Buku Naura

47 3 0
                                    

Malam kelam berlalu diiringi oleh detakan waktu. Sang matahari pun terbit dengan membawa hari baru.

Atas kejadian semalam, Gian dan Andi harus menjalani perawatan di Puskesmas terdekat. Di sana, Aliando dan Nandra ikut menemani Gian dan Andi sampai mereka pulih. Meski sudah sampai jam sembilang pagi, Gian dan Andi masih tak kunjung sadar dari pingsan mereka.

Pukul sembilan lewat lima belas menit. Gian mulai sadarkan diri. Ia membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya telah keluar dari hutan. Saat membuka mata, Gian melihat Nandra dan Aliando yang sedang duduk tidak jauh dari arahnya.

Nandra dan Aliando menghampiri Gian ketika mereka menyadari bahwa Gian telah sadar.

"Syukurlah, akhirnya kau sadar juga." Nandra tersenyum bahagia.

"Andi, di mana Andi?" tanya Gian.

"Andi? Dia ada di sampingmu," jawab Aliando sambil menguruskan pandangannya ke arah Andi yang masih terbaring tak sadarkan diri itu.

Gian menoleh. Ia merasa sedih karena Andi masih tidak sadar akan pingsannya. Ia juga merasa sangat bersalah karena telah melukai Andi dan telah menjadi beban bagi Andi. Padahal, Gian selalu menolak permintaan Andi yang ingin menjadikannya sahabatnya. Namun, Andi masih mau membantu Gian.

"Sebaiknya kita antar Andi pulang. Biar Angel yang menjaganya di sana," saran Aliando.

                                * * *

"Ah, apakah kami juga harus membawamu ke Puskesmas?" tanya Evril khawatir ketika ia melihat keadaan Sharla yang tidak baik-baik saja.

Lemas, sepanjang hari Sharla hanya bersandar di tumpukan tas di tenda.

"Gak usah, aku baik-baik aja, kok. Aku hanya lagi capek aja," tolak Sharla sambil sedikit tersenyum. Namun, meskipun dia tersenyum, itu tidak menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Em, aku mau ngambil sandalku untuk mandi. Jadi, selagi aku pergi mengambilnya, tolong ambilkan minyak kayu putih di tasku, ya. Kalau gak salah aku ingat Naura meletakkan minyak kayu putih itu di tas paling besar." Sharla beringsut berdiri dan kemudian langsung pergi seperti yang dikatakannya.

Evril dan Escy saling pandang sekilas. Lalu, mereka langsung menuruti perkataan Sharla. Evril mengambil tas Sharla yang terletak di ujung tenda dan membawanya tak jauh dari luar tenda. Kurang lebih Evril meletakkan tas Sharla di tengah-tengah tenda perempuan itu.

Evril membuka resleting tas Sharla dan Escy langsung mencari minyak kayu putih itu. Banyak sekali pakaian dan kebutuhan lainnya tercampur di dalam tas Sharla sehingga Escy merasa kesulitan tuk mengambil apa yang mereka cari. Evril membantu Escy.

Untuk memudahkan pencarian, Evril mengeluarkan atribut pramuka dan pakaian tidur Sharla. Sebuah buku usang itu pun ia keluarkan dari tas Sharla.

"Ketemu!" Escy mengangkat minyak kayu putih tersebut. Dia merasa puas karena telah menemukan benda tersebut.

Kemudian, Evril kembali memasukkan pakaian dan atribut yang ia keluarkan itu. Escy juga ikut membantu hingga Escy sadar akan buku usang itu. Rasa ingin tahu merajai pikiran Escy.

"Hey, buku apa ini?" Escy melirik seluruh sisi buku tersebut.

Buku tersebut cukup tebal dan dihiasi bercak-bercak darah yang sudah lama kian menghitam.

Dengan gemetaran Escy membuka lembaran demi lembaran secara bertahap. Isi buku itu dipenuhi oleh tulisan banyak nama orang. Beberapa dari nama tersebut ada yang di dicoret menggunakan tinta merah yang terbuat dari darah.

Nama-nama itu berisi nama manusia yang telah ia bunuh dan beberapa nama yang telah dicoret menggunakan tinta darah itu adalah nama yang telah Naura kirim paksa ke dunia kegelapan, dunia tempat para roh yang berani melawan atau mengkhianati Naura.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now