Arwah

175 16 0
                                    

Di sisi lain, seorang gadis pucat pasi sedang berdiri mematung dan membisu tak jauh dari jenazah Naura---jenazahnya sendiri. Ia menyadari bahwa ia telah tiada dengan simbahan darah mewarnai seluruh jasmaninya itu.

Raut wajah Naura datar. Ia tak menampakkan senyum sedikit pun seperti ketika ia masih hidup. Wajahnya hancur sama seperti jasatnya. Sebelah kelopak mata Naura lepas dan hilang yang entah ke mana. Mungkin, makhluk yang telah merenggut nyawanya itu yang telah mengambil atau bahkan memakannya.

Setelah sekian lama memandangi tubuhnya sendiri, Naura melangkah pelan. Lalu,  Ia menjongkok saat sampai di dekat sebuah boneka yang baru ia beri kepada Lala dan Lili. Naura pun meraih boneka putih dengan bercak darah di sekitar boneka tersebut. Mengelus-elus pelan boneka tersebut. Raut wajahnya tetap datar seperti seorang introvet.

Naura beringsut berdiri dan menyadari bahwa arwah keluarganya tengah melihatnya di lantai satu itu. Lalu, ia menutup kelopak matanya yang hilang menggunakan beberapa helai rambut Naura.

***

Sepuluh Tahun Kemudian.

Seorang pria bersama tiga teman karibnya sedang sibuk memasukkan koper-koper mereka ke bagasi mobil yang akan membawa mereka ke lingkup baru.
Dua di antara mereka perempuan dan dua yang lain berjenis kelamin laki-laki. Satu perempuan diantara mereka tak dihitung karena ia tak terlihat.

"Apa semuanya sudah beres? Gak ada yang ketinggalan lagi, 'kan?" tanya Nandra setelah ia memasukkan beberapa koper ke bagasi mobil. Cewek berambut sepinggang itu juga ikut membantunya. Namanya Elvril.

"Oh, ya. Si Escy belum datang juga?" tanya Elvril.

"Belum tuh. Kurasa dia lagi makan banyak di rumahnya sebelum pergi," jawab Andi ngasal sambil membawa satu koper berukuran sedang.

"Atau mungkin dia lagi di jalan. Kebiasaan telat datang itu sudah menjadi kebiasaan Escy," timpal Aliando pelan sambil memasukkan koper pemberian Andi ke mobil sebelah. Ucapannya sangat datar. Begitu pula dengan raut wajahnya.

"Udah, kita tinggalin aj--" ucap Andi.

"Aaa!" jerit Escy dari arah timur. Ia berlari terbirit-birit dengan peluh air mata membingkai wajahnya. "Pergi! Syuh-syuh. Dasar anjing nakal!" pungkas Escy. Ia tak menghentikan langkahnya.

Seperdetik kemudian, suara gonggongan anjing terdengar tepat dari belakang Escy. Lantas, teman-teman Escy yang sedari tadi menunggunya itu tertawa terbahak-bahak.

Escy berlari dan menyembunyikan tubuh gemuknya itu di belakang Andi. Sontak, hal tersebut membuat Andi terbelalak kaget.

"Apa-apaan ini? Jangan sembunyi di badanku!" seru Andi panik.

"Tolong aku tuk satu waktu ini aja. Perbuatan baikmu pasti akan dibalas, kok," kata Escy. Ia menggenggam erat kedua pundak Andi.

"Jangan yang ini juga kalek. Ntar, kalau aku digigit gimana?"

"Ya, itu deritamu. Mungkin itu pembalasan karena kau suka PHP-in cewek, suka mutusian cewek pas lagi sayang-sayangnya, dan masih banyak lagi. Dosamu tuh!"

"Enak aja."

"Bidi imit. Rasakan noh!" entah mengapa Escy merasa geram. Lalu, ia mendorong Andi hingga ia tersungkur.

Gonggongan dari anjing itu kembali bergemuruh. Lariannya semakin cepat mendekati Andi.

"Woy-woy-woy. Bantuin aku dong," pinta Andi ketakutan.

Semakin lama, anjing tersebut semakin mendekat. Aliando yang melihat kejadian tersebut pun segera turun tangan. Ia menghentikan aktivitasnya dan diam berdiri di depan Andi.

"Apa yang sedang dilakukan Aliando?" gumam Nandra.

"Mungkin saja dia sedang mengusir anjing itu," jawab seorang gadis kecil berusia tiga belas tahun, tapi, itu ketika ia masih hidup dan terakhir kalinya ia berstatus sebagai manusia adalah sekitar sepuluh tahun silam.

Tiada yang dapat melihat atau bahkan mendengar gadis yang tak berjasmani itu kecuali seorang anak indigo. Namun, mereka dapat mendengar ucapan Angel. Tubuh gadis yang bernama Angel itu telah kembali menjadi debu dan tanah. Terurai bersama sekumpulan tanah.

"Dra, apa itu Angel?" tanya Evril. Ia berpaling sekilas ke arah Nandra.

Meski Angel tak terlihat, tetapi teman dekat Nandra termasuk Evril itu mengetahui keberadaan Angel yang senantiasa hadir menemani Nandra. Angel sudah banyak membantu Nandra dan teman-temannya.

"Iya," jawab Nandra singkat.

"Syuh, pergi!" seru Andi sambil mengesot ke belakang.

Anjing tersebut menggonggong. Suara gonggongannya melemah saat ia melihat Aliando. Perasaan takut pun muncul pada anjing tersebut. Padahal, Aliando hanya menatapnya datar.

Anjing itu begitu ketakutan hingga ia berbalik arah dan berlari menjauh. Tubuh kecokelatannya itu pun hilang saat ia berbelok ke belakang perumahan warga.

"Tuh, kan. Apa yang kubilang?" kata Angel sombong. Ia bersembringah tipis.

"Karena Escy udah datang, kita harus segera pergi agar gak telat," kata Aliando. Ia pun berjalan dan masuk ke salah satu mobil yang sedang terparkir di dekat mereka.

"Baiklah. Kalau begitu, aku pergi deluan, ya. Aku ingin melihat keadaan di sana. Aku akan menyambut kedatangan kalian. Dah," kata Angel. Lantas, ia pun langsung menghilang layaknya hantu. Eh ... dia, 'kan memang ... hantu.

Seusai itu, Nandra menutup bagasi mobil dan masuk ke mobil tempat mobil yang Aliando naiki.

"Ril, ayo masuk,"ajak Escy dan dibalas oleh anggukan Evril.

Mereka pun masuk ke mobil sebelah. Mobil berwarna hitam itu. Mesin mobil siap dinyalakan hingga menimbulkan sebuah getaran.

"Woy-woy, ini ceritanya aku ditinggalin gitu?" tanya Andi.

"Kalau gak mau masuk ditinggalin!" seru Nandra. Sontak, Andi pun langsung beringsut berdiri dan berlari ke arah Nandra dan Aliando.

Sebuah perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Selama perjalanan, Escy sudah menghabiskan cukup banyak cemilan hingga mobil yang ia naiki menjadi kotor akibat sisa-sisa makanannya.

Di sisi lain, tampak Andi sedang tertidur pulas sembari mendengkur. Dengkurannya begitu kuat sehingga Aliando beserta orang lain yang berada dalam mobil tersebut merasa terganggu.

Bukan hanya itu. Ia juga sangat serakah dalam hal berbagi tempat. Bagaimana tidak? Ia bergolek-golek ke sana dan ke sini hingga posisi duduknya itu berubah menjadi tengkurap hingga Aliando pun memilih tuk pindah ke bangku belakang. Sementara Nandra? Dia duduk di bangku depan sebagai sopir.

"Andi. Hey, bangun!" kejut Nandra, tapi, Andi tak kunjung bangun. "Ni anak kok susah banget dibanguni? Bangun woy, kita sudah sampai." Nandra berkacak pinggang kesal.

"Kita siram aja," saran Aliando. Ia memegang sebotol air mineral.

"Wah, ide yang bagus tuh." Nandra tersenyum kecil.

Aliando pun membuka tutup botol tersebut. Lalu menyiramkannya ke wajah Andi yang dipenuhi air liur itu. Seketika, Andi pun langsung terbangun. Ia menjerit-jerit seperti seorang yang akan tenggelam dari laut sedalam seribu meter.

'Menjengkelkan,' batin Aliando kesal. Ia pun melempar botol kosong itu ke Andi.

"Ini anak habis mimpi apa?" tanya Nandra.

"Bukannya tadi ada tsunami ya?" tanya balik Andi polos.

"Air liurmu itu tsunami!" bentak Nandra. Ia sangat kesal. "Bangun woy!"

"Fyuh. Aku kira tadi tsunami. Kalau gak, jiwa kejomloanku ini pasti akan menyiksaku. Mereka pasti akan demo agar status mereka berubah meski aku sudah ditelan oleh air besar tsunami."

"Dasar aneh," gumam Aliando pelan. Ia berjalan ke luar mobil mewah bercat hitam itu. Nandra mengekor di belakangnya.

Note: Hi mina, di manapun kalian berada. Em ... soal cerita kelanjutan si Lala itu sengaja gak diliatin. Biar jadi misteri. Eth, misteri ya. Bukan mis ikan teri🤣 (gak lucu,

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now