Lala Syaharanny

50 3 3
                                    

Evril dan Angel sudah tiba di kota di mana Lala tinggal. Langkah selanjutnya adalah mencari letak rumah Lala di kota yang cukup besar itu. Meski begitu, kota tersebut terasa sangat sepi. Apa itu mungkin karena hari sudah menjelang malam? Tapi, kalau di kota besar pada umumnya, jalanan pasti akan selalu ramai dilintasi oleh banyak pengendara.

Angel dan Evril pun memutuskan untuk bertanya langsung ke salah satu penduduk di kota tersebut.

Evril mengetuk pintu di sebuah rumah bercat biru tua yang mulai terkelupas itu. Suasananya juga terasa mencekam karena di halaman rumah tersebut, terdapat satu pohon yang tidak memiliki daun, tetapi digantungi oleh boneka-boneka kecil yang cukup mengerikan. Rumah itu juga sangat kotor seperti sudah lama tidak dihuni oleh siapa pun.

Derit pintu rumah itu bergema hingga mampu membuat Evril menelan kasar ludahnya. Seorang wanita berkaca mata mengintip dengan boneka di tangannya itu menatap Evril tajam. Selintas juga pandangan Angel dan gadis berkaca mata itu saling bertemu. Sepertinya, gadis itu dapat melihat Angel.

"Permisi, apakah anda tau di mana letak alamat ini?" tanya Evril, mencoba memberanikan diri sambil memberikan secarik kertas bertuliskan alamat yang tengah mereka cari.

Gadis berkaca mata itu membuka pintunya seperempat dan hanya menyembulkan kepalanya saja. Ia menerima kertas yang diberikan oleh Evril dan membacanya. Kemudian, gadis itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah jam sembilan. Pandangan Evril dan Angel mengikuti arah yang ditunjukkan gadis itu. Kemudian, gadis berkaca mata itu mengembalikan kertas tersebut.

Evril mengucapkan "terima kasih" dan langsung pergi dari tempat tersebut. Sebelum Evril dan Angel benar-benar keluar dari lingkungan rumah tersebut, gadis berkaca mata itu terus menatap Angel dam Evril tajam. Kemudian, ia menutup kembali pintunya secara perlahan ketika Angel dan Evril sudah berlalu pergi.

"Gadis yang tadi serem, ya." Evril memeluk tubuhnya karena merasa merinding. Ya ... meskipun mereka sudah keluar dari lingkungan gadis misterius itu.

"Ya, mungkin saja dia gadis yang menyukai tentang makhluk gaib atau sejenisnya. Sudah, ayo kita ke sana!" Angel menunjukkan arah yang ditunjukkan oleh oleh gadis berkaca mata tadi.

Meski begitu, kota itu cukup besar. Angel dan Evril tidak dapat menemukan rumah Lala dengan mudah. Sungguh, perkiraan yang jauh dari dugaan. Evril dan Angel pun kembali bertanya kepada seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu di halaman rumahnya.

Wanita tersebut dengan senang hati membantu. Ia memberi tahu secara detail letak rumah Lala. Wanita paruh baya itu juga berkata kalau keluarga angkat Lala sangat terkenal di kota itu.

"Oh, begitu, ya. Terima kasih banyak atas bantuannya, Bi." Evril sedikit membungkuk. Lalu, berlalu pergi sambil menarik tangan Angel.

* * *

Hari sudah semakin malam. Namun, hal itu tidak membuat Nandra dan Aliando berhenti menuju alamat yang ditujukan oleh Naura.

"Apa ini alamat lengkapnya? Dan ada rumah di tengah hutan?" tanya Nandra.

Alamat yang ditulis Naura adalah alamat sebuah rumah tua yang besar. Cat rumah itu sudah terkelupas, pudar dan banyak burung gagak berterbangan di atas rumah tersebut. Sungguh, suasana di sana terasa mencekam, tetapi Nandra dan Aliando harus tetap masuk.

Perlahan, Aliando membuka gerbang rumah yang sudah karatan dan rusak itu. Baru satu langkah melangkah, tampak banyak makhluk halus sedang memata-matai mereka. Makhluk halus itu tidak melakukan apa-apa, mereka hanya menatap Nandra dan Aliando tajam hingga Nandra dan Aliando masuk ke rumah tersebut.

Gelap, Nandra mengambil obor yang menggantung di dinding rumah tersebut sebagai cahaya mereka dan terus masuk ke rumah tersebut. Gian mengekor Nandra dan Aliando secara diam-diam. Gian juga mengambil obor yang bersebelahan dengan obor yang diambil oleh Nandra.

"Aaaa ...!" Terdengar suara jeritan seseorang dari lantai atas. Sepertinya, itu suara Escy.

"Itu pasti Escy! Ayo kita ke sana segera!" Nandra berlari sambil menarik tangan Aliando.

***

"Apa ini rumahnya?" tanya Evril. Ia memastikan bahwa nomor rumah tersebut adalah nomor yang benar. "Sepertinya iya."

"Ya sudah, kalau begitu kita ketuk aja rumahnya." Tanpa pikir panjang Angel langsung mengetuk pintu rumah tersebut.

Tidak ada jawaban. Angel mencoba mengetuk rumah tersebut berkali-kali. Evril membantu dengan mengucapkan salam dengan notasi tinggi, berharap penghuni rumah tersebut mendengar mereka dan membukakan pintu. Namun, hasilnya masih saja sama. Hari yang sudah tertutupi oleh langit malam itu membuat Evril dan Angel panik. Mereka harus segera bergegeas bertemu dengan Lala dan mempertemukan kakak beradik itu.

"Sial! Gak ada gunanya. Sepertinya tidak ada orang di sini." Angel melempar batu berukuran kelereng itu ke arah kanannya.

Plak!

Batu yang dilempar Angel mengenai sesuatu. Mata Angel dan Evril membulat ketika melihat seekor induk angsa sedang berlari ke arah mereka. Hewan berbulu putih itu menundukkan kepalanya ke depan.

"Aaa ... angsa!" Angel berlari terbirit-birit dan meninggalkan Evril.

"Tu-tunggu aku!" Evril ikut berlari, mencoba melarikan diri dari kejaran angsa.

Angel dan Evril terus berlari tanpa arah. Mereka selalu bersembunyi. Namun, entah mengapa angsa tersebut dapat menemukan mereka. Angsa tersebut sungguh pintar. Sudah hampir sekitar lima belas menit satu manusia, satu hantu dan satu induk angsa itu saling kejar-kejaran sambil berlomba-lomba mengeluarkan suara masing-masing.

Kepanikan dari satu manusia dan satu hantu itu menggunung tatkala mereka mendapati jalan buntu. Sebuah tembok setinggi tiga meter itu menghalangi jalan mereka. Angel dan Evril berbalik sambil menyenderkan pundak mereka ke dinding.

Angel terkejut. Tubuhnya dapat menerobos dinding tersebut hingga ia mengingat sesuatu. "Oh iya, aku, 'kan hantu!" Angel menepuk jidatnya dan dia pun terjatuh.

"Angel, tolong aku!" pinta Evril, panik. Keringat dingin keluar dari pelipis kepalanya.

"Sebentar! Aku cari alat pukul-pukul dulu, ya!"

"Cepatlah! Kita masih harus mencari Lala Syaharanny!"

"Lala Syaharanny? Caty, tolong usir angsa itu!" titah seseorang ketika ia mendengar Evril memanggil namanya.

Kucing hitam itu mengeong. Ia pun melompat dari semak dan mencakar angsa tersebut. Sontak, hal itu membuat angsa putih dan Evril terkejut. Kucing hitam itu meraung. Lantas, angsa tersebut ketakutan dan langsung berlalu pergi.

Akhirnya, Evril berhasil selamat dan bernafas lega. Evril pun menyeret tubuhnya ke bawah dan terduduk sambil memegang dadanya. Ia berdengkus.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya seseorang yang mentitahkan kucing hitam itu untuk mengusir angsa.

Evril mendongak pun tersenyum. "Lala, akhirnya ketemu juga!" Evril memeluk Lala dengan erat.

"Ada apa ini?" tanya Lala bingung. Sementara kucing hitam peliharaannya itu hanya menjilat tangan kanannya. "Kau Evril yang di perkemahan itu, 'kan? Ah, gak kusangka kita berjumpa lagi."

"Evril, aku datang!" seru Angel sambil membawa ranting kayu dan berlari. Lariannya terhenti tatkala ia melihat Evril bersama dengan Lala dan angsa tersebut telah pergi. Ia ikut lega.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now