Rumah No 13

49 6 6
                                    

Waktu tak pernah letih tuk menunjukkan waktu di setiap detiknya. Jam terus berputar menunjukkan angka pada porosnya hingga jarum pendeknya menunjukkan pukul tiga sore kurang.

"Hey, kalian mau ke mana?" tanya Andi saat melihat teman-temannya sedang asik berkemas.

"Ya, kami mau ke rumah itu. Mau ke mana lagi?" tanya balik Escy. "Lo, kan gak ikut. Jadi, selama kami pergi, lo jaga baik-baik villa ini. Oke?"

"Ogah. Gue mau ikut kalian."

"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Angel

"Lebih baik gue ikut kalian daripada tetap tinggal di sini sama kuntilanak rese yang menyebalkan itu," jelas Andi.

"Kalau mau ikut ya boleh-boleh saja. Ayo," ajak Nandra.

Andi tersenyum tipis. Ia merasa senang karena dalam beberapa jam yang akan datang ia tidak akan melihat seorang wanita berambut panjang yang selalu menggangunya itu.

"Kita jalan?" tanya Andi ketika ia bersama teman-temannya melewati bagasi.

"Iya. Lagian, rumah itu gak jauh dari sini. Jadi, ngapain naik mobil?" tanya balik Nandra.

Andi membungkam. Ia mengiakan ucapan Nandra sebagai akhir dari percakapan mereka.

Sepuluh menit berlalu dan setengah perjalanan lebih telah mereka lalui. Meski begitu, Andi sudah merasa sangat letih. Tak kuasa lagi tuk menggerakkan kakinya tuk tetap berjalan. Napasnya terengah-engah dan kakinya terasa begitu pegal. Ia pun terduduk di trotoar jalan yang sepi itu. Andi meluruskan kedua kakinya sambil mengatur napas.

"Lo kenapa?" tanya Escy. Teman-temannya yang lain berhenti tatkala melihat Andi sedang terduduk.

"Gue capek banget," jawab Andi.

"Oh ayolah, sebentar lagi kita mau sampai juga. Kita hanya tinggal melewati belokan itu untuk motong jalan," jelas Escy sambil menunjukkan jalan potong itu.

Pada saat yang sama pula Escy melihat taxi sedang berhenti tepat di depan jalan yang ia tunjuk. Lalu, di dalam taxi itu keluar seorang gadis bermuka pucat pasi yang pendiam itu. Kelima sekawan itu dan termasuk Angel mengenal gadis itu.

"Naura?" gumam Angel dan Escy serentak.

"Bersembunyi!" seru Aliando. Sontak teman-teman Aliando langsung bergegas mencari tempat persembunyian.

Tak memerlukan waktu lama bagi mereka untuk menemukan persembunyian yang aman agar Naura tidak melihat mereka. Atau tidak ... rencana mereka bisa saja lebur. Aliando dan temannya yang lain diam membisu sembari memata-matai setiap gerak Naura. Gadis pucat itu sedang memberi uang kepada sopir taxi karena telah mengantarnya. Lalu, ia berbalik badan dan berjalan melalui jalan yang hendak dituju oleh Nandra dan teman-temannya.

"Hey, kenapa dia melewati jalan itu?" tanya Andi. "Bukannya jalan itu adalah jalan satu-satunya menuju kota mati atau lebih tepatnya menuju rumah angker itu?" tanyanya lagi.

"Entahlah. Sebaiknya kita mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan dia." Aliando berjalan terjinjit bagai pencuri. Teman-temannya yang lain mengekor di belakang. Mengikuti pergerakan Aliando.

Nandra dan teman-temannya yang lain terus mengikuti Naura hingga mereka tiba di kota mati itu. Lebih tepatnya mereka tiba tak jauh dari rumah bekas pembantaian keluarga sepuluh tahun silam. Nandra dan teman-temannya itu tercengang kaget saat melihat Naura berjalan menuju rumah angker itu.

Nandra dan kelima temannya bersembunyi di bawah pohon rindang yang berjarak kurang lebih dari rumah itu. Sekumpulan semak belukar yang merambat di pohon itu memudahkan Nandra dan teman-temannya tuk memulai aksi mereka.

Selama Aliando mempersiapkan robot yang diciptakannya, netra Nandra, Evril, Angel, Andi dan Escy terus memperhatikan Naura. Gadis berwajah murung dan berkulit pucat itu berhenti di depan pintu pagar rumah yang kumuh itu. Lalu, ia mendorong pintu pagar rumah itu dan masuk.

Keadaan rumah itu sangat jauh berbeda dari rumah yang mereka lihat melalui berita online. Melalui layar Nandra dan teman-temannya melihat rumah bernomor 13 itu sangat megah nan indah, bersih dan juga tampak seperti sebuah istana. Namun, keadaan rumah itu berubah drastis. Tumbuhan liar merambat hampir menutupi rumah itu. Sangat tidak terurus.

"Baiklah, ini dia."

Aliando meletakkan robot tikus ciptaannya ke tanah. Kemudian, tikus itu berjalan dengan mengeluarkan suara cicitan tikus asli pada umumnya. Robot tikus itu berjalan mengekori Naura yang sudah terlebih dahulu masuk hingga tikus itu kehilangan keberadaan Naura.

Tikus itu berhasil memasuki halaman depan rumah itu melalui celah-celah di pagar. Aura dan keadaan halaman rumah cukup mengerikan hingga membuat bulu kuduk Nandra dan teman-temannya berdiri. Layar laptop terus-menerus menampilkan video yang dihasilkan dari robot tikus yang sengaja diberi rekaman CCTV itu.

Kini, robot tikus itu telah berada tepat di depan pintu utama rumah itu. Ia berkomat-kamit lalu berhasil masuk ke rumah itu melalui celah pintu yang telah rapuh itu. Gelap. Suasana bagian dalam rumah itu begitu gelap hingga Nandra dan temannya tak dapat melihat dengan jelas.

Lalalalalala

Terdengar suara anak kecil sedang bermain sambil bernyanyi. Beberapa aksara ia mengucapkan kata 'boneka' dan 'bermain'. Kemudian, terdengar suara televisi dan cahayanya memantul menerangi bagian depan televisi itu. Penerang itu membantu penglihatan Nandra dan teman-temannya.

Seperdetik kemudian, terdengar suara seseorang sedang memasak. Semua kejadian itu sangat mirip dengan kejadian yang pernah diceritakan oleh Evril.

Netra keenam sekawan itu terus menjurus ke layar. Menatap layar dengan sangat tajam. Berkedip sesekali tuk membasahi kelopak mata mereka. Lama-kelamaan, suasana semakin mencekam dan mentari semakin bersembunyi di ufuk barat. Senja mulai menyapa dengan menampakkan sinar jingganya.

Robot tikus itu terus berjalan hingga menuju ke ruang tamu. Di sana, kamera menangkap jiwa dari keluarga yang telah meninggal secara tragis itu. Si kepala keluarga sedang duduk menatap televisi yang menyala. Namun, televisi itu rusak sehingga ia hanya menampilkan gambar putih hitam seperti pasir.

Netra jiwa pria itu tak berkedip sedikit pun melihat televisi. Lalu, di lantai seorang gadis kecil tampak sedang asik memainkan bonekanya. Hanya mereka berdua hingga kemudian si ibu dari keluarga itu datang ke ruang tamu dengan membawa masakan yang berupa daging.

Entah dari mana ia mendapatkan daging yang kelihatan sangat empuk dan lezat itu. Si ibu itu pun meletakkan daging hangat masakannya ke meja. Lalu, ia duduk di samping suaminya itu. Mereka tidak bercakap-cakap sedikit pun hingga Naura datang entah dari mana.

Naura duduk bersama sepasang suami istri itu. Ia bercakap-cakap pelan sehingga Nandra dan teman-temannya tak dapat mendengar percakapan mereka. Hanya ucapan 'ayah' dan 'ibu' yang mereka dengar di awal percakapan Naura dan pasangan suami istri itu.

"Dugaan kita selama ini benar," ucap Nandra membuka percakapan.

"Tapi, bagaimana bisa dia mengubah wajahnya? Lihatlah, wajahnya saat itu jauh berbeda dengan sekarang ini." Evril menunjukkan foto Naura semasa ia masih hidup.

"Entahlah. Dia 'kan hantu, jadi dia bisa saja melakukan apa pun."

"Lihat, dia pergi!" seru Aliando setengah berteriak ketika melihat Naura hendak pergi. Lantas, netra teman-temannya langsung kembali tertuju ke layar laptop. Mereka kembali membungkam.

Robot tikus itu berkomat-kamit sambil mengikuti Naura hingga mereka tiba ke depan pintu kamar. Naura menatap pintu itu datar sambil membuka kunci pintu tersebut.

Derit pintu berbunyi bersamaan dengan langkahnya yang memasuki kamar. Sebelum gadis itu kembali menutup pintu, si tikus itu langsung segera segera ikut masuk. Tikus itu berhenti di sudut pintu. Memperhatikan Naura yang sedang duduk di kasur. Pikiran gadis itu kosong. Tiada yang ia perbuat selama beberapa menit lamanya.

Seperdetik kemudian, Naura membaringkan tubuhnya ke kasur. Sekilas ia menatap langit-langit kamar yang sangat berantakan dan kumuh itu. Lalu, ia pun menutup kedua matanya.

"Dia tertidur?" tanya Andi.

"Mungkin saja," jawab Angel.

Kedua netra Andi dan Angel masih tetap tertuju pada layar.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant