KENSA | 30

102K 4.1K 295
                                    

'Kemanapun kamu pergi, boleh kok. Asal ajak aku dibelakang kamu.'

🌸 🌸 🌸

[Selamat tinggal, Clarissa.]

Kenzo berjalan memasuki rumah sakit.

Ia membawa sebuah bunga yang sudah pasti untuk Clarissa-nya.

Saat sudah sampai didepan ruang rawat gadis itu, terlihat Rita tengah menangis kencang hingga Dana, Vero, Angel, Dito, Cimol, Eno dan One menenangkan wanita paruh baya itu.

Kenzo menghampiri mereka. Mereka yang yang sadar akan kehadiran Kenzo langsung hening.

Kecuali Rita yang masih menangis tersedu-sedu dan dipeluk oleh Vero.

Angel menatap Kenzo sendu sebentar, tapi setelah itu ia pergi ke belakang sambil berucap, "Gue mau ngasih tau sesuatu sama lo." Ujarnya.

Kenzo dengan bingung mengikuti Angel. Saat sudah dibalik bilik tembok, Angel terlihat menghela nafasnya. Mata gadis itu terlihat bengkak seperti habis menangis pula.

"Ini pada kenapa sih?" Tanya Kenzo bingung.

Angel kembali menangis. Ia tak bisa menahan rasa sedihnya. Hal itu membuat Kenzo semakin bingung. "Hei, lo kenapa, sih?!" Perasaan Kenzo mendadak tidak enak.

Angel mengusap air matanya dan sekuat tenaga menahan tangisnya. "Gu-Gue tau, ini bener-bener berita gak enak banget buat lo denger.. Tapi--lo, harus tau. Ya, lo harus tau." Angel menarik nafasnya.

Kenzo semakin tahu bahwa yang akan Angel beritahu adalah berita buruk.

"Clarissa..--" Angel menggantung, ia benar-benar ragu memberitahu, tapi Kenzo harus tahu. "--Clarissa.. kita harus relain dia, Zo.."

Bruk

Bunga itu jatuh dari tangan Kenzo. Tubuhnya mendadak melemah, wajahnya pun mulai pucat saat mendengar kata merelakan dari Angel.

Merelakan Clarissa? Bagaimana Kenzo bisa.

Angel langsung memegang kedua pundak Kenzo. "Zo.. Clarissa udah berjuang setengah tahun ini.. Dan itu udah lumayan lama. Dia hebat. Dia udah usaha sejauh ini untuk tetep bertahan ngelawan masa kritisnya. Tapi apa? Tetep nihil, Zo. Dokter bilang, alat bantu mereka gak akan bisa selamanya bantu tubuh Clarissa untuk tetep bertahan. Yang ada akan semakin memperparah organ-organ ditubuhnya. Dan itu akan buat kita kehilangan Clarissa dengan lebih tragis lagi.. Kita semua gak mau itu terjadi. Jadi kita harus lepasin semua mesin yang udah buat Clarissa bertahan sekaligus tersiksa lawan komanya. Kita harus relain Clarissa, Zo.. Kita gak bisa egois untuk maksain tubuh Clarissa untuk lawan masa kritisnya disana. Kita--" Angel kembali menitikkan air matanya menahan isaknya. "--Kita harus biarin Clarissa pergi, Zo.."

Brugh

Kenzo terduduk. Pandangannya kosong. Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

Hatinya begitu sakit.

Tidak tahu seberapa besar cintanya pada Clarissa, hingga saat mendengar akan kehilangan gadis itu, tubuhnya seakan mati rasa.

Kamu gak bisa kayak gini sama aku, Sa..

Angel ikut berlutut. Gadis itu mengelap air matanya.

"Lo harus bisa relain Clarissa, Zo.. Besok, Clarissa bener-bener udah gak ada lagi didunia ini.." lirih Angel lalu kembali terisak. Gadis itu menutup wajahnya sambil menangis terisak.

Kenzo tetap pada pandangan kosongnya. Tak perduli banyaknya orang yang lewat, ia tak perduli.

Hatinya begitu sakit. Bahkan orang lain tak bisa melihatnya, melihat rasa sakit yang sebegitu besarnya.

Tak lama, Angel mengelap air matanya lagi. Ia menepuk pundak Kenzo lalu tersenyum sumbang. Memberi pria itu sedikit semangat. "Lo bisa, Zo." Lalu gadis itu segera berlalu.

Meninggalkan Kenzo yang masih membeku.

Kamu udah buat aku cinta mati gini sama kamu, kamu malah mau pergi.

Kenzo terkekeh sumbang. Tak perduli dengan orang sekitarnya sekalipun mereka menyangka Kenzo gila.

Ya, memang kini Kenzo akan gila.

₩₩₩

Kini Fransko, Riko dan Diki tengah menemani Kenzo minum dibalkon kamarnya.

Mereka sudah tahu pasal Clarissa, makanya sekarang mereka datang dan menemani Kenzo disini sekarang.

Kenzo meneguk tequilanya. Terlihat ketiga temannya terus memperhatikan dirinya sedari tadi.

Kenzo terkekeh sumbang. "Kalian mau pulang kapan? Gue ngantuk."

Riko menghela nafasnya. "Gue paham lo butuh waktu sendiri, Zo. Tapi gue tau banget seberapa begonya elo kalo lagi stres kayak gini. Jadi kita harus tetep ada disisi lo supaya hal konyol yang tidak diinginkan, gak terjadi. Kita semua tau banget lo gimana." Tekan Riko membuat Fransko dan Diki mengangguk setuju.

"Lebay lo pada. Gue--" Kenzo menggantung ucapannya, membuat ketiga temannya menatapnya. "--Gue cuma belum bisa ngerti aja, sama apa yang terjadi hari ini." Lagi-lagi Kenzo terkekeh sumbang. Kekehan yang didengar layaknya tangisan kencang ditelinga mereka.

Kenzo kembali meneguk tequilanya.

Fransko, Riko dan Diki hanya mampu diam dan tak banyak berkomentar. Mereka memang bukan sahabat yang hebat memberi saran. Mereka tidak bisa memberi motivasi sehebat Mario Teguh. Tapi perlu diingat. Soal setia, mereka nomor satu. Disaat salah satu dari mereka tengah susah, mereka akan ada. Bukan hanya saat sedang bahagia saja. Persahabatan mereka tidak sebrengsek itu.

₩₩₩

Yang nangis komen😭😭

KENSAWhere stories live. Discover now