Kenapa Kamu Pergi, Nduk?

1.5K 54 0
                                    

Berhari-hari Bapaknya Fatimah, Uwak meratapi nasib anak bungsunya itu. Ia tak sudi makan minum juga tak nafsu melakukan apapun. Fatihah makin gigih membesarkan hati Uwaknya itu. Di hari ke-7 Uwak sudah mulai tawakkal, pasrah atas takdir Tuhan. Aktivitas mereka selama 6 hari ini adalah bolak-balik mendatangi RS Polda Jatim untuk mendapatkan kejelasan nasib Fatimah.

Pun dengan keluarga Ali yang tak kunjung mendapat kepastian atas nasib mati atau hidup anaknya. Kalau memang mati di mana raganya? Kalau memang hidup di mana senyumnya?

Pagi ini di hari ke-8, Uwak ditemani Fatihah membawa sampel beberapa helai rambut Fatimah. Rambut itu adalah rontokan rambut Fatimah saat sisiran, mungkin. Rambut itu ditemukan di meja rias Fatimah. Uwak bergegas ke Polda karena kabarnya dini hari tadi ada lagi kiriman beberapa kantong jenazah yang dibawa ke RS Polda Jatim. Uwak berharap kepastian. Kalau memang putrinya sudah jadi mayat, ia ingin segera diketemukan. Ingin ia mandikan sendiri dan shalati lalu kuburkan.

Sampai di RS Polda Jatim, Uwak yang ditemani Fatihah menyetorkan sampel DNA Fatimah. Tim dokter menerimanya lalu melalukan sesuatu di dalam ruangan. Uwak dan Fatihah makin tak keruan di depan ruangan itu. Kemudian selang dua jam Uwak dipanggil untuk masuk ke ruangan mayat. Alangkah hancurnya hati Uwak ternyata yang disaksikan itu benar-benar mayat putrinya, Fatimah yang telah teronggok. Uwak itu menangis meraung-raung di depan mayat Fatimah. Juga diikuti segenap keluarga yang berdatangan. Fatimah benar-benar pergi meningglakan Uwak dan orang-orang yang mencintainya untuk selamanya.

Segera jasad Fatimah dibawa pulang ke rumah. Uwak dan kaum hawa saudara an sepupunya yang memandikan Fatimah. Setelah itu dikafani lalu jasad Fatimah dibawa ke masjid tempat sepekan lalu Fatimah mengikat janji suci dengan Ali. Keluarga Ali pun ikut sibuk di rumah Fatimah.

Langit gelap. Usai dishalati Fatimah langsung dibawa ke makam. Lalu jasad Fatimah benar-benar dimasukan ke liang lahat dan selanjutnya ditimbun. Sebagai seorang muslim Fatimah hanya berteman kain kafan bertimbun tanah.

Rupanya ini akhir perjalanan dari hidup. Jangankan hanya mobil, kulkas, atau ijazah, uang lima ratus rupiah pun tak boleh dibawa mati.

Uwak dengan menguat-nguatkan diri ikut menimbun kuburan Fatimah. Langit dan hati Bapak sama, kelabu. Bahkan gelap. Air mata Bapak bercucuran.

Usai tanah tergunduk, Kerabat Bapak yang seorang ustad satu perumahan memimpin doa. Doa mengalun dibarengi linangan airmata seluruh keluarga, kerabat, sahabat, dan tetangga yang tersentuh hatinya.

Selesai doa sebelum beranjak meninggalkan pusara, Ustadz Kifli menyalami Bapak Fatimah. Ia menasihati Uwaknya Fatihah itu dengan bahasa kesejukan. Hal itu demi Bapak keikhlasan melepas Fatihah.

"Sungguh ganjaran indah dan membahagiakan, ada cahaya yang menyilaukan bagi orang-orang yang dalam hatinya menggenggam kesabaran dan keihklsan menjalani hidup. Allah bersama orang-orang yang sabar, saudaraku." Sang ustad lalu beranjak.

Uwak masih meratapi pusara Fatimah. Fatihah dan yang lainnya pun sangat sedih. Nisan bertulis Fatimah Inayah Maulida binti Imran terus disandari Uwak. Hancur hatinya berkeping-keping. Khadijdah membesarkan hati Bapaknya dengan segenap jiwa. Fatihah pun ikut membujuk Uwaknya dengan dada remuk.

"Kenapa kamu pergi begitu cepat, Nak. Kenapa kamu tega meningglakan Bapak, Nduk?"

***

Di belahan alam lain, ada seorang nampak terlunta-lunta di tengah samudera. Ia memakan ikan teri atau binatang kecil yang hinggap di tangannya untuk bertahan hidup di tengah laut. Dengan sebilah puing seperti kayu, orang yang tak jelas kelaminnya itu terus dihanyut arus dan semakin menepi.

Seorangnelayan melihat curiga ke gundukan puing hitam dari kejauhan. Lalu iamendekatinya dan alangkah kagetnya ternyata gundukan itu adalah manusia. Segeraia angkat ke perahunya. Setelah diamati manusia itu yang belum jelas kelaminnyakarena sudah compang-camping. Yang dia lihat orang itu masih bernafas. Hanyasaja pergelangan tangannya nyaris putus. Pelipisnya juga luka memar agak parah.Mungkin karena benturan benda keras saat kecelakaan kala itu. []

Surga Terakhir [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang