Misteri kematian murid kelas sebelah

62 5 0
                                    

Suara riuh gemuruh bergema tak beraturan membingkai di kelas IPA-4 itu. Suara berisik akibat tiada guru yang menenangkan mereka. Suara berisik itu sudah menjadi bagian dari seluruh murid.

Seluruh anak kelas IPA-4 itu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada yang berkumpul menjadi satu kelompok untuk mengumbar-umbar aib orang, ada pula yang memilih untuk tidur, bermimpi jadian dengan seseorang yang diidamkan hingga air liur membanjiri wajah. Ada juga yang memilih menghabiskan jam kosong dengan cara tertawa terbahak-bahak seperti orang tidak waras, menejahili anak lain dan beragam aktivitas aneh lainnya.

"Aaaaa!" jerit seorang perempuan dari arah gudang sekolah.

Nada suara yang gadis itu menggema ke segala penjuru ruangan sekolah tersebut. Sontak, jeritan itu membuat satu kelas IPA-4 itu membungkam. Bingung. Mungkin ada sesuatu yang terjadi di sana.

"Siapa itu?" tanya Evril.

Teman-temannya hanya menjawab dengan menaikkan kedua pundak mereka.

Gerombolan anak dari kelas lain berlari tergopoh-gopoh menuju asal suara hingga derap langkah kaki mereka menghasilkan goncangan kecil.

"Mungkin ada sesuatu yang terjadi di sana.  Nengok, yuk!" ajak Escy. Ia ikut berlari mengekor di belakang sekumpulan anak-anak tersebut.

Seperdetik kemudian, anak-anak kelas IPA-4 itu ikut berlari menuju asal suara. Nandra, Evril, Aliando, dan Andi membungkam bingung.

"Gue jadi penasaran." Andi ikut berlari.

"Hey, tunggu!" panggil Nandra sambil berlari mengejar Andi. Evril dan Aliando mengekor teman-temannya yang sudah berlari cukup jauh itu.

Rasa ingin tahu mampu meningkatkan laju gerak langkah mereka. Siapa sangka ternyata anak-anak di sekolah itu rata-rata menuju asal jeritan seorang perempuan itu. Mungkin, hanya Naura saja yang memilih tetap menetap di bangkunya. Menyendiri sudah menjadi kebiasaan gadis berwajah murung itu.

Setibanya di sana, Nandra dan keempat teman karibnya tak dapat melihat apa yang sedang terjadi karena tempat tersebut sudah dipadati oleh anak-anak yang lain. Rasa penasaran Nandra dan keempat temannya memuncak saat melihat raut wajah anak yang ada di sana seperti sedang melihat sesuatu yang mengerikan.

"Argh, gue kepo banget! Minggir, gue mau lihat dulu," ucap Andi. Ia memaksakan diri melalui anak-anak yang menjadi tembok penghalang penglihatannya.

"What?! Yang benar saja? Panggil guru atau polisi!" seru Andi tatkala ia sudah dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi.

"Andi, sebenarnya apa yang sedang terjadi?" tanya Escy. Ia menjadikan kedua tangannya sebagai alat perantara mikrofon.

"Ada mayat orang!" jawab Andi. Sontak, teman karib Andi itu pun berdecak kaget.

"Permisi," ucap Nandra. Ia berdesak-desakan menuju pusat perhatian. Aliando, Evril, dan Escy mengekor di belakangnya.

Mata keempat teman karib itu melotot. Mereka terbelalak kaget tatkala melihat seorang anak laki-laki yang tak bernyawa lagi. Tubuhnya termutilasi dan tak lengkap. Kepalanya menghilang. 'Dio Fernando' papan nama anak itu masih terlihat jelas menempel di dada kiri anak tersebut.

"Dia murid sebelah yang  gue temui semalam," ucap Evril.

"Benarkah?" tanya Nandra.

"Iya. Kemarin sebelum pulang sekolah kami bertemu. Gak sengaja berpapasan."

"Apa itu?" gumam Aliando tatkala ia melihat benda putih di saku seragam sekolah lelaki tak bernyawa itu. Aliando mengambilnya. Secarik kertas putih yang sudah memerah akibat darah.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now