Teror

47 3 1
                                    

Di villa, Andi mulai merasa bosan terus-terusan berbaring di kamarnya. Dia pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan pergi ke dapur. Perut keroncongan itu mampu melahap beberapa makanan yang ada di kulkas.

"Ah, kenyang." Andi mengelus perutnya sendiri. Lalu, ia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing.

Bruk!

Terdengar suara benda terjatuh dari arah gudang. Andi pun bangkit dari bangku meja makan dan berjalan ke gudang.

Bruk!

Suara yang sama kembali bergema. Namun, suaranya terdengar lebih besar.

"Siapa di sana?" Andi mendorong pintu gudang.

Cahaya pun masuk ke gudang tersebut. Maka, terlihatlah sesosok wanita berdaster dan berambut panjang. Kuntilanak itu diam mematung sambil menirukan gaya lilin.

Andi menjerit. Ia melempar benda-benda yang ada di gudang tersebut ke kuntilanak tersebut. Namun, tiada satu pun lemparan Andi yang mengenai kuntilanak tersebut. Lantas, kekesalan Andi pun melonjak.

"Kenapa kau selalu saja mengganggu hidupku?!"

Andi mengangkat benda yang lebih besar. Lalu, ia pun melemparkannya. Kuntilanak itu menghindar hingga benda tersebut menghantam sesuatu. Hantaman itu mengjasilkan suara pecahan. Tiba-tiba, kuntilanak itu langsung menghilang.

Andi menghela napas lega. Ia pun berjalan untuk melihat benda apa pecah itu. Patung? Sebuah patung antik pecah menjadi beberapa bagian.

"Patung apa ini?" tanya Andi. Ia menjongkok sambil mengutip salah satu pecahan patung tersebut.

Andi menatap patung tersebut tanpa berkedip. Ia melakukannya selama beberapa detik dan kemudian merasa acuh. Ia pun berdiri dan hendak kembali ke kamar karena kepalanya kembali terasa pusing.

Sesaat setelah Andi berbalik, kedua netranya menangkap sesosok wanita. Wajah wanita itu hancur. Mungkin, itu akibat ketika sosok itu masih hidup, ia mengalami sebuah kecelakaan dan wajahnya menghantam jalanan dan terseret hingga wajahnya hancur.

Wanita itu berdiri di depan Andi disusul seorang anak laki-laki sedang merayap di langit-langit gudang. Kepalanya berputar sembilan puluh derajat.

"Mari bermain," ajak anak laki-laki itu sambil menatap Andi sinis. Lantas, darah segar langsung tercurah dan mengenai wajah Andi.

Gemetaran, Andi tidak percaya akan kejadian yang baru saja dilihatnya. Berat rasanya menggerakkan seluruh tubuhnya sendiri.

Tiba-tiba, anak laki-laki itu melompat dan bergendong di pundak Andi. Andi pun terkejut setengah mati. Andi menjerit sambil melepaskan diri dari pelukan anak laki-laki tersebut. Ia pun langsung berlari meninggalkan gudang.

Tidak jauh dari gudang, langkah Andi terhenti ketika ia melihat seorang pria bertubuh kekar bersama anak perempuannya sedang berdiri beberapa meter di depan Andi. Anak perempuan itu memegang kepalanya yang terpenggal akibat sebuah kecelakaan. Kepala itu tersenyum sinis bersama ayahnya.

Panik, Andi pun berlari menuju kamarnya. Di sana, ia langsung mengunci rapat-rapat pintu kamar dan bersandar. Napas yang terengah-engah itu menggerakkan pundak Andi ke atas dan bawah. Keringat dingin juga mengucur deras dari pelipis kepalanya.

Tok-tok-tok!

Suara ketukan pintu mengagetkan Andi disusul daun pintu yang mencoba untuk membuka pintu. Andi kembali panik. Kemudian, hantu anak laki-laki itu mengulurkan tangannya dari kolong bawah pintu sambil mengintip. Saudara perempuannya juga ikut mengintip.

Andi melangkah menjauh dari pintu. Sorot matanya menatap ke arah kedua anak penghuni villa tersebut. Andi menoleh ke kanan dan melihat sebuah balok kayu. Ia pun langsung mengambilnya dan memukul-mukulkan balok kayu tersebut ke tangan anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu merintih kesakitan dan menarik kembali tangannya. Lalu, Andi mendorong meja belajar di ruangan tersebut ke pintu sebagai pengganjal, berharap hantu sekeluarga itu tidak dapat masuk.

Andi melompat ke kasurnya dan menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Ia bergemetar ketakutan dan bibir Andi juga pucat.

Ceklek!

Hantu anak laki-laki itu merayap dari luar dinding dan mencoba membuka jendela kamar. Andi mengintip dan langsung mengunci jendela sedetik setelah hantu tersebut hendak membuka jendela. Andi juga menutup jendela menggunakan gorden. Meski begitu, hantu anak laki-laki tersebut masih saja mencoba membuka jendela dan memukul-mukuli kaca jendela hingga darah yang ada di tangannya tercat di kaca jendela tersebut.

Jantung Andi 'tak henti-hentinya berdetak cepat. Sempat terlintas di benaknya bahwa dia akan mati saat itu juga. Cepat atau lambat hal itu pasti akan terjadi. Pasrah, tapi Andi tidak mahu mati di tangan para hantu itu hingga perbuatan bunuh diri terlintas di benaknya.

"Hey, kuntilanak. Kumohon, datanglah!" panggil Andi. Dia duduk di ujung kamar sambil memeluk kedua lututnya.

Seperdetik kemudian, kuntilanak yang dipanggil Andi pun datang. Kuntilanak itu berdiri mematung tepat satu meter di depan Andi. Andi tersenyum senang. Ia pun bangkit berdiri dan mencoba mencari sesuatu. Andi kembali tersenyum ketika benda yang ia cari ketemu. Ia pun memasang tali tersebut ke atap kamar untuk gantung diri. Setelah selesai, ia mengambil secarik kertas, pulpen dan menuliskan kalimat demi kalimat di untuk teman-temannya. Tinta pulpen yang tergores di atas kertas tersebut menghasilkan tulisan yang buruk karena Andi menulisnya dengan gemetaran dan juga terburu-buru.

"Nah, berikan ini kepada teman-temanku sekarang juga!" titah Andi sambil memberikan kertas tersebut kepada kuntilanak itu. "Aku mengandalkanmu. Setelah tugasmu selesai, kita akan bersama seperti yang kau mau. Selama ini kau selalu menghantuiku karena kau ingin aku ikut bersamamu, 'kan? Maka, keinginanmu akan terkabulkan dan kita akan bersama ... selamanya."

Kuntilanak itu mengangguk dan langsung menghilang menjalankan tugasnya dan Andi juga langsung menjalankan niatnya dan menggenapi janjinya kepada kuntilanak tersebut.

"Maafkan aku teman-teman. Mungkin, inilah takdirku." Andi menunjang tumpukan barang yang ia gunakan untuk meraih tali yang telah ia ikat sebelumnya.

Kuntilanak itu tiba di bumi perkemahan. Ia berdiri di dalam tenda laki-laki yang kosong dan langsung meletakkan secarik kertas pemberian Andi ke tas Nandra. Ia pun langsung menghilang begitu saja.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now