Patung

65 5 0
                                    

Sendiri di villa. Angel bersenandung kecil sembari menata dan membersihkan villa tersebut. Kemoceng yang ia pegang membuat debu-debu berterbangan ke udara. Ketika semua telah usai, kemudian Angel beralih ke gudang. Ia membuka gembok gudang yang sengaja dikunci itu. Lembab, kumuh. Banyak cicak merayap di dinding, tikus bercicit, dan laba-laba yang telah membuat sarangnya. Sekumpulan debu melapisi barang-barang yang tergeletak di gudang tersebut.

Angel kembali bersenandung. Ia menyapu debu-debu itu dan memindahkan barang-barang yang ada di dalam gudang itu ke luar.

"Ha, apa ini?" tanya Angel ketika ia menemukan sebuah patung tua yang sangat kotor itu. Debu menyelimuti patung tersebut.

Angel merasa bingung. Lalu, ia pun mengangkat patung tersebut dan memindahkannya ke luar.  Ke tempat yang lebih terang benderang dan bersih. Ia merasa keberatan karena bobot patung itu  cukup berat

"Patung ini sangat kotor," ucap Angel sambil membersihkan debu yang menyelimuti patung tersebut.

Angel tersenyum. Wajahnya berbinar tatkala melihat rupa asli dari patung tersebut. Siapa yang menyangka kalau patung itu benar-benar indah dan antik. Sepertinya, patung itu merupakan barang langka dan jika dijual pasti harganya cukup mahal. Dilihat dari coraknya yang indah itu sudah menggambarkan harga nilai jual patung tersebut.

Naura meletakkan patung nan indah itu ke ruang tamu. Menatanya seindah mungkin. Seperdetik kemudian, segelayut angin berhembus begitu kuat. Namun, hembusan itu hanya berlangsung dalam hitungan detik. Mencapai tiga puluh detik saja tidak sampai. Naura sadar arti dari hembusan angin tersebut. Pemilik villa itu datang.

"Angel," panggil seorang. Suara itu menandakan bahwa itu laki-laki.

Angel menoleh lalu berbalik badan. Dugaannya benar. Keluarga yang mempunyai villa tersebut datang.

"Angel, kami berharap agar kau beserta dengan keempat teman manusiamu, dan teman yang berstatus denganmu itu untuk tidak merusak patung itu. Atau tidak, kalian semua gak akan kami maafkan," ucap seorang wanita paruh baya. Wajahnya hancur.

Wanita itu istri dari seorang pria yang memanggil Angel tadi. Sementara kedua anak suami istri itu hanya menyimak. Menatap datar wajah pucat Angel.

Sekitar beberapa tahun silam, keluarga kecil yang menemui Angel itu meninggal dunia ketika mereka hendak berlibur ke luar negeri, tetapi semua itu sirna tatkala keluarga kecil tersebut dibunuh oleh seseorang yang tak diketahui wujudnya. Mereka dibunuh secara tragis dan brutal sehingga arwah mereka tak tenang sebelum menemukan siapa sosok di balik kematian keluarga empat anggota tersebut. Pembunuh itu sangat pakar menyembunyikan identitasnya sehingga keluarga itu tak dapat melihat pembunuh itu sebelum akhirnya mereka tiada.

"Baik. Saya akan pastikan agar patung ini gak rusak. Bahkan, gak lecet sedikit pun," ucap Angel sambil menundukkan kepalanya.

"Saya gak bisa menjamin itu. Jadi, sebaiknya kau meletakkan patung itu ke tempat awal. Jangan biarkan manusia yang menginap di villa ini tau keberadaan patung tersebut," tegas wanita paruh baya itu.

"Ba-baik." Angel mengangguk pelan.

Seperdetik kemudian, suara klakson mobil dari teman-temannya berbunyi. Pertanda bahwa mereka telah kembali dari pesta ulang tahun teman sekelas mereka. Keluarga yang menghampiri Angel pun langsung pergi dan lagi-lagi hembusan angin yang kuat berhembus hingga menerpa rambut Angel yang terurai itu. Kedatangan dan kepergian keluarga pemilik villa itu ditandai dengan hembusan angin kuat yang berlangsung dalam hitungan detik.

Angel pun segera berlari menuju gudang dengan membawa patung tersebut. Lalu, ia menyembunyikan patung tersebut seaman mungkin. Berharap teman-temannya tak mengetahui keberadaan patung itu.

"Angel, kau di mana?!" seru Nandra dari ruang tamu.

Mereka sudah masuk. Lantas, dengan cekatan Angel menyembunyikan patung tersebut. Waktu yang ia punya tak lama, tapi sayangnya entah mengapa patung tersebut tersangkut saat Angel hendak meletakkannya ke sudut gudang tersebut.

"Sialan," ketus Angel kesal.

Suara derap langkah mendekat ke gudang. Angel pun menjadi panik. Ia menoleh ke sana kian ke mari. Mencari cara jitu tuk menyembunyikan patung tersebut.

"Kau lagi apa Angel?" tanya Nandra. Ia beserta Aliando dan Andi berdiri di ambang pintu gudang tersebut.

"Eh, gak ada. Aku lagi beres-beres aja," jawab Angel.

Untungnya,  Angel sudah menyembunyikan patung tersebut dengan cara menutupinya menggunakan beberapa balok kayu yang ada di gudang itu.

"Bersih-bersih dijam dua belas malam kurang ini? Yang benar saja?" gumam Andi. Kuntilanak yang selalu mendatanginya itu melayang tepat di belakang Andi.

Sudah lama semenjak pertama kali ia berjumpa dengan kuntilanak tersebut hingga Andi merasa jengkel. Ia tak menggubris kehadiran makhluk tersebut asal ia tak mengganggu. Andi sudah terbiasa terus-terusan diawasi bagai anak kecil. Tidak lagi sebagai suami, kuntilanak itu sudah menganggap Andi sebagai anaknya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya. Aku masih ada kerjaan di villa sebelah," kata Angel. Angel pun langsung menghilang.

Angel berbohong. Ia tak pergi ke villa sebelah. Villa Evril dan Escy. Melainkan, ia pergi ke belakang villa penginapan Nandra dan kedua temannya.

Di sana, Angel menghela nafas panjang. Ia merasa lega karena dapat menyembunyikan patung berharga milik keluarga itu. Ia juga berharap, semoga saja tidak ada yang menemukan patung tersebut dan merusaknya karena Angel tak ingin teman-temannya itu dalam bahaya. Seberharga itukah patung tersebut?

Angel duduk di bawah pohon rindang. Ia bersandar di batang pohon itu sembari menatap langit yang ditaburi berjuta bintang itu. Rembulan yang memancar indah itu sudah cukup menerangi gelap malam itu. Sunyi. Angel pun menutup kedua matanya. Beristirahat di sana mungkin dapat memenangkan hati dan pikirannya.

Angel membuka kedua matanya tatkala mendengar suara dari semak-semak yang tak jauh dari tempat ia beristirahat. Angel pun menoleh ke arah suara tersebut. Ia mengamati, sangat tajam. Matanya tak berkedip hingga tikus mati keluar dari semak tersebut. Darah mengucur di pundak tikus tersebut. Luka bekas cakaran. Mungkin saja yang mencakar tikus itu seekor kucing. Kucing yang sedang memangsa tikus tuk melanjutkan hidupnya.

Angel pun berhenti memandang serius semak tersebut sembari kembali menghela napas lega. Ia pikir, sosok di balik semak itu adalah seorang makhluk aneh yang menyeramkan. Ia pun kembali menutup netranya. Tidur beralaskan rerumputan hijau dan beratapkan langit. Rembulan, awan gelap, taburan bintang, dan dedaunan pohon itu sudah cukup memperindah langit malamnya.

Seorang gadis berambut sebahu berdiri di balik semak yang menghasilkan suara itu. Matanya berapi-api, tangan yang ditaburi kuku-kuku hitam dan juga tajam. Darah mengotori tangan dan kuku gadis tersebut. Wajahnya juga terdapat percikan darah. Rambut indah gadis itu menutupi sebelah matanya. Wajahnya pucat pasi menatap tajam apa pun yang ia lihat.

***

"Kenapa gue selalu sial?" tanya Andi kesal.

"Mungkin itu pertanda buat lo agar gak gangguin kaum hawa lagi," jawab Nandra. Ia terkekeh.

"Kuntilanak lo itu cemburu kalau lo dekat sama cewek lain," kata Aliando datar. Selintas ia melirik ke arah kuntilanak yang berdiri di belakang Andi.

Andi menggerutu kesal. Ia mengacuhkan kehadiran kuntilanak tersebut. Baginya, kuntilanak itu pembawa sial. Bagaimana tidak? Semenjak kehadirannya, hidup Andi menjadi begitu horror. Terlibat masalah dengan kaum hawa merupakan pengalaman terhorror baginya. Lebih horror dan menakutkan dari apa pun termasuk para makhluk astral.

"Huh, sebaiknya gue tidur dulu." Andi beringsut berdiri dan melangkah pergi. "Jangan ikuti gue, kuntilanak rese." Andi menghentikan langkahnya. Ia seakan mengetahui bahwa kuntilanak tersebut sedang mengekorinya. Andi mengetahui hal itu tanpa berpaling.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang