah buatnya. Kebetulan saya sendiri tidak bisa membuatnya." Papanya Ali mengucap itu sambil menjulurkan tangannya ke arah jajan sambil mengkekeh. Lantas seisi ruang tamu ikut mengkekeh.

"Heee.. masyaAllah, iya ini bukan hanya untuk pajangan. Ayo silakan-silakan." Uwak tangan kanannya dilayang-layangkan mempersilakan kepada tamunya dengan ramah.

Pertunangan usai, akad nikah akan dilaksungkan 2 Juni, 2 bulan depan lagi bertepatan dengan 3 Syawal. []

Surga Terakhir [tamat]Where stories live. Discover now