Sharla

58 4 0
                                    

Seruan Aliando sontak membuat Naura, Dio dan Tasya terkejut.

"Lepaskan tanganmu dari tanganku!" titah Naura ketika Aliando menahan tangan Naura yang hendak mencungkil mata Tasya.

"Gak akan. Berhentilah melakukan ini dan pergilah ke alammu! Kau-kau tidak seperti ini!" Aliando mengarahkan kedua tangan Naura ke pundak Naura. Kemudian ia menjauhkan Naura dan Tasya.

"Brengsek! Dio, bantu aku?" titah Naura.

Dio mengangguk. Namun, saat ia hendak melangkah tuk membantu, tiba-tiba saja Angel datang dan langsung menangkap kedua tangan Dio. Angel melakukan apa yang Aliando lakukan kepada Naura.

"Angel, sejak kapan lo ada di sini?" tanya Escy tak percaya.

"Aku memata-matai Naura hingga tiba saat seperti ini, aku langsung bergegas menyelamatkan Tasya ... ya, meski agak terlambat," jelas Angel.

"Evril, amankan Tasya sekarang!" titah Aliando.

Evril langsung menurut dan melaksanakan titah yang diberi Aliando. Ia menggopong Tasya yang pingsan itu. Escy ikut membantu dengan ikut menggopong Sharla.

"Hey, lepaskan aku!" titah Naura.

"Tidak akan! Kau, mengapa setelah mati kau gak pergi ke alammu yang seharusnya? Apa sebenarnya keinginanmu?" tanya bertubi-tubi Aliando.

"Aku? Aku ingin menjumpainya dan aku juga ingin mereka para manusia merasakan apa yang kurasakan saat itu! Dan kau, kau juga hantu. Lalu, mengapa kau masih menetap di dunia?"

Sontak, ucapan terakhir Naura mengagetkan teman-teman Aliando kecuali Angel. Angel sudah mengetahui siapa Aliando yang sebenarnya karena ia dengan Aliando berkedudukan sama, yaitu seorang hantu. Manusia yang telah mati dan menetap di dunia sementara waktu untuk memenuhi keinginan terakhir mereka.

"Jadi, Aliando selama ini adalah hantu?" tanya Evril.

"Huh, nanti akanku ceritakan semuanya kepada kalian," ujar Aliando. Kedua tangannya masih menggenggam erat tangan Naura yang mencoba untuk lepas dari genggaman Aliando.

Naura mengerahkan seluruh tenaganya dan ia berhasil lepas dari genggaman Aliando. Secepat kilat ia melangkah dan menyelamatkan Dio. Kemudian, ia merampas Tasya ketika Evril sedang lalai. Sangking cepatnya gerak Naura, sehingga Evril tak dapat mempertahankan Tasya.

"Huh, kembali kudapatkan." Naura tersenyum bengis.

"Naura, jangan apa-apakan dia," pinta Aliando.

"Tidak akan! Dio," panggil Naura.

Dio mengangguk. Ia seakan tahu apa yang dimaksud ketuanya itu. Dio berdiri tepat di samping Naura. Aliando dan teman-temannya itu pun bingung dibuatnya.

"Sebelum kalian menyelamatkan Tasya, sebaiknya kalian menyelamatkan salah satu teman kalian. Siapa itu? Huh ... nanti kalian akan tahu siapa yang akan menjadi korban selanjutnya, tapi yang pasti korban itu adalah satu dari antara kalian. Bisa saja itu Andi. Benar, 'kan?" tanya Naura dan dibalas oleh anggukan Dio.

"Sebaiknya kalian saling menjaga satu sama lain," saran Dio. Ia dan Naura tersenyum bengis.

Tak lama setelah itu, segelawut asap hitam datang entah dari mana. Asap itu semakin menebal hingga Aliando dan teman-temannya tak dapat melihat apa pun. Gelap. Namun, asap itu tak bertahan lama hingga akhirnya menghilang dihembus angin. Naura dan Dio pun juga ikut menghilang dengan membawa Tasya bersama mereka.

"Sialan!" geram Aliando. Ia mengepal kedua tangannya.

Tubuh seorang gadis yang selalu ditumpangi oleh Naura itu bergerak. Ia mulai sadar dari pingsannya. Gadis itu memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia membuka matanya dan melihat Aliando dan teman-temannya. Ia juga menyadari bahwa ia berada di dalam hutan.

"Si-siapa kalian? Dan aku ... mengapa aku ada di sini?" tanya gadis itu. Ia melangkah menjauh dari orang-orang yang tak dikenalnya itu.

"Hey, jangan takut. Kami ini orang baik, kok." Evril mencoba menenangkan Sharla yang mulai panik itu.

"Naura, di mana Naura?"

"Gadis hantu itu? Dia pergi," jawab Nandra.

"Aku-aku harus pergi. Aku harus kembali bersama Naura." Sharla mencoba melangkah pergi. Namun, Aliando mencegahnya dengan cara menarik tangan kanan Sharla.

"Jangan. Jika kau kembali, maka dia akan membunuhmu," kata Aliando.

"Gak mungkin! Aku gak melakukan pelanggaran apa pun kepadanya. Jadi, aku gak akan dibunuh!" jerit Sharla. "Lepaskan aku!" Sharla mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Aliando, tetapi usahanya itu sia-sia. Aliando terlalu erat menggenggam tangan Sharla.

"Memang kau gak melakukan pelanggaran apa pun, tetapi jika kau kembali, dia pasti akan mengira kalau kamu memberitahukan tentangnya kepada kami."

"Dan lagi pun, dia sudah gak membutuhkanmu. Buktinya, dia meninggalkanmu di sini. Benar, 'kan?" Angel melangkah mendekati Sharla.

"Sekarang, katakan mengapa kau bisa berhubungan dengan hantu itu?" Aliando memegang kedua pundak Sharla. Tatapan Andi begitu dalam menatap Sharla.

"Tidak! Aku gak akan memberitahukan apa pun kepada kalian!" Sharla menepis tangan Aliando dari pundaknya. Lalu ia berlalu pergi.

"Keadaanmu masih lemah, sebaiknya tetap di sini kalau gak mau berada dalam kesulitan. Malam ini, roh halus bisa saja muncul kapan pun dan hewas buas juga bisa saja menerkammu!" seru Angel. Namun, ucapannya tak digumbris oleh Sharla. Mungkin, itu karena Sharla sudah berlalu cukup jauh meninggalkan mereka.

"Apa dia akan baik-baik aja?" tanya Nandra.

"Anak keras kepala. Biar aja dia dimakan sama hewan buas," ujar Escy.

Sementara itu, Sharla terus berlari hingga ia tak sengaja mengenggol kayu hingga ia terjatuh. Darah keluar dari lututnya.

Sharla memekik kesakitan. Ia mengembus lukanya dan mecoba kembali bangkit. Baru selangkah melangkah, ia langsung ambruk. Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing hingga ingin rasanya ia pingsan saat itu juga.

Seperdetik kemudian, Sharla mendengar suara kekehan. Suara kekehan itu terdengar lebih dari satu orang dan berasal dari langit. Sharla mendongak. Samar-samar matanya melihat banyak sekali sosok kuntilanak yang berselingweran di udara. Kuntilanak-kuntilanak itu tak terhitung jumlahnya.

Kemudian, terdengar suara dari semak belukar di depan Sharla. Semakin lama, suara itu semakin terdengar sangat jelas dan kuat hingga sebuah tangan muncul dari semak tersebut. Sontak, jantung Sharla berdetak semakin cepat.

Tangan itu bergerak. Ia berjalan bersama dengan pasangan tangannya yang baru muncul. Tangan itu berjalan menuju ke arah Sharla. Lantas, Sharla pun langsung mengesot ke belakang. Ia menggeleng tak percaya akan apa yang baru saja ia lihat.

Perlahan,  sepasang tangan yang keluar dari semak itu menunjukkan seluruh tubuhnya. Seorang wanita berambut panjang yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

Hanya sebelah mata yang terlihat. Wanita berpakaian putih dengan bercak tanah dan darah itu berjalan seperti kucing atau hewan berkaki empat lainnya.

Wanita itu menatap tajam wajah Sharla. Ia tersenyum bengis sambil terus mendekat ke Sharla.

Jantung Sharla semakin berdegup sangat cepat hingga ia seakan mendengar detak jantungnya sendiri. Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuh Sharla.

"Argh!" Sharla memekik menahan rasa sakit dari kepalanya yang terasa sangat pusing itu.

Lemah. Sharla sudah tak kuasa menopang tubuhnya sendiri. Sepertinya, ia akan pingsan saat itu juga. Namun, jika ia pingsan, apa yang akan terjadi pada Sharla selanjutnya?

Tiba-tiba, wanita itu berjalan dengan sangat cepat. Sontak, hal tersebut membuat Sharla kaget bukan main. Ia memaksakan diri tuk lari dari wanita yang hampir menyerangnya. Sharla berlari terseok-seok, sesekali pula ia menoleh ke belakang tuk melihat wanita yang sedang mengejarnya itu.

"Aduh!" Sharla tak sengaja menyenggol sesuatu hingga ia tersungkur. Kepalanya membentur kayu yang berukuran agak besar. Sharla memekik kesakitan. Kepalanya mengeluarkan banyak darah.

Pusing. Penglihatan Sharla menjadi kabur. Samar-samar ia melihat lingkungan sekitarnya dan sosok wanita yang berlari mendekatinya. Pasrah, Sharla sudah tak punya harapan tuk hidup. Ia merasa malam itu juga ia akan meninggal di tangan hantu wanita itu.


Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now