Murid Baru

88 8 5
                                    

Pagi itu, SMA Bangsa Bakti sudah terlihat ramai. Beberapa anak sengaja datang awal untuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka terlebih dahulu agar terhindar dari hukuman. Beberapa anak juga sengaja datang awal untuk piket. Tak perduli mau piket kelas atau piket umum.

Seorang gadis turun dari motor ojek online yang sengaja ia pesan dan ojek online tersebut sengaja berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Gadis berwajah datar, kulit pucat pasi itu menatap gedung besar sekolah barunya. Dia mengamati satu per satu anak yang lalu lalang. Netranya seperti sedang mencari sesuatu.

Kisah sepuluh tahun yang lalu telah benar-benar merubah sifatnya. Ia berubah drastis. Seorang yang ceria, ramah, dan juga peduli itu bertukar menjadi seorang yang pendiam, sombong, dan tertutup.

Langkah gadis itu terhenti tatkala ia tiba di ambang pintu kelas IPA-4. Lalu, ia pun melangkah masuk. Di sana, sudah berdiri seorang guru cantik bernama Indah. Guru tersebut memiliki sifat yang bersahabat terhadap murid-muridnya dan juga selalu tersenyum. Membuat anak murid nyaman belajar bersama beliau.

"Anak-anak, perkenalkan namanya Naura. Dia akan menjadi teman sekelas kalian mulai saat ini," jelas bu Indah.

Naura membungkam. Tiada senyuman sedikit pun terpampang di wajah datarnya. Ia merasa enggan menggoreskan sedikit senyuman di wajahnya. Padahal, ia pasti sangat cantik bila tersenyum. Naura mengedarkan pandangan kepada anak-anak kelas IPA-4 itu satu per satu hingga pandangannya terhenti ke Escy. Ia menatap tajam gadis yang sedari tadi menatapnya. Pandangan kedua gadis itu saling bertemu.

"Selamat pagi, Nandra," sapa Angel. Tiba-tiba saja ia muncul dan berdiri di hadapan Nandra. Nandra tersentak halus.

"Kenapa kau tiba-tiba muncul seperti itu. Hampir saja jantungku mau copot," ujar Nandra kesal. Nada suaranya ia pastikan sekecil mungkin. Berharap teman tetangganya itu tak mendengar ucapannya.

"Maaf-maaf, aku datang ke sini hanya mau ngasih tau kalau keran airnya rusak lagi."

"Kok bisa?"

"Mana aku tau. Tadi, pas aku hidupkan kerannya gak bisa di--" Angel menghentikan ucapannya tatkala ia melihat gadis bernama Naura itu.

"Itu murid baru, Ngel. Kau kok natapnya sampai gitu banget," ucap Nandra heran.

Angel tak berkutik. Ia membungkam, mematung melihat gadis yang bernama Naura itu. Angel terkesiap tatkala Naura menatapnya. Pandangan mereka saling bertemu. Naura menatap Angel tajam seakan ia dapat melihat Angel dan juga mengetahui identitas Angel yang bukanlah seorang manusia lagi, melainkan makhluk astral.

Tatapan Naura terus menatap Angel tajam hingga ia duduk di bangku yang dititahkan oleh bu Indah. Pandangan kedua gadis itu terus bertemu hingga Angel memalingkan wajahnya ke arah Nandra.

"Ada apa? Kau kok kelihatan terkejut gitu?" tanya Nandra. Selintas pula ia memaling ke arah Naura.

"Dia-dia ... bukan manusia," ucap Angel pelan. Datar.

"Apa maksudmu?"

"Dia ... bukan manusia. Dia itu adalah hantu. Hantu sama seperti diriku."

"Jangan ngacoh, Ngel. Mana mungkin dia itu mahkluk astral." Andi kembali menatap Naura.

"Kalau gak mau percaya, ya terserah. Pokoknya aku sudah ngasih tau kamu. Ingat, hati-hati dengan gadis itu." Ucapan Angel mampu membuat Nandra kepalang. Lantas, Angel pun menghilang seketika. Ia terlihat kesal.

'Apa benar murit baru itu gak manusia? Tapi, bagaima bisa? Ah, sudahlah. Mungkin, Angel hanya bercanda.' Nandra menepis ucapan aneh Angel tadi. Ia lebih memilih tuk memfokuskan pikirannya pada materi yang diberi oleh bu guru Indah.

Sudah dua minggu Naura bersekolah di sekolah tersebut. Namun, Nandra beserta temannya yang lain tak pernah mendapati Naura bergaul dengan siapa pun. Berkata-kata pun jarang. Ia lebih menyibukkan kesendiriannya dengan membaca novel bergenre horor atau misteri. Mungkin, gadis berambut sebahu itu sangat menyukai cerita yang penuh dengan teka-teki dan sesuatu yang berbau mistis. Kesukaan dan sifatnya itu sejalur dan senada. Menarik.

"Naura itu aneh banget, ya," bisik Escy. Selintas ia melihat Naura yang sedang menulis sendiri di tempat duduknya. Sebijih boneka tua ia letakkan di atas meja tuk mengisi kesendiriannya.

"Bukan aneh. Dia itu gadisnya sangat misterius," sambung Nandra.

"Misterius? Gw suka gadis misterius," ucap Andi. Ia tersenyum tipis.

"Semua lo sukai, hari itu Tasya, sekarang Naura. Nanti, lo suka sama siapa lagi?" tanya Evril.

"Pastinya selanjutnya dia suka sama kuntilanak itu," sambung Nandra. Lantas, teman karib itu tertawa pecah kecuali Andi dan Aliando.

"Hey, Aliando. Kenapa lo dari tadi diam aja. Lagi bad mood?" tanya Escy sambil menyomot snack keripik ubi yang ditangannya.

"Jangan ngomongi gadis itu lagi. Dia tau kalau kalian ngomongi dia. Lihat, gadis itu dari tadi melihat kalian. Apakah kalian gak nyadar?" ucap Aliando datar.

Keempat temannya itu pun melirik sekilas ke arah Naura. Ternyata benar. Gadis itu sedang menatap tajam mereka.

"Lo tau dari mana, Al? Apa jangan-jangan ... dari tadi lo ngelirik Naura ya sehingga lo tau kalau dia sedang merhatiin kita semua," tebak Escy asal.

Mata Aliando melotot. Ia merasa tak senang dikata seperti itu. Tak seperti biasanya juga Aliando semarah itu. Tatapannya tajam. Setajam silet hingga menusuk hati. Escy menelan kasar ludahnya. Namun, Aliando mencoba menenangkan diri. Jangan sampai emosi menguasai pikirannya.

"Kalau ngomong itu dipikir dulu kalau gak mau kenapa-napa." Lagi-lagi, Aliando berkata yang aneh. Aksaranya itu sangat sukar dikelolah oleh otak teman-temannya.

'Cowok yang bernama Aliando itu ... aku nggak merasakan aura manusia sedikit pun terpancar dalam dirinya. Apakah jangan-jangan dia sama sepertiku?' batin Naura. 'Lalu, gadis yang bernama Escy itu ... aromanya, aku seperti mengenal aroma ini. Ha, memang benar. Apa dia? ...,' batin Naura lagi. Ia menatap Escy tajam.

"Hey, tuh anak kenapa ya? Kenapa dia lihatin gue seperti itu?" tanya Escy. Teman-temannya yang lain melirik Naura.

"Jangan dipandang!" ucap Aliando setengah berteriak.

"Kenapa?" tanya Nandra.

"Pokoknya jangan dipandang. Dia itu sangat berbahaya."

Nandra, Evril, Escy, dan Andi pun saling menatap bingung.

Naura kembali menoleh ke buku-bukunya. Lalu, tak sengaja ia menangkap pandangan sesosok gadis berkaca mata yang di sampingnya. Naura melirik seluruh tubuh gadis itu.

'Matanya indah. Mata itu sangat cocok untukku. Lalu, tubuhnya sangat menarik. Baiklah, aku akan menyerap semua kelebihan gadis cupu itu.' Naura tersenyum sinis.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now