KENSA | 31

98.2K 4K 216
                                    

'Selamat tinggal, Zo..'

🌸 🌸 🌸

[Clarissa pergi]

Secercah cahaya pagi menembus ventilasi kamar seorang pria yang tengah tertidur dua jam lalu.

Pikiran sedang kacau, bagaimana pria itu bisa tidur terlelap?

Pria itu membuka matanya yang sedikit memerah karna kurang tidur. Bahkan kantung mata pria itu menghitam. Kepalanya terasa sakit pula. Tapi tak kalah sakit bila dibandingkan dengan rasa sakit dihatinya saat ini.

Sebuah pesan masuk, membuat pria itu mengambil ponselnya dinakas dengan malas.

Dari : 0813-XXXX-XXXX

Ini gue Caca, Zo. Hari ini, jam 10 pagi, dokter akan copot semua alat-alat ditubuh Clarissa. Dan saat itu terjadi, gue harap lo harus udah ikhlasin dia, Zo.. dan jangan lupa dateng ya;)

Brakk!!

Kenzo melempar ponselnya.

Ia menutup wajahnya frustasi.

Kamu jahat, Sa. Kamu beneran mau ninggalin aku?

Kenzo mengacak rambutnya frustasi, wajahnya memerah.

Ia benar-benar kesal. Kenapa takdirnya dengan Clarissa begitu tragis?

Kenapa kisah cintanya selalu menyedihkan begini. Salah apa yang Kenzo perbuat selama hidupnya?

Buagh

Pria itu meninju tangannya pada tembok dengan kencang.

"Arghh, Sialan!" Umpatnya kembali menutup wajahnya frustasi. Tak perduli walaupun sela-sela jarinya terus meneteskan darah.

₩₩₩

Riko, Fransko dan Diki tengah berkumpul disalah satu meja kantin. Mereka yang biasanya sering bercanda gurau melawakan apa saja, kini tengah saling dalam suasana yang tidak menyenangkan.

"Gue gak ngerti lagi, bisa-bisanya Clarissa secepet ini." Ujar Fransko sambil meminum air mineralnya. Riko dan Diki langsung melirik Fransko.

"Iya, Ko. Sumpah gue juga masih gak percaya! Gila aja, si Clarissa masih muda, anjir.." celetuk Diki geleng-geleng.

"Namanya umur, Ki. Hari ini kan alat Clarissa dilepas?" Tanya Riko. Fransko anggukan kepala.

"Iya nanti kita kesana aja," celetuk Fransko.

"Iyalah pasti. Gak perduli gue sekalipun diusir si Vero. Btw, Kenzo pasti udah disono'kan?"

Baru dibicarakan, tiba-tiba Kenzo datang dan langsung dengan santainya duduk bergabung dengan mereka.

Lantas mereka saling lirik terheran.

"Bagi rokok, Ki. Warung sebelah tutup." Dengan santainya Kenzo menepuk bahu Diki yang tengah kebingungan.

"Lah Zo, serius ini?! Gue kira lo udah disono, sumpah?!" heran Diki. Kenzo menghela nafasnya. Pria itu terlihat bangkit.

"Lah iya, udah jam delapan ini! Sumpah, lo bisa nyesel Zo, kalo gak liat Clarissa buat terakhir kalinya! Pergi sono, ah!" Celetuk Riko.

"Tangan lo kenapa diperban gitu, Zo? Lo lukain diri lo, ya?!" Geram Fransko perduli.

Mendengar itu, mendadak Kenzo mengingat dirinya saat mengingatkan Clarissa untuk tidak melukai diri gadis itu. Tapi sekarang, malah ia yang melakukan hal konyol itu. Kenzo terkekeh sumbang menyadari itu.

"Gue kelas dulu," celetuk Kenzo lalu pria itu langsung pergi.

Riko dan Diki langsung saling lirik heran.

"Lah, tuh anak beneran gak mau ketemu Clarissa terakhir kalinya nih?!" Pekik Diki heran.

Fransko menghela nafasnya. "Gue rasa Kenzo masih butuh waktu. Dia masih belum mau terima semua ini, makanya dia kayak gitu. Biarin aja dulu. Alatnya Clarissa mulai dilepas jam sepuluh'kan?" Ujar Fransko yang langsung membuat ketiganya melihat punggung Kenzo yang mulai menjauh dengan prihatin.

₩₩₩

Fransko, Riko dan Diki tengah serius memperhatikan Kenzo yang tengah santai menyandarkan tubuhnya dikursi dengan mata yang memejam. Tapi mereka tau, pria itu tak tidur.

"Zo," panggil Fransko pelan. Tapi yakin sekali Kenzo mendengar. Karna pria itu terlihat menghela nafasnya walaupun tak membuka matanya sedikitpun.

"Udah jam 9. Satu jam lagi Clarissa pergi. Lo masih gak mau terima dan sadar sama semua ini?" Celetuk Riko mulai kesal. Fransko langsung menepuk Riko agar lebih sabar.

"Zo, buruan sono rumah sakit. Gue ngeri lo nyesel dah bener," Tukas Diki. Kenzo tak memberikan jawaban apapun. Pria itu masih tak mau mendengar. Menutup telinganya rapat-rapat, untuk mendengar kenyataan pahit.

"Zo. Please. Lo harus sadar, Zo. Lo harus terima semua kenyataan ini. C'mon, mana Kenzo yang gue kenal?" Ujar Fransko, tapi tak ada jawaban juga dari Kenzo.

Riko menghela nafasnya kesal. Pria itu menarik kerah Kenzo. "ZO! SADAR!"

Sreth

Kenzo menepis tangan Riko pelan tapi tetap bertenaga.

"Zo! Lo harus sadar! Clarissa udah gak ada! Lo harus terima. Jangan tolol gini, dah! Sampe kapan lo kabur dari kenyataan, ha?!" Teriak Riko hingga urat-urat leher pria itu keluar.

Kenzo melirik Riko dengan matanya yang sudah memerah, kantung mata yang menghitam. Wajah pria itu terlihat lelah sekali. Hal itu membuat Riko menghela nafasnya mengatur emosinya.

"Zo.. Satu jam lagi, Clarissa udah gak ada lagi didunia ini. Gue tau lu tertekan, gue paham. Tapi ini udah gak ada waktu buat lo kayak gini, sedangkan sejam lagi lo bakal kehilangan orang yang lo cinta itu. Lo bakal uring-uringan lebih parah dari ini. Lo bakal nyesel kalo sekarang gak pergi. Gue sebagai sahabat lo, cuma bisa kasih saran. Seterah lo sekarang mau denger apa gak," Ujar Riko yang berhasil membuat Kenzo bungkam dan tersadar.

Kenzo mengambil tasnya, pria itu langsung berlari keluar kelas setelah menepuk pundak Riko. "Thanks, ya."

Riko mengangguk. Fransko dan Diki menghela nafas mereka lega.

₩₩₩

Kenzo berlari mencari ruang rawat Clarissa.

Peluh yang mengalir didahinya tak ia hiraukan. Persetan dengan energinya yang terasa sudah habis.

Makan pun ia belum sejak kemarin. Bagaimana ia bisa menyuap sesendok nasi saat melihat Clarissa tidak makan selama hampir setengah tahun? Kenzo tak bisa melakukannya.

Kenzo mengatur nafasnya saat sudah sampai didepan ruang rawat tersebut.

Saat Kenzo memperhatikan, ia baru sadar. Kenapa sepi sekali disini? Ruang rawat pun terbuka. Bahkan ranjang rawat Clarissa terlihat sudah dirapihkan.

Kenzo terlambat'kah?

Kenzo mengacak rambutnya frustasi. Pria itu terduduk.

Tak perduli sekalipun untuk pertama kalinya, seorang Kenzo Arsenio menangis.

₩₩₩

Jangan ikutan nangis bareng Kenzo dan aku, ya😭😭😭

KENSAWhere stories live. Discover now