Bak Prangko

1.6K 61 0
                                    

Hari ini Rabu, matahari mengintip dari balik jendela kamar Fatihah. Dosen yang cukup suka minum kopi pahit ini lalu menutup buku yang dia baca. Dia beranjak dari kasurnya, bercermin mematutkan diri, memasang dan membetulkan kerudungnya, menata longdresnya, lalu senyam-senyum di depan cermin. Pagi ini akan jadi pagi yang penting dalam hidupnya. Ini hari keberangkatannya ke Thailand.

Tak lupa ia pasang jam tangannya. Dia pandangi sejenak lalu mengerling matanya ke pantulan gambar dirinya di cermin. Dia punya cukup banyak waktu untuk sejenak berdandan, pagi ini. Sekarang masih pukul tujuh lebih sedikit. Sedangkan jadwal keberangkatan dari bandara Juanda nanti pukul 11.30. Setelah dirasa siap, Fatihah lalu bergegas keluar kost. Pagi ini dia membawa Brionya dengan kecepatan sedang. Tujuan pertama ke kampus dulu. Berkumpul dengan rombongan. Nanti dari kampus baru berangkat bersama 7 rekannya menuju bandara. Semua anggota program ini berdelapan dengan dia sendiri.

Fatihah bahagia tak terperi. Di mobil dalam perjalanan ke kampus dia menyetel lagu Hari Bersamanya-nya Sheila on 7. Dia hanya nekan klik klik di tab yang tertanam di dasbord Brio putihnya. Dia sangat suka lagu itu. Tak ada kenangan apapun sebenarnya, ya hanya suka saja. Dia ikuti lagu itu sejak awal Duta sang vokalis memulai bernyanyi. Kepalanya ikut digerak-gerakkan seperti seorang sufi yang bertafakkur di dalam masjid. Saat masuk refrain suara Fatihah pun masuk. Suaranya enak, merdu. Suaranya bahkan menindih suara penyanyi aslinya.

Mohon Tuhan untuk kali ini saja beri aku kekuatan 'tuk menatap matanya // Mohon Tuhan untuk kali ini saja lancarkanlah hariku, hariku bersamanya, hariku bersamanya....

Tak hanya diputar sekali, lagu itu tak kurang dari lima kali diulang-ulang. Hingga tahu-tahu Fatihah sudah memarkir mobilnya di pelatana parkir kampus khusus dosen.

Di kampus Fatihah datang paling awal. Dia tidak mampir ke kantor jurusan apalagi ke kantor fakultas. Acara pamitan sudah dilakukan kemarin. Dia menunggu rekan-rekannya memilih duduk di gazebo yang menghadap langsung ke danau buatan di depan kampus. Matanya tertawan ke gerombolan angsa yang saling kejar satu sama lain. Dia sabar setia saja menunggu rekan-rekannya. Baginya menunggu itu baik bagi kesehatan. Dia belajar bisa belajar menahan amarahnya dari kegiatan menunggu. Tapi kalau yang ditunggu tak datang-datang, ya dongkol juga, Bung!

Akhirnya rombongan komplet. Dan berangkatlah mereka menuju Terminal Juanda. Di mobil saat diantar mobil kampus Fatihah memilih duduk di tepi jendela. Posisinya di belakang tengah sebuah mini bus resmi kampus. Teman-temannya seru berkisah ini itu, Fatihah sendiri yang melamun. Lagi pula tidak semua yang berangkat kenal satu sama lain. Mereka dari berbagai prodi. Tapi saat beberapa kali pegarahan dari univesitas Fatihah kenal dengan Siti dari Prodi Psikologi. Tapi kali ini di bis Fatihah merasa melamun baik baginya. Baru kali ini ia merasa bepergian ke luar negerinya berbeda. Rasa di dadanya berbeda. Namun itu membahagiakan, entah apa gerangan. Pandangan ke luar jendela tak ia rubah sepanjang perjalanan. Dan tahu-tahu kini mereka sudah sampai di bandara.

Di terminal 2 semua diurusnya dengan baik. Semua berbondong-bondong, lalu selepas boarding kini mereka duduk di loby. Tak menunggu lama di loby bandara mereka pun akhirnya lepas landas menuju Thailand.

Di dalam pesawat Fatihah duduk di dekat lorong. Teman-temannya, termasuk si Siti berebut duduk di kursi dekat ambang jendela. Dia iri sebenarnya kepada rekannya yang duduk di ambang jendela. Karena di ambang jendela ia bisa melihat awan-awan lembut dan burung-burung nekat—mungkin—beterbangan di ketinggian bersama gumpalan-gumpalan awan seperti kapas.

Sekali lagi Fatihah ingin duduk di ambang jendela tapi lama-lama ia merasa keinginan itu tidak penting. Buat apa? Dia tersenyum, lalu membetulkan duduknya agar tidak canggung. Di penerbangan ini dia sibuk membaca buku yang dia bawa, juga membaca majalah yang tersedia di depannya. Dia merasa bosan membaca-baca lalu dia pejamkan matanya. Perjalanan satu jam setengah serasa lima belas menit saja. Tahu-tahu kini pesawat terbang itu landing di negeri gajah putih.

Surga Terakhir [tamat]Where stories live. Discover now