Siapa gadis itu?

50 6 0
                                    

Naura menarik napas panjang dan kemudian mengembuskannya. Lalu, kejadian tak terduga terjadi saat itu juga. Nandra dan teman-temannya tercengang bengang tatkala melihat Naura seperti keluar dari tubuh seorang gadis atau mungkin sebaliknya. Sontak, raut wajah Naura langsung berubah drastis. Wajahnya sangat mirip seperti wajah anak pertama dari rumah keluarga yang dibantai itu. Ternyata, dia benar-benar bukan manusia. Sementara gadis tak dikenal yang selalu ditumpanginya itu tetap terbaring. Ia terlihat sangat lemah dan letih. Melalui warna kulitnya, ia adalah seorang manusia.

"Mustahil!" seru Angel setengah berteriak. "Jadi, selama ini dia menggunakan tubuh manusia agar dia bebas berkelana membunuh manusia yang tidak bersalah kepadanya?"

"Gadis itu siapa? Apa itu Lala, adiknya? Soalnya, dari tadi kita belum melihat Lala," kata Aliando.

"Kalau itu Lala, berarti dia masih hidup dong," timpal Escy.

"Benar, bukannya setiap orang yang sudah meninggal usianya pasti gak bertambah lagi? Buktinya, tubuh si Lili gak bertambah, dia tetap seperti anak dini. Sementara gadis itu, dia tampak berusia seusia dengan kita dan lagi pun, wajah gadis itu jauh berbeda dengan wajah Lala," tambah Evril.

"Jika kalian ingin tau siapa gadis itu yang sebenarnya, lebih baik kalian diam dan perhatikan baik-baik setiap gerak-gerik mereka," ucap Nandra.

"Baiklah." Keenam sekawan itu kembali fokus ke layar.

Senyap. Tidak ada sepenggal perkataan pun keluar dari mulut enam sekawan dan Naura beserta gadis tak dikenal itu. Naura menatap gadis itu datar.

"Sekarang istirahatlah. Tugas kita hari ini sudah selesai," ucap Naura ketika gadis tak dikenal itu membuka matanya.

Gadis itu berpaling melihat Naura yang selalu menumpang pada tubuhnya. Ia mengangguk pelan sambil tersenyum kecil. Puas. Ia merasa sedikit merasa lega karena satu hari telah berlalu.

Naura tak merespon senyuman gadis itu. Lalu, ia pun keluar dengan cara menembus pintu. Ia melayang dengan jarak kaki dan lantai sekitar setinggi jari kelingking orang dewasa.

Gadis itu mengubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk. Beberapa detik ia menjuruskan netranya ke segala sisi dan sudut kamar tersebut. Kemudian, gadis itu menurunkan kakinya ke lantai dan berdiri menuju meja rapuh yang dilapisi oleh debu dan telur makhluk serangga kecil. Ia membuka laci meja itu dan mengambil sebuah buku album. Lalu, ia kembali duduk di kasur itu.

"Album?" tanya Andi.

"Sstt, jangan berisik," ucap Nandra mengakhiri pembicaraan.

Robot tikus itu merayap ke dinding agar kamera CCTV itu dapat melihat isi dari album yang hendak gadis itu buka. Tikus robot itu menetap tepat di dekat gadis itu sehingga CCTV yang ada di robot itu pun berhasil melihat bagian sampul album tersebut.

Gadis itu terlihat sedang memikirkan sesuatu sebelum hendak membuka sampul berwarna merah jambu dengan sedikit bercak darah di sisi kanan dan kiri album tersebut. Kemudian, gadis itu memeluk erat album tersebut. Ia menitikkan air mata.

"Sharla," panggil seseorang hingga gadis itu menoleh ke arah suara.

Gadis yang dipanggil Sharla itu sedikit terkejut akan kehadiran Naura yang datang secara tiba-tiba. Ia menggeleng pelan sambil berusaha menyembunyikan album itu ke balik badannya. Berusaha menyembunyikan album itu dari Naura. Ya, meskipun Naura sudah terlanjur mengetahui keberadaan album itu.

Naura menatap Sharla tajam. Ia murka. Lalu, mengambil paksa album itu dari Sharla. Sisa tenaga yang dipunya Sharla hanya tinggal sedikit hingga Naura berhasil merebut album tersebut dengan mudah.

"Jangan ambil album itu, Naura," pinta Sharla. Bulir cairan bening keluar dari kedua ujung matanya.

"Kenapa kau masih saja menyimpan ini? Apakah kau masih menyayangi keluargamu yang sudah membuangmu bahkan mereka tega menyiksamu seperti hewan?" tanya Naura setengah berteriak.

"Bagaimanapun kelakuan mereka terhadapku, mereka masih tetap orang tuaku, Na. Orang tua kandungku," jawab Sharla dengan isak tangis di sela-sela ucapannya.

"Kalau begitu oke. Akan kukembalikan album menyedihkan ini," ucap Naura hingga membuat Sharla tak percaya akan ucapannya yang dengan mudahnya ia mengiayakan perkataan Sharla. "Tapi, kau akan mati!" lanjutnya. Sontak, Sharla pun kembali sedu.

Sharla menggeleng dan berkata, "Jangan bunuh aku," isak Sharla. Ia menunduk di bawah kaki Sharla.

"Hentikan perbuatan menjengkelkanmu itu!" titah Naura kesal. Ia selangkah melangkah ke belakang tuk menjauhkan kakinya dari wajah Sharla.

"Jika kau masih ingin hidup, maka kau harus menuruti segala perintahku. Kau bedakan saja kehidupanmu dulu dengan sekarang. Pasti, kehidupanmu sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana tidak? Ayahmu pengangguran, tukang judi, dan suka mencuri hanya demi berjudi. Sementara ibumu, tingkahnya tidak layak disebut ibu. Cih, dasar wanita murahan. Tiada hari tanpa mendekati pria lain demi uang, dan kau. Mereka memaksamu untuk bekerja setiap hari. Jika sehari saja kau tidak membawa pulang uang atau daganganmu tidak habis, maka mereka pasti akan menghajarmu habis-habisan. Gak cukup tangan dan kaki mereka pergunakan. Selain itu, kau juga harus mendengar kedua orang tuamu bertengkar hingga salah satu dari mereka melakukan tindak kekerasan. Dalam kondisi seperti itu, apa yang bisa kau lakukan? Hanya menangis dan berharap semua itu akan berakhir? Baiklah, doamu itu dikabulkan dengan menjadi salah satu anggota keluarga baru kami. Di sini kau kami anggap sebagai Lala, adikku yang menghilang entah ke mana. Aku juga gak tau gimana nasibnya sekarang. Apakah dia masih hidup atau sudah mati, tetapi yang pasti, hanya dia satu-satunya yang berhasil lolos dari santapan makhluk berbulu yang menjijikkan itu. Apakah kau mau kembali ke keluargamu? Jika ia, maka aku akan mengembalikanmu dan lihat apa reaksi mereka setelah ia melihatmu. Apakah kau mau?"

Sharla tampak sedang bingung. Ia bingung harus mengangguk atau menggeleng pertanyaan dari Naura. Memang benar apa yang gadis pucat itu katakan. Hidupnya selama ia tinggal bersama keluarga tak berjasmani itu cukup mengabulkan sedikit permintaannya.

Ia tidak dipaksa bekerja dan mendapatkan pendidikan, ia juga menerima ilmu dari yang Naura punya dan ia juga tidak dipaksa berdagang dan tidak pernah mendapat siksaan.

Hanya satu ancaman yang selalu Naura lontarakan dari mulutnya. Namun, ancaman itu tidak pernah ia lakukan karena Sharla tidak pernah berniat tuk mengkhianati Naura dan keluarga palsunya itu.

Rasa derita yang ia peroleh dari keluarga itu hanya rasa derita ketika Naura selalu menumpangi tubuhnya setiap hari, dengan kata lain sepanjang hari ia dirasuki oleh jiwa Naura agar ia dapat memperoleh apa yang ia dambakan selama ini. Untuk memperoleh sesuatu yang hilang dari diri dan keluarganya. Namun, semua itu sudah tak ia rasakan lagi. Ia sudah terbiasa dengan Naura yang selalu mengendalikan tubuhnya.

Ketika Naura sedang ada dalam tubuhnya, ia hanya merasa seperti sedang tidur panjang. Pagi menutup mata dan sore membuka mata. Malam adalah hari terbaik untuk mengisi tenaganya.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang