Rumah Bekas Pembantaian

46 6 0
                                    

Malam itu, Nandra beserta teman-temannya kembali berkumpul di villa kamar tempat Nandra, Aliando dan Andi menginap.

"Huh ... kita sudah bertanya ke seluruh murid di sekolah. Namun, tiada satu pun dari mereka yang tau soal kejadian semalam. Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Nandra kesal.

Nandra berjalan ke sana kian ke mari. Berjalan mondar-mandir di kamar di villa yang mereka huni.

"Hey, lo gak capek apa dari tadi jalan mondar-mandir terus? Gue yang lihat aja capek," ucap Andi kesal. Ia merebahkan tubuhnya di kasur. Melipat kedua tangannya tuk dijadikan sebagai bantal.

"Dia bukan manusia. Jadi, dia bisa melakukan apa saja. Aku sependapat dengan Aliando tentang dia yang bisa saja menjadi pelaku di balik kematian anak yang bernama Dio itu," kata Angel sambil memeluk erat bantal berwarna putih dalam keadaan terduduk di ujung kasur tersebut.

"Iya. Sekarang gue percaya soal dia yang bukan manusia. Namun, soal dia sebagai pelaku atas kematian Dio ... aku masih belum yakin," jawab Nandra.

"Oh ayolah. Kenapa lo sangat mempercayai gadis itu?" tanya Escy.

"Kita gak bisa langsung menyimpulkannya secara langsung. Kita butuh bukti sebelum menuduhnya," jelas Nandra.

"Eh, apakah kalian pernah dengar berita yang terjadi sepuluh tahun yang lalu di mana satu keluarga dibantai oleh seseorang yang sampai saat ini masih belum diketahui pelakunya?" tanya Evril mengalihkan pembicaraan. Matanya masih tetap tertuju pada layar laptop yang menyala.

Pertanyaan Evril itu pun membuat Nandra, Aliando, Escy dan Andi menghampirinya. Berdiri di belakang dan di samping Evril dengan netra yang ikut menjurus ke layar laptop.

Evril menjelaskan segalanya dari berita tertulis yang ia baca. Lalu, ia juga menjelaskan  dan menunjukkan bentuk rumah keluarga yang dibantai itu. Nandra, Aliando, Escy dan Andi menyimak setiap penjelasan Evril.

"Jadi ini rumah keluarga yang dibantai itu?" tanya Andi sambil menunjuk gambar sebuah rumah yang terpampang di layar laptop itu.

"Iya. Ini rumah keluarga itu. Keluarga itu terdiri dari lima anggota. Ayah, ibu, dan ketiga putri mereka," jelas Evril.

"Di mana kejadian ini terjadi?" tanya Aliando.

"Di sini. Tepatnya di jalan ini," jawab Evril sambil menunjukkan tulisan tempat kejadian yang ada di layar laptop.

"Di jalan kemangi? Bukannya tempat itu gak jauh dari kota ini?" tanya Nandra.

"Tunggu, ada lagi ini," kata Evril. "Setelah kejadian berdarah itu, banyak anggota keluarga yang meninggalkan kota itu hingga kota itu menjadi sepi hingga ia dijuluki sebagai kota mati." Evril membaca separagraf bacaan selanjutnya.

"Kota mati?" tanya Andi.

"Iya, banyak isu beredar bahwa setiap orang yang melalui rumah keluarga yang terbantai itu pasti akan hilang! Rumah itu menjadi rumah angker dan dijuluki sebagai rumah berdarah!" seru Escy histeris saat ia juga ikut membaca berita yang sama melalui handphone-nya.

"Ada satu berita lagi ni. Ada satu orang yang berhasil selamat saat ia tak sengaja memasuki rumah tersebut. Sebenarnya, ia hanya masuk sampai halaman depan untuk mengambil hewan peliharaannya yang lari," jelas Evril lagi.

"Lalu, apa yag terjadi selanjutnya?" tanya Andi ingin tahu.

"Menurut penjelasan orang itu, saat ia masuk saja, ia sudah merasakan aura aneh. Dia merinding, tapi dia masih tetap nekat tuk mencari hewan peliharaannya. Lalu, ia tersentak kaget saat melihat kepala kucingnya."

"Kepala tanpa mata ...," sambung Escy dengan nada mengayun tuk menambah suasana yang cukup membuat bulu kuduk merinding.

"Ssstt ... jangan mengacau, Escy," ucap Angel sedikit kesal.

"Evril, ayo lanjutkan," pinta Andi.

"Setelah itu, ia mendengar suara seseorang sedang memasak daging, suara anak kecil sedang tertawa dan suara televisi. Lalu, dia pun merasa sangat ketakutan dan melangkah mundur. Saat ia berbalik, ia tersentak kaget saat melihat sesosok gadis berusia tujuh belas tahun sedang berdiri menatapnya tajam. Sebelah mata gadis itu tertutup oleh rambutnya. Orang itu gak habis pikir. Lalu ia berteriak dan berlari secepat mungkin meninggalkan rumah tersebut. Namun, sayang sekali nasib orang itu. Beberapa hari setelah kejadian horor itu, pikirannya selalu mengingat saat-saat di rumah itu. Dia-dia seperti selalu diawasi terutama sama gadis yang mata kanannya selalu tertutupi oleh rambutnya itu. Hingga, orang itu gak kuat lagi dan ia pun bunuh diri."

"Tamat," ucap Escy mengakhiri cerita Evril. Lantas, ucapannya itu membuat teman-temannya menatap Escy kesal.

"Tunggu dulu ... seorang gadis yang matanya selalu tertutupi oleh rambutnya? Aku seperti pernah melihat seseorang yang seperti itu," ucap Aliando. Pikirannya berputar-putar. Mencoba mengingat seseorang yang seperti ia pernah jumpai atau ia kenal itu. "Benar! Gak salah lagi. Gue yakin kalau Naura adalah gadis yang dimaksudkan oleh Evril!" seru Aliando mantap ketika ia mengingat Naura, gadis pendiam itu yang selalu menutupi sebelah matanya menggunakan rambutnya yang selalu ia biarkan terurai itu.

"Naura?" Andi membayangkan sosok penampilan dari Naura.

"Gak salah lagi! Pasti Naura itu adalah dalang di balik semua misteri ini!" ucap Angel setengah berteriak.

"Tapi ... wajah gadis itu berbeda dengan wajah Naura. Kalian perhatikan deh." Evril menunjukkan jemarinya ke sesosok gadis dari antara keluarga yang telah meninggal secara tragis itu. Foto keluarga sebelum keluarga itu meninggal.

Memang benar. Foto gadis itu sangat jauh berbeda dengan Naura. Hal tersebut pun membuat Nandra dan teman-temannya kembali berpikir keras.

"Gue punya ide. Gimana kalau kita menghampiri rumah itu," saran Escy sambil mengacungkan jemarinya.

"Yang benar saja. Lo mau kita mati?" tanya Andi kesal. Ia menolak mentah-mentah saran yang diajukan oleh gadis hobi makan itu.

"Jadi, sebaiknya kalian hati-hati sama Naura!" kata Angel tegas. Ia berharap teman manusianya itu mendengarkan ucapannya demi kebaikan mereka sendiri.

Teman manusia Angel mengangguk dan sang waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Sudah malam, sebaiknya kalian kembali ke villa kalian!" titah Andi sambil menguap. Lalu, ia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Lalu, Andi memeluk guling dan terlarut ke alam bawah sadar.

"Baiklah. Besok kita lanjutkan lagi." Evril mematikan laptopnya dan beringsut pergi. Ia melangkah pergi dan diekori oleh Escy.

Note: Today, saya hanya post 936 kata je😁. Lagi gk mood ni. Lgi galau-lagau gimana gitu🤧. Maklum, author amatiran ini jadi korban anime KNY. Sad banget. (Curhat ceritanya)

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang