Sebenarnya Bagaimana?

1.7K 47 0
                                    

Ali pulang menyampaikan semuanya yang terjadi kepada orangtuanya. Diceritakan semuanya. Dan ia mendapat dukungan kedua orangtua dan sanak saudaranya. Pakdenya pun mendukung niat mulia itu.

Akad dilangsungkan selepas shalat Dhuhur. Rabu siang tanpa awan. Alikhlas begitu fasih mengucap ijab qobul. Semua malaikat yang di langit turun ke bumi, mereka turut menyaksikan dua insan mengikat janji sucinya. Fatihah dan Alikhlas beserta semua orang di sekelilingnya berbahagia dengan sambil berlinang airmata.

"Selamat berbahagia, Sayangku Fatihah... Selamat nggih Mas Ali.... Semoga kebahagian dan keberkahan menyertai keluarga kalian. Barakallahulaka wabaraka alaika wajama'a bainakuma fii khaiiiir... Aamiin..."

Lestari, sahabat Fatihah tak selesai-selesai memeluk Fatihah memberi dukungan. Ia juga mengatakan aar Ali dan Fatihah segera membuat anak jangan menunda-nunda. Keluarga besar Fatihah bahagia. Uwak lah yang tentu paling berbahagia. Ia senantiasa menguatkan diri dan menguatkan segenap keluarga.

Usai ijab qobul, di rumah Uwak mengadakan syukuran kecil-kecilan. Tamu berdatangan silih berganti hingga matahari ditelan bumi di ufuk barat.

Di suatu kesempatan Ali menandaskan moncong mulutnya di kening Fatihah. Dia teramat cinta dan sayang kepada Fatihah dan juga kepada Uwak, orang yang bukan hanya Uwak mertua. Tetapi dia telah ia anggap orangtuanya sendiri.

***

Sebenarnya apa yang terjadi pada bahtera Fatihah dan Yadi? Rupanya yang terjadi dalam rumah tangga Yadi dengan Fatihah adalah bahteranya karam. Memang dulu mereka pernah mengucap janji suci, bahwa cinta kedunya didoakan hadirin abadi cintanya. Tapi syarat Fatihah terlalu berat bagi Yadi. Dia sudah belajar menjadi Imam. Doa-doa shalat sudah dihafalkan namun tak menempel di benak dan hati Yadi. Sering di tengah jalan dia lupa bacaannya. Akhirnya Yadi goyah.

Pernah suatu waktu Fatihah merasa kasihan karena memasung hak Yadi yang tak kunjung menunaikan nafkah batin bagi Fatihah. Fatihah dari lubuk hati terdalam ingin dijebolnya. Dia mengatakan dengan lembut kepada Yadi perihal itu selepas makan malam, sekembalinya Yadi dari masjid, bahwa Yadi boleh menjebol pertahanan Fatihah. Fatihah mengatakan itu dengan sadar, dengan ceria, dengan penuh goda. Namun Yadi tak bisa. Dia merasa jeratan syarat itu akan berubah murka Allah bila diingkari.

"Itu menghalalkan yang haram namanya, Dik." Kata Yadi dengan tetap menyunggingkan senyum. Senyum getir.

"Aku istrimu yang halal, loh Mas." Sahut Fatihah mendongak.

Kepala Fatihah berbantal paha Yadi. Dia pasrah sepenuhnya atas takdir indah yang dialami kini. Tangan kanan Yadi mengelus ubun-ubun Fatihah sambil berkata lembut.

"Istriku, memang iya tapi aku harus memenuhi syaratku dulu, Dik. Itu kewajibanku. Tidak boleh dilanggar."

Pada kesempatan lain Fatihah kembali melonggarkan syarat yang ditetapkan.

"Selesai makan kita ibadah ya, Mas!"

"Aku belum memenuhi syaratmu, Dik."

Lalu mereka melanjutkan makan dengan tanpa tatap-tatapan.

"Jadi benar habis ini ibadahnya, Dik?"

Fatihah matanya merona. Dia mendongak. Piringnya terabaikan dengan satu atau dua kali suapan.

Yadi usai makan bergegas berdiri, kedua tangannya membawa piring kotor dan wadah-wadah sebisanya. Tak lupa ia mengarahkan moncong mulutnya ke ubun-ubun Fatihah yang masih duduk menatap Yadi.

"Habisin dulu tuh di piringnya. Yang jelas aku belum halal menyentuhmu, dukung aku ya, Sayang," Yadi mengecup agak lama. Fatihah memejamkan mata lalu dari kedua sudut matanya keluar air bening beberapa tetes.

Hari-hari berlalu rupanya Yadi makin tak bisa jadi imam shalat bagi Fatihah. Ditambah "teror" telepon Mamanya kembali menggoyahkan hatinya. Yadi diminta kembali ke rumah. Mamanya mengiming-imingi harta waris buat Yadi. "Siapa yang mau nerusin bisnis keluarga kita, Nak? Siapa?" desak di seberang. "Di mana pikiranmu, heh?"

Yadi makin gamang. Yang terjadi selanjutnya dia malah tak yakin dengan imannya saat ini. Di Islam Yadi merasa tak menemukan kedamaian. Batinnya kalut.

Maka dengan baik-baik Fatihah diceraikan oleh Yadi. Secepat itu? Iya. Karena Fatihah diam-diam memergogi Yadi kembali mendatangi gereja tempat dulu biasa beribadah, rupanya. Di sana Yadi bersama orangtuanya saat kebaktian. Maka dipilihlah jalan gelap itu. Jalan halal namun jalan yang paling dibenci oleh Tuhan.

"Maafkan aku, Dik Fatihah."

"Maafkan aku juga, Mas Yadi!"

Mereka putus. Talak sempurna jatuh atas Fatihah.

Kini Yadi jadi duda. Dan kini Fatihah menjadi janda namun masih suci. Dan Alikhlas lah yang kini mengikrarkan janji suci untuk mengarungi samudera cinta yang terbentang luas dengan bahtera cinta tulus suci bersama Fatihah. []

Surga Terakhir [tamat]Where stories live. Discover now