Semua demi teman

38 4 0
                                    

Jeritan penuh penyiksaan itu kembali terdengar, justru suara isakan menahan sakitnya itu terdengar semakin kuat menggema meliputi rumah tersebut. Entah apa yang dilakukan Naura kepada Escy hingga Nandra dan Aliando tidak sanggup mendengar teriakan itu lagi. Suara yang menggema itu menyulitkan Nandra dan Aliando tuk menemukan di mana letak Naura. Panik, tetapi harus tetap fokus. Ketengan akan mengubah segalanya.

Aliando menutup kedua matanya. Ia mencoba mendengar baik-baik di mana asal dari suara tersebut. Ia melakukan hal itu dengan bantuan arah angin. Aliando sengaja membuka jendela yang berada di dekat mereka dan membiarkan angin malam masuk.

Api dari obor yang dibawa Nandra tertiup ke arah timur dan pada detik yang bersamaan pula Escy kembali berteriak. Itu berarti, keberadaan Escy berada di arah yang berlawanan dari hembusan angin karena anginlah yang telah membawa suara Escy masuk ke pendengaran Nandra dan Aliando.

"Ketemu!" Aliando membuka kedua matanya dan segera berlari ke arah lawan mata angin. Nandra ikut di belakangnya dengan api yang terombang-ambing seakan ingin padam dan bersatu bersama dengan kegelapan.

Langkah Nandra dan Aliando terhenti tatkala mereka tiba di tempat di mana Escy disekap oleh hantu keji itu. Mulut Nandra seketika menganga, ia merasa kalau ada masalah pada penglihatannya karena ia melihat rupa Naura yang buruk.

Rupa Naura berubah drastis. Tubuhnya menjadi kurus. Kelopak matanya keluar dan menggantung karena urat matanya masih menempel di tempat. Mungkin, itu mata milik Tasya. Karena mata Tasya terlalu kecil, sehingga mata Tasya kendur dan menggelantung hingga sejajar dengan bibir Naura. Jari-jari Naura berubah dengan kuku sepanjang dan sebesar burung rajawali.

Di sana, terlihat Escy sedang diborgol di bangku kayu. Matanya ditutup menggunakan perban dan banyak bekas goresan di sekujur tubuhnya. Di atas Escy juga terdapat penggalan kepala Tasya. Entah mengapa, Aliando dan Nandra baru menyadari hal itu. Terdapat juga beberapa kepala manusia yang telah Naura bunuh dan kepala itu ia pajang di hampir seluruh sisi ruangan tersebut. Kepala yang sudah menjadi tengkorak ia biarkan berdebu dan terpenuhi oleh jaring laba-laba di ujung ruangan.

Nandra mundur beberapa langkah. Ia tidak sengaja memijak potongan tengkorak hingga menghasilkan suara yang cukup keras.

"Ke mari!" Aliando menarik tangan Nandra dan membawanya bersembunyi di  reruntuhan kayu di samping mereka. Aliando menutup mulut Nandra.

"Hey, ada yang bisa kubantu?" tanya Gian. Ia sudah terlebih dahulu bersembunyi di tempat tersebut. Nandra dan Aliando tersentak kaget. "Hey-hey, jangan berisik!" Gian menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.

Nandra menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal itu. "Maaf-maaf. Kau ... sejak kapan kau ada di sini? Dan untuk apa?" Nnadra menyipitkan kedua matanya curiga.

"Itu enggak penting. Yang penting sekarang adalah bagaimana cara kita menyelamatkan Escy dari monster mengerikan itu." Gian mengintip dari celah kayu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Namun, ia tidak melihat Naura. Hanya Escy saja yang sedang terborgol di bangku sambil menahan perih. Napas gadis yang teriksa itu berat. "Hey, si Naura enggak ada. Ini adalah kesempatan yang bagus bagi kita untuk mengambil Escy."

Nandra dan Aliando ikut mengintip dari celah. Mereka tidak melihat Naura dan itu membuat mereka semringah.

"Hey-hey, lihat. Siapa yang sudah tiba?" tanya seseorang. Naura berkacak pinggang sambil menjulurkan lidahnya hingga ke dadanya.

Nandra, Aliando dan Gian menoleh ke arah suara. Mereka berdecak kaget. "Naura!" seru mereka serentak. Naura tersenyum bengis.

***

"Jadi kakakku masih ada di dunia ini?" tanya Lala.

"Iya dan kami ingin agar kau bertemu dengannya supaya teman kami, Escy selamat!" Evril memegang tangan Lala dengan erat. Ia memohon.

"Kakak."

Mata Lala berkaca-kaca. Hal tersebut mengingatkannya akan peristiwa mengenaskan itu. Hanya ia yang selamat dari cengraman makhluk itu karena kucing hitam yang ia rawat itu yang telah menyelamatkannya.

Saat makhluk itu hendak membunuh Lala, seekor kucing hitam mendarat tepat di wajah makhluk itu. Makhluk itu pun langsung terkecoh dan melepaskan Lala. Kesempatan berpihak padanya. Ia pun langsung melompat dari jendela dan lari jauh masuk ke hutan. Kemudian, ia tiba di kuburan di dalam hutan, Lala kembali dikejar-kejar oleh kakek-kakek yang mengerikan yang hendak membunuhnya. Lala tidak sengaja menabrak kayu pohon dan terjun ke jurang. Lala pun pingsan. Namun, saat ia belum benar-benar tak sadarkan diri, Lala melihat kucing hitam itu kembali menolongnya. Kemudian, seseorang membawanya pergi. Saat Lala sadar dari pingsannya, ia sudah berada di rumah sakit.

Sepasang suami istri yang tidak mempunyai keturunan itu telah menyelamatkan Lala dan menjadikannya sebagai anak angkat. Kata mereka, kucing hitam itu adalah kucing peliharaan mereka yang menghilang beberapa hari lamanya dan kucing itu pulang dengan sendirinya dan membawa majikannya ke Lala. Itu sebab mengapa Lala dapat selamat dari kakek-kakek mengerikan itu. Sepasang suami istri itu juga mengatakan kalau kakek-kakek yang Lala jumpai bukanlah manusia, justru ia adalah seorang penjaga kuburan dan marah akibat kuburannya diinjak oleh Lala.

Lala menangis tersendak-sendak saat mengingat keluarganya dibantai. Evril mencoba menenangkan Lala hingga tangisnya berhenti.

"Jika kau sayang kepada kakak atau keluargamu, sebaiknya kau harus segera memenuhi penyesalan atau keinginan mereka. Ayo, kota harus cepat sebelum Naura membunuh Escy!" seru Evril

***

Naura tertawa setelah berhasil menyekap Nandra, Gian dan mantan kekasihnya itu---Aliando. Naura menyekap mereka di bangku sama seperti Escy.

"Hey, kenapa kalian datang ke sini?" tanya Escy dengan sisa tenaga yang ia punya.

"Karena kami ingin menyelamatkanmu, Es!" jawab Nandra.

"Kenapa kalian ingin menyelamatkanku? Kalian hanya mengantarkan nyawa ke sini, 'kan Aliando? Kau pasti tahu hal itu dan malah membiarkan mereka tetap datang ke sini? Di mana Evril dan Andi?" tanya Escy lagi.

"Hentikan ucapan konyolmu itu! Kau itu teman kami dan sudah seharusnya kami menolongmu, dasar bodoh!" seru Aliando kesal.

"Ah, sudahlah. Semua ini tidak ada gunanya. Sebentar lagi aku juga akan mati," pasrah Escy. Ia tersenyum.

"Hey, hentikan perkataan aneh itu. Kami berjuang datang ke mari, mempertaruhkan nyawa untukmu dan itu yang kau katakan? Di mana hati nuranimu? Jika kau benar-benar teman mereka, seharusnya kau berpikiran positif dan jangan pernah berharap mau mati di tangan hantu menjijikkan itu!" seru Gian, kesal. "Aku memang bukan teman kalian, tapi Andi adalah temanku. Dia telah menyelamatkan nyawaku dan aku ingin menebusnya. Ah, aku menyesal mau tunduk di bawah pemerintahan hantu menjijikkan itu!" Gian menatap tajam Naura.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now